Logo
>

Telkom (TLKM) dan Peta Persaingan Telekomunikasi Indonesia

Persaingan memanas dengan Indosat dan XLSmart. RUPST Telkom 2025 jadi momen krusial untuk harga saham TLKM dan masa depan transformasi digital BUMN.

Ditulis oleh Syahrianto
Telkom (TLKM) dan Peta Persaingan Telekomunikasi Indonesia
Gedung Telkom Indonesia di Jakarta. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - Industri telekomunikasi Indonesia memasuki babak baru pada 2025, dengan persaingan yang semakin ketat di tengah transformasi digital dan konsolidasi pemain utama. 

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) masih memimpin pasar, namun tekanan dari pesaing seperti PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) dan entitas baru hasil merger XL Axiata dan Smartfren, yaitu PT XLSmart Tbk (EXCL), semakin nyata.

Pada kuartal I 2025, Telkom mencatat pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun, dengan EBITDA mencapai Rp18,2 triliun dan laba bersih Rp5,8 triliun. Namun, pendapatan dari layanan Data, Internet & TI mengalami penurunan sebesar 5,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), menandakan tantangan dalam mempertahankan pertumbuhan di segmen utama.

Sementara itu, Indosat menunjukkan kinerja yang mengesankan dengan pendapatan sebesar Rp13,58 triliun dan laba bersih Rp1,31 triliun pada kuartal yang sama. Perusahaan ini juga mencatat peningkatan ARPU sebesar 4,6 persen menjadi Rp39,2 ribu, serta penambahan 700 ribu pelanggan seluler, mencapai total 95,4 juta pelanggan.

Di sisi lain, XLSmart resmi beroperasi pada April 2025 sebagai hasil penggabungan XL Axiata dan Smartfren, dengan total pelanggan mencapai 94,5 juta dan pangsa pasar sekitar 25 persen. Pada kuartal I 2025, perusahaan ini membukukan pendapatan sebesar Rp8,6 triliun dan laba bersih Rp388 miliar.

Persaingan tidak hanya terjadi dalam hal jumlah pelanggan, tetapi juga dalam inovasi layanan dan pengembangan infrastruktur. Emiten saham blue chip ini, melalui anak usahanya, mengoperasikan 35 data center dengan kapasitas total 38 megawatt, melayani segmen enterprise dan hyperscale

Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono menilai, kinerja Telkom ini bisa berlanjut pada kuartal II jika perusahaan mampu menjaga momentum pertumbuhan. 

Ia menyebut kontribusi besar tetap datang dari lini layanan IndiHome yang terus berkembang, serta layanan internet seluler yang konsumsinya masih meningkat.

"Mitratel juga menjadi pilar penting dalam menjaga stabilitas pendapatan Telkom," ujar Wahyu kepada Kabarbursa.com, dikutip Selasa, 27 Mei 2025.

Meski prospek TLKM terbilang cerah, Wahyu mengingatkan bahwa perusahaan harus tetap waspada terhadap tantangan yang terus berkembang, mulai dari ketatnya persaingan antaroperator, tuntutan konsumen atas kualitas layanan, hingga tekanan untuk berinovasi menghadapi era 5G, IoT, dan kecerdasan buatan.

"Tekanan terhadap margin keuntungan akan tetap ada, apalagi dengan dinamika industri telekomunikasi yang terus berubah," jelasnya.

Dengan pertumbuhan yang moderat namun stabil, TLKM masih menjadi salah satu saham yang layak diperhatikan para investor jangka menengah, selama manajemen mampu mengelola efisiensi dan merespons perubahan pasar dengan cepat.

Sementara itu, Indosat fokus pada ekspansi jaringan di kota-kota tier-2 dan tier-3, serta pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan kualitas layanan.

XLSmart juga tidak ketinggalan, dengan menjalin kerja sama strategis bersama Huawei dan ZTE untuk memperkuat jaringan nasional dan mengembangkan sumber daya manusia digital. 

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dalam menghadapi tantangan industri yang semakin kompleks.

Prospek Saham Telkom (TLKM) di Tengah Agenda RUPST 2025

Di tengah persaingan yang kian dinamis, Telkom menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Selasa, 27 Mei 2025, pukul 14.00 WIB di Jakarta. 

Agenda utama antara lain rencana buyback saham maksimal 10 persen dari modal disetor dengan dana hingga Rp3 triliun, serta pembagian dividen yang kabarnya mendekati 72 persen dari laba bersih. Ini menjadi sinyal strategis bagi investor bahwa Telkom ingin menjaga kepercayaan pasar lewat pengelolaan modal yang pro-investor.

Namun, tak kalah menarik adalah kabar potensi pergantian Direktur Utama. Ririek Adriansyah dikabarkan akan mengakhiri masa jabatannya, dengan sejumlah nama calon Dirut baru mulai mencuat. Posisi ini sangat strategis mengingat Telkom sedang berada di titik krusial dalam transformasi digital BUMN.

Secara keseluruhan, kinerja Telkom selama 12 bulan terakhir tetap solid. Perusahaan mencatat laba bersih Rp23,4 triliun, hanya turun tipis dari Rp23,6 triliun pada 2024. 

Valuasinya dinilai masih menarik, bagi investor TLKM, dengan PE ratio 11,85, earnings yield 8,44 persen, dan dividend yield 6,38 persen dari dividen Rp178,5 per saham. Rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang hanya 0,31 menunjukkan manajemen keuangan yang disiplin, sementara free cash flow Rp33,3 triliun menjadi amunisi untuk ekspansi atau buyback lanjutan.

Meski harga saham TLKM terkoreksi 4,76 persen dalam setahun terakhir, tren tiga bulan terakhir menunjukkan pemulihan, dengan kenaikan 11,11 persen. Pasar tampaknya mulai merespons transformasi yang dijalankan Telkom, dan katalis dari hasil RUPST bisa menjadi pemicu penting bagi pergerakan saham ke depan.

Dengan fundamental kuat, komitmen dividen tinggi, dan strategi jangka panjang yang terarah, Telkom masih punya posisi kokoh sebagai pemimpin industri—meski harus terus adaptif menghadapi persaingan yang tak lagi bermain di level harga, tapi juga inovasi dan kecepatan digitalisasi. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.