KABARBURSA.COM - Harga tembaga di pasar London Metal Exchange (LME) terus meningkat dan mencapai lebih dari USD10.000 per ton pada akhir April 2024.
Peningkatan ini, termasuk kenaikan sebesar 1,71 persen ke level USD10.135 per ton pada hari ini, Selasa, 30 April 2024, sehingga memunculkan peluang bagi Indonesia.
Hal ini juga melebihi peningkatan harga pada minggu sebelumnya, di mana harga mencapai USD9.965 per ton saat penutupan perdagangan pada Jumat, 26 April.
Merespons hal itu, Ketua Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi) Rizal Kasli memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami keuntungan dari kenaikan harga tembaga yang signifikan.
"Ini terkait dengan kepemilikan Indonesia terhadap beberapa tambang tembaga seperti Freeport, Amman, Batu Tua, dan lainnya," tutur Rizal.
"Terlebih lagi, Indonesia akan menerima pembagian laba atau dividen dari Freeport, mengingat Indonesia memiliki 51 persen saham di perusahaan tersebut," imbuhnya.
Menurut Rizal, situasi ini akan memberikan keuntungan yang lebih besar bagi Indonesia karena peningkatan harga tembaga.
Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2023, Freeport menyetor sekitar Rp3,35 triliun kepada pemerintah daerah Papua Tengah dan kabupaten lainnya di Papua Tengah sebagai bagian dari keuntungan bersih perusahaan.
Pada tahun yang sama, Freeport memproduksi 1,65 miliar pon tembaga dan 1,97 juta ons emas. Dari hasil operasinya, perusahaan mencatat laba bersih sebesar USD3,16 miliar atau setara dengan Rp48,79 triliun.
Seluruhnya, penerimaan negara dari pajak, royalti, dividen, dan pungutan lainnya mencapai lebih dari Rp40 triliun pada tahun tersebut, termasuk kontribusi ke daerah mencapai lebih dari Rp9 triliun.
Meskipun demikian, Rizal menyoroti bahwa biaya operasional meningkat karena kenaikan biaya energi, bahan tambahan, dan perawatan sebagai dampak dari perkembangan geopolitik global saat ini.