KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) resmi memecahkan rekor pada tahun 2025. Setelah berada di level 7.543.503 pada penutupan perdagangan Jumat, 25 Juli 2025, IHSG diprediksi bisa menembus level 7.600-an pada awal pekan ini.
Analis sekaligus Founder Republik Investor, Hendra Wardana memprakirakan IHSG pada awal pekan bergerak terbatas dengan kecenderungan menguat.
"Resistance jangka pendek berada di area 7.600, sementara support kuat di kisaran 7.478," ujar dia dalam risetnya kepada KabarBursa.com, Minggu, 27 Juli 2025.
Hal tersebut dikatakan Hendra dengan mempertimbangkan sentimen global yang masih bercampur dan sikap wait and see investor terhadap arah kebijakan dari China dan Amerika Serikat (AS).
Ia menyampaikan jika fokus pasar akan tetap tertuju pada saham-saham sektor sumber daya yang tengah mentransformasi model bisnisnya ke arah energi dan mineral strategis.
"Yang saat ini justru menjadi penopang utama dalam narasi pertumbuhan jangka panjang pasar modal Indonesia," katanya.
Hendra menyebut ketidakpastian masih menjadi tema dominan, khususnya dari Eropa dan Asia. Dia bilang, indeks utama seperti DAX Jerman dan Nikkei Jepang melemah tajam akibat kekhawatiran terhadap dampak jangka pendek negosiasi tarif AS–Uni Eropa, serta turunnya kepercayaan konsumen di Inggris dan Jerman.
"Sementara itu, pasar AS tetap relatif stabil, dengan indeks Dow dan S\&P futures menguat didorong ekspektasi penyelesaian kesepakatan dagang dan laporan laba emiten yang solid," jelasnya.
Di pasar komoditas, lanjut dia, harga minyak mencatat kenaikan moderat setelah penguatan sebelumnya, sementara harga emas dan logam industri seperti tembaga dan perak mengalami koreksi akibat penurunan minat aset safe haven seiring optimisme dagang global.
Saham-saham Rekomendasi
Hendra kemudian membeberkan beberapa saham yang layak dikoleksi. Menurutnya, investor mencermati langkah transformasi strategis dari emiten-emiten berbasis sumber daya alam yang mulai berorientasi pada transisi energi.
Salah satunya adalah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS), anak usaha dari Grup Bakrie yang kini mulai serius menggarap potensi tambang tembaga melalui anak usahanya, PT Gorontalo Minerals.
"Meski saat ini pendapatan BRMS masih didominasi oleh produksi emas dari proyek Citra Palu Minerals, dengan laba bersih kuartal I 2025 yang melonjak lebih dari 300 persen yoy ke USD14 juta, manajemen perusahaan secara eksplisit menyatakan fokus mereka kini adalah mempercepat eksplorasi dan pengembangan tembaga di Gorontalo," jelasnya.
Hendra menambahkan potensi sumber daya proyek ini sangat besar, dengan estimasi cadangan probable mencapai 105 juta ton dan kadar tembaga hingga 0,7 persen.
Jika terealisasi sesuai target, ia melihat BRMS tidak hanya menjadi diversifikasi strategis bagi Grup Bakrie, namun juga bisa menjelma sebagai salah satu produsen tembaga nasional yang signifikan, mendukung kebutuhan logam dasar untuk kendaraan listrik dan infrastruktur hijau di masa depan.
"Saham BRMS direkomendasikan buy dengan target harga Rp480," tandasnya.
Hendra juga merekomendasikan saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Ia menyebut perubahan nama perusahaan yang sebelumnya dikenal Adaro Energy ini, menandai pergeseran fundamental dari perusahaan yang sebelumnya fokus pada batu bara termal menjadi entitas energi terintegrasi yang lebih berkelanjutan.
Menurutnya, ADRO hanya mempertahankan bisnis batu bara kokas yang lebih ramah lingkungan dan digunakan dalam industri baja, sementara secara agresif mengembangkan bisnis energi hijau melalui Adaro Green dan Adaro Minerals.
"Investasi besar mereka diarahkan ke proyek-proyek PLTS, PLTA, dan hidrogen, serta pembangunan rantai pasok baterai kendaraan listrik dengan cadangan nikel dan bauksit sebagai tulang punggungnya," jelas Hendra.
"Visi Adaro Energy 4.0 yang menggabungkan energi bersih, mineral masa depan, dan ekosistem EV supply chain menunjukkan keseriusan perusahaan dalam menghadapi era dekarbonisasi. Dengan strategi tersebut, saham ADRO direkomendasikan buy dengan target harga Rp2.100," tambahnya.
Hendra juga menyoroti saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Menurutnya perubahan arah bisnis menuju keberlanjutan juga diperlihatkan oleh TOBA yang kini mengonsolidasikan lini usahanya ke dalam satu ekosistem energi hijau, mencakup pembangkit terbarukan, pertambangan, hingga kendaraan listrik.
Ia menilai emiten ini menjadi contoh nyata dari perusahaan energi tradisional yang bertransformasi secara proaktif menyambut era energi bersih. Lebih jauh, Hendra mengatakan TOBA kini semakin menonjol sebagai salah satu pemain penting dalam pembangunan infrastruktur energi hijau nasional.
"Dengan strategi jangka panjang yang jelas dan portofolio bisnis yang terdiversifikasi, saham TOBA dinilai menarik untuk dikoleksi dengan target harga Rp1.200," ujarnya. (*)