KABARBURSA.COM - Riset terbaru dari UBS, perusahaan Swiss, mengungkapkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah miliarder di Hong Kong dan Tiongkok. Hal ini bukan semata-mata hasil dari aktivitas bisnis, melainkan peningkatan instan yang berasal dari warisan atau transfer kekayaan.
Riset UBS menyoroti fakta bahwa penambahan miliarder di seluruh dunia terjadi bukan hanya melalui usaha bisnis, tetapi juga melalui warisan atau transfer kekayaan. Para pendiri perusahaan yang telah menua mulai mewariskan kekayaan dan bisnis mereka kepada generasi penerus, menciptakan tren baru dalam pertumbuhan jumlah miliarder selama beberapa dekade terakhir.
Diprediksi bahwa dalam 20-30 tahun ke depan, kekayaan luar biasa senilai US$ 5,2 Triliun akan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Studi kasus di Tiongkok, Hong Kong, dan Asia-Pasifik secara umum menunjukkan pergeseran ini.
Amy Lo, Ketua UBS Global Wealth Management Asia, menyatakan bahwa miliarder di Asia-Pasifik sedang mengembangkan strategi transfer kekayaan yang efektif dan mendapatkan nasehat perencanaan suksesi keluarga. Tujuannya adalah untuk memastikan peralihan kekayaan berlangsung lancar tanpa hambatan di masa depan.
Langkah ini, menurut Lo, telah menyebabkan peningkatan jumlah miliarder di kawasan tersebut. Laporan South China Morning Post pada awal Agustus mencatat bahwa Asia-Pasifik memiliki jumlah miliarder tertinggi dan proporsi miliarder tertinggi di dunia.
Jumlah miliarder di kawasan ini melonjak dari 922 menjadi 1.019, dengan kekayaan gabungan meningkat 8,1 persen menjadi US$ 3,7 triliun. Peningkatan signifikan terutama berasal dari Tiongkok dan Hong Kong.
Riset UBS menunjukkan adanya penambahan 76 miliarder baru di Tiongkok, dari 467 menjadi 543 miliarder dengan kekayaan gabungan US$ 1.860 miliar. Di Hong Kong, terjadi penambahan 9 miliarder baru, menjadikan total miliarder di sana mencapai 69 orang dengan kekayaan gabungan sebesar US$ 321,5 miliar.
Dari jumlah tersebut, 98 persen miliarder Tiongkok dan 64,7 persen miliarder Hong Kong memperoleh kekayaan dari aktivitas bisnis, sementara sisanya mendapatkan warisan. Miliarder yang mewarisi kekayaan ini, di kedua wilayah maupun secara global, diklasifikasikan sebagai generasi ultra-kaya.
UBS meramalkan bahwa generasi ultra-kaya ini akan memiliki pendekatan pengelolaan keuangan yang berbeda dari generasi sebelumnya. Keputusan investasi mereka lebih cenderung menuju ekuitas swasta, dan mereka mungkin lebih berhati-hati dalam mengadopsi peran filantropis, sesuai dengan tantangan dan peluang ekonomi yang berbeda di masa kini dan masa depan.