Logo
>

The Fed Siap Pangkas Suku Bunga September, Wall Street Cetak Rekor

Pertumbuhan ekonomi yang lesu, terus menghantui wacana kebijakan moneter ke depan

Ditulis oleh Pramirvan Datu
The Fed Siap Pangkas Suku Bunga September, Wall Street Cetak Rekor
Powell seperti menancapkan kepastian akan pemangkasan suku bunga September

KABARBURSA.COM - Nada dovish dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam pidatonya di Simposium Ekonomi Jackson Hole menjadi pemantik gairah baru di pasar global. Sinyal tegas soal potensi pemangkasan suku bunga pada September langsung memicu reli di Wall Street dan menekan imbal hasil obligasi AS ke level yang lebih rendah.

Euforia menyelimuti lantai perdagangan. Namun, di balik lonjakan indeks dan optimisme investor, tersembunyi kekhawatiran yang tak kalah besar—risiko stagflasi, perpaduan antara inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lesu, terus menghantui wacana kebijakan moneter ke depan.

Dalam salah satu pidato penentu masa akhir kepemimpinannya, Powell berusaha meniti garis tipis antara menekan inflasi dan menjaga kestabilan pasar tenaga kerja yang mulai menunjukkan gejala kelelahan. Pesannya jelas: pelonggaran mungkin akan dimulai, tetapi arah jangka panjang masih penuh nuansa.

“Powell seperti menancapkan kepastian akan pemangkasan suku bunga September,” ujar Matthew Miskin, Co-Chief Investment Strategist di Manulife John Hancock Investments. “Namun, yang jadi pertanyaan besar adalah langkah setelah itu. Pasar mungkin sudah terlalu bersemangat.” seperti dilansir reuters.

Dampak Langsung: Reli dan Penurunan Yield

Sinyal dari Powell datang setelah laporan ketenagakerjaan AS pada Juli memperlihatkan perlambatan tajam, diperparah oleh revisi ke bawah pada data bulan sebelumnya. Kondisi ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mengambil langkah pelonggaran dari kisaran suku bunga saat ini di level 4,25 persen–4,5 persen.

Sebelum pidato disampaikan, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan September berada di angka 70 persen. Namun, data LSEG mencatat lonjakan cepat hingga 80 persen hanya beberapa jam setelah pernyataan Powell beredar.

Pasar bereaksi spontan. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun tergelincir 10 basis poin ke posisi 3,69 persen. Untuk tenor sepuluh tahun, yield-nya turun hampir delapan basis poin ke level 4,26 persen.

Di pasar saham, antusiasme meledak. Dow Jones Industrial Average menembus rekor penutupan terbaru. Indeks S&P 500 melesat 1,47 persendan mendekati titik tertinggi sepanjang sejarah. Sementara itu, Russell 2000—yang sangat peka terhadap kebijakan suku bunga—melesat 3,8 persen, mencerminkan sentimen bullish dari investor kelas menengah.

Saham-saham sektor properti juga ikut mencicipi efek domino. Indeks PHLX Housing melambung 4,6 persen, menandai pemulihan signifikan dari tekanan sebelumnya di tengah suku bunga tinggi.

“Pidato Powell ibarat simfoni yang dinanti pelaku pasar,” kata Angelo Kourkafas, Senior Investment Strategist di Edward Jones, St. Louis. “Sinyal pelonggaran menambah oksigen bagi valuasi saham yang sudah berada di zona premium.”

Jeda atau Permulaan Tren Baru?

Meski pasar bersuka cita, sejumlah analis tetap memperingatkan bahwa pelonggaran ini belum tentu menandai dimulainya siklus penurunan suku bunga jangka panjang. Ketidakpastian makroekonomi masih bergelayut. Pasar tenaga kerja belum sepenuhnya pulih, inflasi belum tunduk total, dan geopolitik tetap menjadi variabel pengganggu.

Investor kini mengarahkan pandangan pada bulan September, dengan pertanyaan krusial: apakah ini awal dari pelonggaran berkelanjutan atau sekadar angin sejuk sementara di tengah turbulensi ekonomi global yang belum reda?(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Pramirvan Datu

Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.