Logo
>

Tiga Emiten Prajogo Pangestu Didepak dari MSCI, Ada Kejanggalan?

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Tiga Emiten Prajogo Pangestu Didepak dari MSCI, Ada Kejanggalan?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Tiga emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Petrosea Tbk (PTRO), tidak akan dimasukkan ke dalam MSCI Indonesia Investable Market Index dalam review indeks Februari 2025. Padahal, pengumuman review indeks MSCI dijadwalkan pada Selasa, 11 Februari 2025 besok.

    Keputusan tidak dimasukkannya tiga emiten itu diambil setelah setelah analisis mendalam serta masukan terkait potensi kendala investability.

    Pengamat pasar modal, Ibrahim Assuaibi, berpandangan dikeluarkannya ketiga emiten itu dari MSCI kemungkinan karena Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan kejanggalan dalam pergerakan sahamnya. Namun, keluarnya suatu saham dari daftar indeks utama seperti MSCI bukan berarti akhir dari pergerakan saham tersebut.

    "Kalau ada saham-saham yang memang sudah tidak likuid atau dianggap stagnan di harga tertentu dalam jangka waktu lama, maka biasanya mereka bisa dikeluarkan dari daftar saham-saham blue chip. Itu sudah umum terjadi," kata Ibrahim kepada Kabarbursa.com melalui sambungan telepon di Jakarta, pada Senin, 10 Januari 2025.

    Ia mencontohkan beberapa kasus serupa di masa lalu, termasuk saham-saham Grup Bakrie yang sempat mengalami suspensi karena tidak melaporkan laporan keuangannya.

    "Saat itu, salah satu saham Grup Bakrie terkena suspensi karena tidak melaporkan laporan tahunan, tetapi setelah masalah tersebut diselesaikan, sahamnya bisa kembali diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia," ujar dia.

    Dari data perdagangan Stockbit pada hari ini pukul 13.44 WIB, PTRO masih di harga Rp3.040 per lembar saham, saat ditanya, Ibrahim mengatakan efek dari sebuah emiten yang dikeluarkan dari blue chip berdampak pada pergerakan harga sahamnya. Namun, perusahaan itu bisa mengajukan peninjauan kembali.

    "Kalau ada kenaikan yang tajam dan kemudian penurunan yang juga tajam, biasanya ada indikasi permainan spekulan atau market maker. Ini yang sering kali dianalisis oleh Bursa Efek Indonesia untuk melihat apakah ada transaksi yang tidak wajar," ujar dia.

    Menurutnya, meskipun keputusan MSCI ini berdampak pada pergerakan saham ketiga emiten tersebut, investor masih memiliki opsi untuk tetap menahan kepemilikan sahamnya. "Kalau dikeluarkan dari MSCI atau blue chip, berarti pergerakannya tidak akan secepat saham-saham blue chip lainnya. Tapi manajemen perusahaan tetap bisa melakukan pembenahan dan negosiasi ulang dengan Bursa Efek Indonesia untuk kembali memenuhi persyaratan yang dibutuhkan," ujarnya.

    Ibrahim menekankan bahwa perusahaan yang dikeluarkan dari indeks MSCI masih memiliki peluang untuk masuk kembali, tergantung pada perbaikan kinerja dan kepatuhan mereka terhadap regulasi. "Biasanya ada waktu beberapa bulan hingga kuartalan bagi emiten untuk memperbaiki laporan keuangan, struktur modal, atau faktor lainnya yang menjadi kendala. Jika sudah memenuhi persyaratan, maka kemungkinan besar mereka bisa kembali masuk ke dalam indeks," katanya.

    Meski demikian, Ibrahim mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati dan mempertimbangkan aspek fundamental sebelum mengambil keputusan investasi. "Yang paling penting adalah melihat prospek perusahaan ke depan, bukan hanya statusnya di indeks. Karena pada akhirnya, yang menentukan pergerakan saham adalah fundamental perusahaan dan minat pasar," ujar Ibrahim.

    BREN: MSCI Indonesia Wewenang Penyedia

    Informasi dikeluarkannya ketiga saham milik kongklomerat Prajogo Pangestu sebelumnya dikabarkan di laman Stockbit pada Senin, 10 Januari 2025.

    Dalam laporan itu Direktur Utama BREN, Hendra Tan juga sudah buka suara. Menurut dia, keputusan MSCI tersebut sepenuhnya menjadi wewenang penyedia indeks dan berada di luar kendali perseroan.

    BREN sempat mengalami kejadian serupa saat dikeluarkan dari indeks FTSE Global Equity Series–Large Cap oleh FTSE Russell pada 19 September 2024 lalu.

    Keputusan tersebut diambil hanya satu bulan setelah pengumuman inklusi saham tersebut ke dalam indeks, akibat kendala aturan free float.

    Pada saat itu, sebanyak 97 persen dari total saham yang diterbitkan hanya dimiliki oleh empat pemegang saham utama, yang menyebabkan ketidaksesuaian dengan aturan free float yang ditetapkan.

    Saham-sahamnya Anjlok

    Pascadikeluarkan dari indeks FTSE, harga saham BREN mengalami penurunan tajam sebesar 34 persen dalam waktu tiga hari, dari posisi Rp11.025 per lembar saham pada 19 September 2024 menjadi Rp7.225 per lembar saham pada 22 September 2024.

    BREN menepis sudah memberikan klarifikasi kepada Bursa Efek Indonesia pada 22 September 2024 bahwa jumlah saham yang memenuhi persyaratan free float berdasarkan ketentuan BEI 15,6 miliar saham atau 11,66 persen dari total saham yang beredar pada 19 September 2025 lalu.

    Setelah di keluarkan dari MSCI saham BREN dan CUAN anjlok. Pada pukul 14.01 WIB BREN melemah 950 poin atau turun minus 13,88 persen ke level 6.050. Sementara CUAN turun 2.250 poin atau minus 19,87 persen ke level Rp9.075 per lembar saham. Sementara saham PTRO masih menghijau di level Rp 3.070 per lembar saham. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".