KABARBURSA.COM – Saham PT Timah Tbk (TINS) dalam sepekan terakhir ini bergerak sangat lemah. Namun, tidak demikian dengan kondisi fundamentalnya. Harga timah dunia sedang berada dalam fase super-positif yang jarang terjadi.
Grafik TINS justru terseret dalam tekanan jual yang begitu kuat hingga seluruh indikator teknikal menempatkannya pada zona “sangat jual”. Untuk perdagangan Jumat, 5 Desember 2025, harga TINS ditutup di level 3.190, turun 3,63 persen dari penutupan sebelumnya di 3.310.
Sejak pembukaan, saham ini tidak pernah menemukan momentum pemulihan, bergerak turun bertahap dari 3.350 hingga menyentuh level terendah harian di 3.180.
Pelemahan ini beriringan dengan indikator harga timah internasional yang sedang mencapai posisi sangat kuat. Pada pasar spot global, harga timah ditutup di USD40.300 per ton. Angka ini jauh di atas prediksi analis yang baru sepekan lalu memperkirakan harga di 2026 hanya akan berada pada kisaran USD35.000.
Kontradiksi inilah yang menjadi titik kritikal, karena di saat pasar komoditas sangat bullish, respons pasar terhadap TINS justru terbalik.
Dari sisi statistik perdagangan, sejumlah titik penting memperkuat gambaran pelemahan teknikal TINS. Volume perdagangan mencapai 48 juta lembar, hampir setara dengan rata-rata tiga bulan sebesar 113 juta lembar.
Artinya, pelemahan yang terjadi kali ini bukan karena likuiditas yang tipis, tetapi karena distribusi aktif. Rentang harian yang melebar di kisaran 3.180–3.370 menggambarkan volatilitas harga intraday bergerak dalam tren menurun tanpa minat beli yang memadai untuk membentuk reversal.
Padahal, dalam rentang satu tahun, TINS sudah mencetak kenaikan spektakuler sebesar 190,6 persen, yang menjadi indikasi bahwa kenaikan panjang sebelumnya mulai menghadapi fase koreksi struktural.
Beberapa Struktur Teknikal Beri Sinyal Oversold
Tekanan terbesar terlihat dari struktur teknikal. RSI ada di level 41, area yang sebenarnya belum memasuki oversold tetapi sudah menunjukkan pelemahan momentum. Namun indikator lain terlihat jauh lebih agresif, Stochastics di 20,80 dan Williams %R di –96,77 menempatkan TINS dalam kondisi “jual berlebih”.
MACD mencetak nilai negatif –12,35, sementara ADX di atas 42 menandakan tren bearish yang kuat dan sedang menguat. Hampir semua indikator tren dan osilator mengatakan hal yang sama, bahwa tekanan jual tidak lagi bersifat korektif, melainkan tren turun yang memang sedang berlangsung.
Gambaran yang sama terlihat pada moving average. MA5, MA10, MA20, MA50 semuanya menunjukkan sinyal jual, menandakan struktur short-term hingga medium-term sedang berada dalam tren turun yang tegas.
Hanya MA100 dan MA200 yang masih memberikan sinyal beli, mencerminkan bahwa secara jangka panjang TINS masih dalam trend naik besar, tetapi tren pendek saat ini sedang melakukan koreksi yang cukup dalam.
Posisi pivot point klasik ada di 3.200, menjadikannya area psikologis kuat yang saat ini sedang diuji pasar. Jika tekanan turun menembus pivot ini secara konsisten, ruang menuju 3.150–3.120 terbuka lebar.
Pasar Spot Dunia Cetak Laba Tertinggi
Dinamika ini terjadi di saat sentimen fundamental timah global justru tidak memberikan alasan untuk menjual TINS. Pasar spot dunia, misalnya, mencetak harga tertinggi dalam beberapa tahun. Pasokan global masih terhambat oleh minimnya suplai dari Wa State Myanmar, diikuti pembatasan ekspor Indonesia karena penertiban tambang ilegal serta aturan penjualan yang lebih ketat.
China sebagai produsen terbesar dunia pun mengalami kekurangan konsentrat di tengah aktivitas ekonomi yang melambat dan tensi perdagangan internasional yang meningkat. Ketidakseimbangan antara permintaan industry, khususnya semikonduktor, panel surya, dan kendaraan Listrik, dengan pasokan global, menciptakan struktur pasar yang sangat mendukung harga timah untuk tetap tinggi.
Di tengah kondisi seperti ini, menurut pengamat ekonomi Hasan Zein Mahmud, TINS sejatinya memiliki latar fundamental jangka menengah yang jauh lebih positif dibanding sikap pasar jangka pendeknya.
Penertiban tambang ilegal, penataan tata kelola, dan perbaikan struktur operasional membuka peluang bagi TINS untuk mencetak kinerja keuangan yang “kinclong mencorong” di tahun mendatang, seperti disebut dalam pandangan analis independen.
Namun, pasar saham tidak selalu bergerak seirama dengan komoditas, dan sering kali bergerak lebih dulu dalam merespons risiko-risiko yang tidak terlihat dalam data harian.
Saat ini, pelemahan TINS lebih mencerminkan perilaku pasar yang sedang melakukan distribusi setelah kenaikan ekstrem selama setahun terakhir. Tekanan teknikal menjadi dominan, overshadowing sentimen fundamental yang sebenarnya mendukung.
Para pelaku pasar tampaknya menunggu konfirmasi laba, volume produksi, dan arah kebijakan ekspor sebelum kembali mendorong TINS ke tren naik berikutnya.
Dengan demikian, TINS kini berada di fase tarik-ulur antara bullish komoditas dan bearish teknikal. Jika harga timah global tetap kuat dan isu pasokan tidak membaik, tekanan jual TINS berpotensi kehilangan tenaga.
Namun jika distribusi masih berlanjut, saham ini mungkin akan bergerak lebih rendah sebelum menemukan titik akumulasi baru. Saat ini, pasar memilih berhati-hati, meski fondasi fundamental sektor timah sedang berada dalam salah satu fase paling mendukung dalam satu dekade terakhir.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.