KABARBURSA.COM - Prediksi kinerja saham emiten konstruksi swasta menunjukkan tren positif untuk tahun 2024, terutama seiring rencana konsolidasi perusahaan konstruksi milik negara.
Analis investasi dari Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menyoroti masalah arus kas, mismanajemen, korupsi, dan penggelembungan nilai proyek yang telah mengganggu BUMN Karya. "Emiten konstruksi swasta memiliki keleluasaan yang berbeda dalam menjalankan proyek-proyek mereka, karena tidak terikat dengan aturan yang mungkin lebih kaku seperti BUMN," jelasnya dikutip Minggu 14 April 2024.
Reza merekomendasikan untuk membeli saham TOTL, NRCA, dan ACST, dengan target harga masing-masing Rp 570 per saham, Rp 404 per saham, dan Rp 147 per saham. Sementara itu, Sukarno merekomendasikan trading buy untuk TOTL dan NRCA, dengan target harga masing-masing Rp 540 per saham dan Rp 380 per saham.
Head of Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, melihat bahwa sentimen negatif terhadap BUMN Karya dan rencana konsolidasi mereka dapat menjadi peluang bagi emiten konstruksi swasta. Pasalnya, BUMN Karya yang difokuskan pada proyek-proyek besar mungkin akan memberikan peluang bagi emiten swasta untuk mengerjakan proyek-proyek yang lebih kecil.
Meskipun demikian, Sukarno melihat konsolidasi BUMN Karya juga dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing mereka, yang berpotensi membuat mereka menjadi pesaing yang lebih kuat bagi emiten konstruksi swasta.
Kementerian BUMN berencana untuk menggabungkan tujuh perusahaan BUMN konstruksi menjadi hanya tiga entitas. Langkah pertama melibatkan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT Nindya Karya (Persero), dan PT Brantas Abipraya (Persero). Sementara langkah kedua mencakup PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Adapun langkah ketiga melibatkan PT PP (Persero) Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).