KABARBURSA.COM – PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL), emiten penyewaan forklift yang bertransformasi menjadi penyedia solusi logistik berbasis energi bersih, mencatatkan tren pertumbuhan keuangan yang konsisten sejak 2022. Hingga akhir 2024, total pendapatan perusahaan tumbuh dari Rp263 miliar pada 2022 menjadi Rp365 miliar, dan untuk tahun 2025 SMIL menargetkan peningkatan sebesar 15 persen menjadi Rp420 miliar.
Presiden Direktur Hadi Suhermun dalam Public Expose insidentil, Kamis 24 April 2025, menyampaikan bahwa strategi SMIL kini difokuskan pada tiga prioritas: ekspansi geografis ke Indonesia Timur, konversi armada ke forklift listrik dengan teknologi baterai lithium, serta edukasi pasar untuk memperluas basis pelanggan. “Kami optimalkan potensi sewa forklift elektrik karena efisiensi operasionalnya sudah terbukti di berbagai sektor industri,” ujar Hadi.
Seiring dengan fokus itu, perusahaan juga mencatat peningkatan aset yang stabil. Pada akhir 2024, total aset tercatat mencapai Rp1,1 triliun, naik signifikan dari Rp584 miliar di tahun 2022. Penguatan struktur keuangan ini turut ditopang oleh obligasi sebesar Rp300 miliar yang diterbitkan sebelumnya dan mendapat rating tertinggi dari Pefindo.
Kinerja efisien juga tercermin dari profitabilitas perusahaan. Margin laba kotor SMIL stabil di angka 40 persen, dengan margin laba bersih sekitar 20 persen. SMIL mencatatkan operating profit margin sebesar 42,56 persen dan net profit margin 24,55 persen sepanjang tahun lalu, menandakan efektivitas biaya dan model bisnis yang mampu menjaga keuntungan meski ekspansi terus dilakukan.
Rasio keuangan lainnya juga menunjukkan fondasi keuangan yang solid. Debt-to-equity ratio berada di angka 0,43, current ratio 5,56, dan quick ratio 4,52. Perusahaan mencatat free cash flow positif sebesar Rp46 miliar. Di sisi distribusi keuntungan, SMIL mencatat dividend yield sebesar 0,38 persen dengan payout ratio 20,62 persen, mencerminkan kebijakan yang mengutamakan reinvestasi laba untuk ekspansi.
Peluang Bisnis SMIL Tahun 2025
Dengan target pendapatan sebesar Rp420 miliar pada 2025, Sarana Mitra Luas tampaknya berada di jalur yang realistis untuk mencapainya. Hal ini didukung oleh tren pertumbuhan yang konsisten sejak 2022, strategi ekspansi yang terfokus, dan kondisi pasar yang mendukung.
SMIL telah mengidentifikasi Indonesia Timur sebagai wilayah potensial untuk ekspansi, sejalan dengan upaya pemerintah dalam mempercepat pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa. Pemerintah Indonesia tengah mempercepat pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara, termasuk pengembangan kawasan industri yang telah dimasukkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) atau dokumen Proyek Strategis Nasional (PSN). Langkah ini membuka peluang bagi SMIL untuk memperluas jangkauan layanannya dan menangkap permintaan baru di wilayah tersebut.
Selain itu, SMIL juga fokus pada diversifikasi produk dengan mengadopsi teknologi forklift listrik berbasis baterai lithium. Langkah ini sejalan dengan tren global menuju energi bersih dan efisiensi operasional. Dengan menawarkan solusi logistik yang ramah lingkungan, SMIL dapat menarik pelanggan dari sektor-sektor yang berkomitmen pada keberlanjutan.
Meskipun produksi alat berat nasional mengalami penurunan sebesar 12,9 persen pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, permintaan untuk alat berat seperti forklift tetap stabil, terutama dari sektor manufaktur dan logistik. Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) melaporkan realisasi produksi alat berat Indonesia pada 2024 mencapai 7.022 unit atau turun 12,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 8.066 unit. Penurunan ini lebih disebabkan oleh koreksi harga komoditas di sektor pertambangan, sementara sektor manufaktur dan logistik menunjukkan pemulihan pascapandemi.
Sektor manufaktur Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan usai terpukul pandemi Covid-19. Hal ini terlihat dari skor Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang sebesar 52,2 pada Januari 2021, tertinggi sejak Juli 2014, menurut IHS Markit . Pemulihan ini mencerminkan peningkatan aktivitas produksi yang membutuhkan alat bantu angkut seperti forklift untuk efisiensi operasional.
Dengan strategi ekspansi yang terfokus, adopsi teknologi ramah lingkungan, dan kondisi pasar yang mendukung, target pendapatan SMIL sebesar Rp420 miliar pada 2025 tampaknya realistis. Namun, perusahaan perlu tetap waspada terhadap risiko eksternal dan menjaga efisiensi operasional untuk mempertahankan profitabilitas di tengah dinamika pasar yang terus berubah.
Ke Mana Arah Saham Selanjutnya?
Seiring dengan pencapaian target tersebut, perhatian investor kini tertuju pada pergerakan harga saham SMIL yang mengalami lonjakan signifikan.
Dalam tiga bulan terakhir, harga saham SMIL mengalami kenaikan tajam hingga 377 persen, dan secara tahunan mencatat penguatan 268 persen. Harga saham kini berada di kisaran Rp520, mendekati titik tertinggi dalam 52 minggu terakhir. Tren ini diperkuat oleh lonjakan volume perdagangan, yang pada periode 11–17 April 2025 melonjak dari 90 juta menjadi 158 juta saham.
Dari sisi teknikal, indikator Relative Strength Index (RSI) menunjukkan angka di atas 70, menandakan bahwa saham berada dalam kondisi overbought atau jenuh beli. Sinyal ini umumnya memberi sinyal perlambatan atau potensi koreksi harga dalam jangka pendek. Namun, sinyal ini tidak selalu disertai penurunan tajam, terutama ketika saham sedang berada dalam momentum fundamental yang kuat.
Indikator Moving Average Convergence Divergence (MACD) mencatat crossover positif sejak pertengahan Maret, yang memperkuat sinyal tren naik. Selain itu, garis MA20 juga telah memotong MA50 dari bawah, sebuah pola teknikal yang sering disebut “golden cross” dan umumnya dikaitkan dengan tren bullish jangka menengah.
Jika harga mampu menembus dan bertahan di atas resistance psikologis Rp520, potensi kenaikan lanjutan tetap terbuka dengan target pendek di sekitar Rp550 hingga Rp570. Namun, apabila terjadi tekanan jual dari investor yang ingin merealisasikan keuntungan, support terdekat berada di area Rp475–Rp485, yang dapat menjadi titik pantauan penting bagi pelaku pasar.
Manajemen perusahaan menyatakan bahwa tidak ada informasi material yang belum diungkap ke publik terkait lonjakan harga saham. Mereka juga memastikan tidak ada aksi korporasi tersembunyi maupun rencana perubahan kepemilikan oleh pemegang saham utama dalam waktu dekat.
Dengan kombinasi pertumbuhan organik, struktur permodalan yang sehat, dan respons pasar yang kuat, SMIL memasuki tahun 2025 dengan posisi yang mapan di industrinya. Namun, dengan valuasi yang sudah tinggi dan kondisi teknikal yang mengindikasikan jenuh beli, pelaku pasar dihadapkan pada dinamika antara optimisme pertumbuhan dan kebutuhan untuk disiplin menilai momentum harga secara objektif. (*)