Logo
>

Tutup Sesi II, IHSG Bangkit Tipis, Dipicu Saham Energi

Ditulis oleh KabarBursa.com
Tutup Sesi II, IHSG Bangkit Tipis, Dipicu Saham Energi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pada penutupan Sesi II, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membalikkan arah dan berakhir di zona hijau dengan kenaikan sebesar 31,92 poin atau 0,44 persen, mencapai posisi 7.236,98. Sebelumnya, IHSG sempat terjebak dalam zona merah pada Sesi I, dengan mencatat angka terendah mencapai minus 0,6 persen pada perdagangan Selasa 2 April 2024.

    Total nilai transaksi hari ini mencapai Rp12,92 triliun, dari jumlah saham sebanyak 16,18 miliar yang diperdagangkan sepanjang sesi perdagangan. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga terpantau melemah sebesar 0,02 persen, mencapai posisi Rp15.897/US$ pada pasar spot pukul 16.30 WIB.

    Penguatan IHSG didukung oleh pergerakan sektoral saham, khususnya saham barang baku, saham energi, dan saham transportasi. Ketiga sektor tersebut mencatat penguatan masing-masing sebesar 1,61 persen, 1,58 persen, dan 1,44 persen.

    Adapun saham-saham barang baku yang melaju pesat adalah, PT Timah Tbk (TINS) meroket 13,5 persen ke posisi Rp925/saham, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) melesat naik 9,09 persen ke posisi Rp720/saham. PT Citra Tubindo Tbk (CTBN) menguat 6,16 persen ke posisi Rp1.550/saham.

    Senada, saham energi juga naik mendukung penguatan IHSG, PT Harum Energy Tbk (HRUM) meroket 5,17 persen ke posisi Rp1.425/saham, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melesat naik 4,68 persen ke posisi Rp1.790/saham. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menguat 4,18 persen ke posisi Rp1.495/saham.

    Kenaikan harga saham-saham tersebut, terutama mengikuti tren naiknya harga minyak mentah global yang mendekati level tertinggi dalam lima bulan, didorong oleh meningkatnya risiko geopolitik di Timur Tengah dan pengetatan pasokan dari Meksiko.

    Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) hampir mencapai US$84 per barel setelah mengalami kenaikan lebih dari 0,6 persen pada hari Senin. Ini terjadi setelah harga kontrak teraktif melonjak sebesar 14 persen selama tiga bulan pertama tahun ini.

    Sementara itu, harga minyak Brent tetap di atas US$87. Baik WTI maupun Brent mencatat kenaikan yang solid selama kuartal pertama tahun ini. Data dari China yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi juga memberikan dukungan terhadap prospek permintaan minyak mentah di masa depan. Indeks Aktivitas Industri China mengalami rebound pada bulan Maret, mengakhiri penurunan selama lima bulan berturut-turut, yang memberikan cahaya terang bagi prospek permintaan minyak mentah di negara tersebut, yang merupakan salah satu pengimpor terbesar di dunia.

    Selain itu, harga minyak mentah juga mendapat dorongan dari kebijakan OPEC+ yang mengurangi pasokan guna mendorong kenaikan harga, serta untuk menyeimbangkan dampak peningkatan pasokan dari luar kartel tersebut.

    Sementara indeks saham LQ45 yang berisikan saham-saham unggulan masih ada di zona merah, dengan kehilangan 0,71 poin atau 0,07 persen ke posisi 968,36.

    Saham-saham LQ45 yang bergerak pada teritori negatif antara lain, PT Mitra Pack Tbk (PTMP) turun 9 poin ke posisi Rp139/saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 250 poin ke posisi Rp5.675/saham. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) drop 175 poin ke posisi Rp5.475/saham.

    Adapun pasar saham Asia bergerak menghijau pada perdagangan sore hari. Indeks Hang Seng Hong Kong melesat 2,36 persen, indeks Strait Times Singapore menguat 0,41 persen, indeks NIKKEI225 menguat 0,09 persen, indeks Kospi melonjak 0,19 persen dan indeks Shanghai Composite terdepresiasi 0,08 persen. Sementara itu, Dow Jones Index Future merah 0,27 persen.

    Aktivitas Manufaktur di negeri Paman Sam secara tidak terduga mencatat ekspansi dengan laju tercepat pada Maret untuk pertama kalinya sejak September 2022. Hal ini didorong oleh peningkatan tajam dalam produksi dan permintaan yang lebih kuat.

    Menurut data yang dirilis pada Senin, 1 April 2024, Indeks Manufaktur Institute for Supply Management (ISM) menguat sebesar 2,5 poin menjadi 50,3 pada bulan Maret. Kenaikan yang cepat ini mengakhiri tren menyusut selama 16 bulan berturut-turut.

    Laju indeks tersebut di bulan Maret melampaui semua perkiraan dalam survei ekonom Bloomberg.

    Produksi melonjak tajam dibanding bulan sebelumnya dengan kenaikan sebesar 6,2 poin, yang merupakan kenaikan terbesar sejak pertengahan 2020. Pada level 54,6, pertumbuhan produksi mencapai level tertinggi sejak Juni 2022.

    Data solid ini memperkuat spekulasi bahwa Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tidak akan terburu-buru untuk menurunkan suku bunga, dan kebijakan suku bunga tinggi berpotensi bertahan di level yang tinggi.

    "Investor memang sedang menantikan kemungkinan perubahan kebijakan Hawkish (Pengetatan Kebijakan Moneter) lainnya dari The Fed," kata Jose Torres di Interactive Brokers.

    Tim Riset Phillip Sekuritas juga mencatat bahwa aktivitas manufaktur di kawasan Asia melemah di bulan Maret meskipun terjadi rebound pada sektor manufaktur di China seiring dengan melemahnya permintaan dalam negeri. Penurunan aktivitas manufaktur tidak hanya terjadi di negara berorientasi ekspor seperti Jepang dan Korea Selatan, tetapi juga terjadi di Taiwan, Malaysia, dan Vietnam.

    “Kondisi ini memberi sorotan pada tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan di kawasan Asia di tengah kelangkaan sinyal pemulihan permintaan global dan ketidakpastian kapan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mulai memangkas suku bunga” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi