KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) kembali mencuri perhatian setelah UBS Group AG melaporkan aksi pembelian 90,98 juta saham pada 25 Agustus 2025 dengan harga rata-rata Rp111,92 per saham.
Nilainya sekitar Rp10,18 miliar, atau setara 0,03 persen dari total saham beredar. Setelah aksi ini, kepemilikan UBS naik tipis dari 6,98 persen menjadi 7,01 persen.
Pihak BUMI melalui Corporate Secretary Irana Candra Mala, menjelaskan bahwa tujuan pembelian saham oleh UBS bukan untuk spekulasi jangka pendek, melainkan untuk kepentingan lindung nilai (hedging) derivatif klien.
Di lantai bursa, aksi korporasi ini terjadi saat harga saham BUMI justru bergerak di zona pelemahan. Saham ditutup di Rp107, turun 1,83 persen dengan valuasi transaksi harian mencapai Rp73,6 miliar.
Dalam jangka menengah, tren harga BUMI juga menunjukkan tekanan. Selama tiga bulan terakhir harga sudah terkoreksi 8,47 persen, meskipun secara tahunan masih tercatat tumbuh 21,35 persen.
Namun jika ditarik ke horizon lebih panjang, performanya kurang konsisten. Dalam tiga tahun terakhir turun 35 persen, meski dalam lima tahun sempat melonjak lebih dari 100 persen. Pola ini menunjukkan saham BUMI sarat volatilitas dan sangat sensitif terhadap faktor eksternal, terutama harga batubara global.
Net Income Anjlok, Marjin Keuntungan Tipis
Jika dilihat dari kinerja keuangan, fundamental BUMI belum sepenuhnya solid. Perusahaan mencatat net income hanya Rp48 miliar pada periode berjalan, jauh menurun dibanding capaian 2022 ketika laba menembus Rp7,8 triliun.
Marjin keuntungan sangat tipis, dengan net profit margin hanya 0,77 persen. Rasio valuasi pun terbilang mahal: price to earnings ratio (PER) TTM di angka 831 kali, sangat jauh di atas rata-rata IHSG di kisaran 8–10 kali.
Price to book value (PBV) memang lebih moderat di 1,57 kali, tapi dengan arus kas bebas (free cash flow) negatif Rp310 miliar, tekanan keuangan terlihat jelas.
Neraca perusahaan relatif stabil dengan debt to equity ratio di 0,26, menandakan utang masih terkendali. Namun Altman Z-score hanya 1,68, yang berarti perusahaan berada di zona abu-abu terkait risiko finansial jangka panjang.
Return on equity (ROE) pun hanya 0,19 persen, jauh dari standar efisiensi yang diharapkan investor. Dengan kata lain, secara fundamental BUMI belum menawarkan daya tarik yang kuat, kecuali jika investor memang berspekulasi pada rebound harga batubara.
Sementara dari sisi teknikal, hampir semua indikator memberikan sinyal “jual”. Relative Strength Index (RSI) berada di 41, mendekati level bearish. MACD berada di zona negatif, ADX menunjukkan tren lemah, dan semua moving average—dari MA5 hingga MA200—menyodorkan rekomendasi jual.
Level pivot harian menempatkan area 106–109 sebagai titik penting; jika harga gagal bertahan di atas 106, peluang melanjutkan pelemahan terbuka menuju area psikologis Rp101. Tekanan jual yang masif ini mengindikasikan bahwa investor ritel sebaiknya berhati-hati masuk di harga saat ini.
Masih Dilirik, tapi dengan Catatan
Jika dirangkum, aksi borong saham BUMI oleh UBS memang memberi sinyal bahwa institusi besar masih melirik saham ini, namun perlu dicatat bahwa motifnya lebih ke arah lindung nilai ketimbang investasi spekulatif.
Dari sisi fundamental, BUMI sedang menghadapi penurunan kinerja signifikan dengan valuasi yang sudah terlampau mahal. Dari sisi teknikal, indikator masih konsisten memberi sinyal jual.
Bagi investor jangka panjang, saham ini belum menunjukkan prospek yang sehat, sementara bagi trader jangka pendek, peluang hanya muncul jika ada pantulan teknikal di area support kritis.
Dengan kondisi saat ini, BUMI lebih tepat dipandang sebagai saham berisiko tinggi dengan potensi volatilitas tajam. Investor sebaiknya bersikap selektif: menahan diri dulu bagi yang belum masuk, atau disiplin dengan strategi cut loss dan take profit bagi yang masih memegang sahamnya.
Aksi UBS bisa dilihat sebagai sentimen jangka pendek, tapi keputusan investasi tetap harus bertumpu pada kenyataan bahwa kinerja keuangan BUMI masih jauh dari ideal.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.