KABARBURSA.COM - Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) masih mengalami credit crunch atau penurunan pinjaman bank akibat sejumlah hal.
Hal tersebut disampaikan oleh Peneliti Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia, Eliza Mardian. Dia mengatakan, credit crunch yang dialami UMKM disebabkan karena keengganan perbankan untuk menyalurkan kredit.
"Hal ini disebabkan adanya keengganan perbankan untuk menyalurkan kredit karena pertimbangan risiko yang berdampak pada Non-Performing Loan (NPL). ini mengacu kepada studi Rosengard & Prasetyantoko tahun 2011" kata Eliza kepada KabarBursa, Sabtu, 13 Juli 2024.
Diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Non-Performing Loan (NPL) gross UMKM pada Mei 2024 sebesar 4,27 persen, naik sedikit dari 4,26 persen pada April 2024. Sementara loan at risk (LAR) UMKM pada Mei 2024 turun di angka 13,38 persen, dari bulan sebelumnya sebesar 14,29 persen.
Eliza melihat, jumlah kredit yang disalurkan perbankan kepada UMKM masih kurang dari 25 persen. Bahkan, kata dia, pada 2023 lalu, hanya sebesar 19,36 persen.
"Sangat rendah, padahal hampir 77 persen UMKM belum memiliki akses pada kredit dan 43 persennya membutuhkan pembiayaan," ungkapnya.
Lebih jauh Eliza menuturkan, UMKM sejatinya tidak hanya membutuhkan dalam hal pembiayaan saja, tetapi juga market. Karena jika dilihat, mayoritas UMKM di Indonesia masih sekelas mikro.
Dengan begitu, lanjut Eliza, UMKM cukup kesulitan dalam melakukan peminjaman ke perbankan karena banyak yang tidak bankable atau tidak memenuhi persyaratan.
"Dan prospek usahanya belum tentu sustain dan bisa ekspansif. Rata-tata jumlah pinjaman untuk usaha mikro apalagi ultra mikro itu plafond nya tidak banyak," jelasnya.
UMKM Beri Kontribusi
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan (Kemendag) pernah menyebut jika kontribusi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto (PBB) mencapai 61 persen.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga. Dia mengatakan sektor UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp8.573 triliun.
“Sektor UMKM telah memberikan kontribusi sebesar Rp8.573 triliun atau setara 61 persen dari pendapatan domestik bruto dan menyerap tenaga kerja sebesar 97 persen dari total penyerapan tenaga kerja,” ujar Jerry menjelaskan, dikutip, Kamis, 27 Juni 2024.
Jerry mengatakan, pengembangan sektor UMKM tidak lepas dari Keterlibatan aktif organisasi kemasyarakatan. Hal ini merupakan langkah penting untuk membangkitkan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Dia juga menuturkan, pihaknya memiliki program terkait peningkatan kualitas produk dan promosi UMKM. Pembinaan bagi UMKM bertujuan meningkatkan kualitas produk, pengembangan jenama (branding), dan sertifikasi halal.
”Melalui program kemitraan UMKM dengan ritel modern dan lokapasar (marketplace), produk- produk dalam negeri dapat tersedia di pasaran. Dengan demikian, produk UMKM dapat dijangkau dan diminati oleh konsumen dalam negeri,” jelasnya.
Jerry menambahkan, Presiden Joko Widodo menargetkan 30 juta pelaku UMKM untuk Go-Digital pada 2024 setelah melihat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional.
Adanya digitalisasi ekonomi dan keuangan telah menggeser preferensi masyarakat ke arah permintaan layanan keuangan yang cepat, murah, mudah, aman, dan andal.
UMKM makin Disorot
Sebelumnya diberitakan, Kemajuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia telah menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai tulang punggung ekonomi nasional, UMKM memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pembangunan di seluruh negeri. Berbagai faktor telah mendukung kemajuan UMKM di Indonesia.
Pertama, pemerintah telah mengimplementasikan kebijakan dan program yang mendukung pertumbuhan dan pengembangan UMKM. Inisiatif-inisiatif seperti penyediaan akses keuangan melalui kredit usaha rakyat (KUR), pelatihan kewirausahaan, bantuan teknis, serta fasilitasi dalam pemasaran dan ekspor telah membantu UMKM untuk berkembang dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga telah memberikan dampak positif terhadap UMKM di Indonesia. Internet dan media sosial memungkinkan pelaku UMKM untuk memperluas jangkauan pasar, mempromosikan produk, dan menjalin koneksi dengan pelanggan potensial baik di dalam maupun di luar negeri. Adopsi teknologi juga telah membantu UMKM dalam meningkatkan efisiensi operasional, manajemen persediaan, dan pelayanan kepada pelanggan.
Tidak hanya itu, perubahan perilaku konsumen juga telah memberikan dorongan bagi kemajuan UMKM di Indonesia. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya mendukung produk lokal dan usaha kecil untuk memajukan ekonomi domestik. Hal ini telah menciptakan peluang besar bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang di pasar domestik. (yog/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.