Logo
>

UNTR di 2025: Performa Sesuai Ekspektasi, Waktunya Beli?

Peningkatan ini dipicu oleh curah hujan yang lebih rendah, yang memungkinkan aktivitas operasional berjalan lebih optimal.

Ditulis oleh Yunila Wati
UNTR di 2025: Performa Sesuai Ekspektasi, Waktunya Beli?
Ilustrasi mesin konstruksi milik PT United Tractors Tbk atau UNTR. Foto: Dok UT

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT United Tractors Tbk atau UNTR mencatat kinerja operasional yang solid pada Februari 2025, dengan volume produksi Pama dan Martabe yang tetap kuat seiring dengan berkurangnya curah hujan. Secara keseluruhan, kinerja selama dua bulan pertama tahun ini masih sejalan dengan ekspektasi dan panduan perusahaan.

    Penjualan alat berat Komatsu mengalami penurunan sebesar 19 persen secara bulanan (month-on-month/mom) menjadi 435 unit pada Februari 2025. Penurunan ini terjadi akibat faktor musiman, yaitu hari kerja yang lebih pendek. 

    Namun, secara tahunan (year-on-year/yoy), penjualan Komatsu tetap kuat dengan pertumbuhan 42 persen, didorong oleh meningkatnya permintaan dari sektor pertambangan (+26 persen yoy) dan pemulihan sektor kehutanan. 

    Secara keseluruhan, volume penjualan Komatsu selama dua bulan pertama 2025 mencapai 971 unit atau tumbuh 18 persen yoy, yang masih dalam jalur pencapaian target tahunan UNTR (21 persen dari proyeksi setahun penuh/FY25F).

    Di segmen pertambangan, Pama mencatat pemulihan produksi batubara menjadi 11 juta ton dengan overburden removal (SR) mencapai 8 miliar bcm pada Februari 2025, meningkat masing-masing sebesar 11 persen dan 3 persen mom. 

    Peningkatan ini dipicu oleh curah hujan yang lebih rendah, yang memungkinkan aktivitas operasional berjalan lebih optimal. Dengan demikian, total produksi batubara dan volume overburden removal selama dua bulan pertama 2025 mencapai 21 juta ton dan 169 miliar bcm. 

    Angka ini masing-masing mencerminkan pertumbuhan tahunan sebesar 3 persen dan penurunan 8 persen, namun masih dalam jalur pencapaian target tahunan UNTR (14 persen dari proyeksi setahun penuh, dibandingkan rata-rata lima tahun sebesar 15 persen).

    Di sisi lain, volume penjualan batubara anak usaha UNTR, TTA, mengalami penurunan signifikan sebesar 32 persen mom menjadi 1,2 juta ton pada Februari 2025. Penurunan ini terjadi setelah basis tinggi pada Januari 2025 akibat penjualan inventaris yang tertahan dari Desember 2024. 

    Secara tahunan, total volume penjualan batubara termal dalam dua bulan pertama 2025 mencapai 1,5 juta ton, turun 28 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Namun, penjualan batu bara coking meningkat tajam sebesar 155 persen yoy menjadi 1,3 juta ton, mencapai 37 persen dari target setahun penuh. 

    Secara agregat, total volume penjualan batu bara TTA mencapai 2,9 juta ton, tumbuh 7 persen yoy dan sejalan dengan target perusahaan (sekitar 20 persen dari proyeksi tahunan).

    Sementara itu, segmen emas UNTR menunjukkan perbaikan dengan volume penjualan yang meningkat menjadi 20.000 ons pada Februari 2025, tumbuh 11 persen mom. Secara kumulatif, penjualan emas selama dua bulan pertama 2025 mencapai 38.000 ons, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tidak mencatatkan penjualan. 

    Angka ini masih sesuai dengan panduan UNTR untuk Martabe pada tahun 2025, yakni 220.000 ons. Selain itu, proyek pabrik pengolahan sulfida di Sumbawa tetap berada dalam jalur penyelesaian pada April 2025 setelah mengalami sedikit penundaan teknis. 

    Fasilitas ini diharapkan mulai berkontribusi terhadap produksi emas UNTR pada kuartal kedua 2025, dengan target produksi tahunan sebesar 20.000 ons.

    Dengan pencapaian operasional yang tetap sejalan dengan proyeksi, UNTR mempertahankan estimasi kinerja keuangannya untuk tahun 2025. Perusahaan juga mempertahankan rekomendasi "Buy" dengan target harga berbasis SOTP (Sum-of-the-Parts) yang tidak berubah di Rp33.000 per saham. 

    Valuasi UNTR saat ini masih menarik dengan rasio harga terhadap laba (P/E) sebesar 4,4x untuk tahun 2025. Meskipun demikian, terdapat risiko penurunan harga batubara yang lebih besar dari perkiraan akibat melemahnya permintaan dari Tiongkok dan India. 

    Hal ini dapat berdampak pada penurunan volume Pama dan Komatsu, karena perusahaan-perusahaan tambang kemungkinan akan mengurangi belanja modal dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.

    Dari sisi keuangan, UNTR diproyeksikan membukukan pendapatan sebesar Rp128,2 triliun pada 2025, sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp134,4 triliun. EBITDA diperkirakan mencapai Rp41,8 triliun, lebih tinggi dari 2024 yang sebesar Rp36,2 triliun. 

    Laba bersih diproyeksikan sedikit turun menjadi Rp19,3 triliun, dibandingkan Rp19,5 triliun pada 2024. Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) diperkirakan sebesar 18 persen, sedikit menurun dari 20 persen pada 2024. Sementara itu, rasio valuasi perusahaan tetap kompetitif dengan EV/EBITDA sebesar 1,8x dan potensi imbal hasil dividen sebesar 10 persen.

    Dengan kondisi keuangan yang tetap solid dan prospek bisnis yang stabil, UNTR tetap menjadi pilihan investasi yang menarik, terutama bagi investor yang mencari eksposur di sektor alat berat dan pertambangan Indonesia.

    Prospek Saham dan Valuasi

    Dengan kinerja operasional yang tetap solid dan sejalan dengan proyeksi, UNTR mempertahankan target harga saham sebesar Rp33.000 per lembar, dengan potensi kenaikan sebesar 45 persen dari harga saat ini sebesar Rp22.825. 

    Saham UNTR saat ini diperdagangkan pada valuasi yang menarik dengan price-to-earnings ratio (PER) sebesar 4,4x untuk tahun 2025. Risiko utama terhadap prospek saham ini adalah potensi penurunan harga batu bara akibat permintaan yang lebih lemah dari China dan India, yang dapat berdampak pada volume operasional di segmen Pama dan Komatsu.

    Dari sisi kepemilikan saham, UNTR masih didominasi oleh Astra International yang memiliki 59,5 persen saham, sementara free float sebesar 38 persen memungkinkan likuiditas yang cukup baik. 

    Dalam enam bulan terakhir, harga saham UNTR mengalami penurunan 15,9 persen, tetapi secara relatif masih mengungguli IHSG dengan kenaikan 4 persen. 

    Dengan posisi harga saat ini yang mendekati batas bawah dalam rentang 52 minggu (Rp21.225 - Rp28.500), saham UNTR dapat menjadi peluang menarik bagi investor yang mencari valuasi atraktif di sektor pertambangan dan alat berat.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79