KABARBURSA.COM - Oktober dikenal sebagai bulan keberuntungan kripto yang disebut “Uptober”. Secara historis, pergerakan bitcoin hampir selalu berakhir hijau. Namun, Oktober 2025 ini ternyata berjalan tidak semulus biasanya.
Tahun ini, khususnya di Oktober, pergerakan harga Bitcoin lebih mirip roller coaster, naik tinggi, jatuh dalam, lalu kembali mencoba bangkit. Persis seperti dinamika makroekonomi global yang bergejolak, serta ekspektasi pasar terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve.
Sejak awal bulan, Bitcoin sempat menembus level USD123.000 sebelum terhempas tajam hingga USD107.000 di pertengahan Oktober. Kini, harga kembali berusaha pulih di kisaran USD114.000–USD115.000, meski di perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025 sempat terkoreksi ke USD112.000.
Berdasarkan data Coinglass, performa Uptober 2025 baru menghasilkan kenaikan tipis 1,14 persen. Meski begitu, sinyal fundamental dan makro masih berpihak pada aset kripto.
Pasar keuangan global tengah berada dalam mode risk-on, seiring dengan reli di Wall Street yang membawa indeks S&P 500 menembus rekor tertinggi di atas 6.900 poin. Investor juga memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam rapat FOMC pada 28–29 Oktober, yang jika terwujud, akan menurunkan kisaran suku bunga acuan menjadi 3,75 persen–4,00 persen.
Kebijakan dovish The Fed biasanya menjadi bahan bakar utama bagi reli aset berisiko seperti Bitcoin. Penurunan suku bunga berarti biaya pinjaman lebih murah, likuiditas meningkat, dan dolar AS cenderung melemah. Semua ini menjadi kondisi ideal bagi aset yang tidak memberikan bunga seperti kripto.
Contohnya, pada akhir 2019, saat The Fed melonggarkan kebijakan moneternya, harga Bitcoin sempat melesat hampir 50 persen hanya dalam dua bulan. Kini, dengan inflasi yang mulai mendingin dan pasar tenaga kerja melambat, skenario serupa tampaknya bisa terulang.
Data inflasi September menunjukkan kenaikan hanya 0,3 persen secara bulanan dan 3 persen tahunan, yang artinya lebih rendah dari ekspektasi. Di sisi lain, pertumbuhan lapangan kerja hanya bertambah 22.000, dengan tingkat pengangguran naik ke 4,3 persen dan menjadi yang tertinggi sejak 2021.
Kondisi ini memperkuat keyakinan bahwa The Fed perlu melonggarkan kebijakan untuk menopang pertumbuhan.
Sementara itu, investor besar juga mulai kembali ke pasar kripto melalui produk ETF Bitcoin spot. Menurut data Farside Investors, inflow positif ke ETF Bitcoin spot mencatatkan tiga hari berturut-turut dengan total USD149 juta.
Ini menjadi sinyal kuat bahwa kepercayaan institusional terhadap Bitcoin belum padam, dan justru meningkat di tengah ketidakpastian makro. Likuiditas tambahan dari ETF spot ini juga membantu memperkuat area support harga di kisaran USD114.000–USD114.500.
Sinyal Pemulihan Sangat Menjanjikan
Dari sisi teknikal, grafik Bitcoin memperlihatkan struktur pemulihan yang cukup menjanjikan. Setelah koreksi tajam pertengahan bulan, BTC berhasil naik 13 persen dari titik terendahnya. Namun, untuk benar-benar mengonfirmasi tren bullish baru, harga perlu menembus dan menutup perdagangan harian di atas USD116.000.
Level tersebut menjadi area psikologis yang dijaga ketat oleh para penjual. Data TRDR.io menunjukkan bahwa tekanan jual masih terkonsentrasi di rentang USD116.000–USD118.000, sementara likuidasi posisi short mencapai hampir USD50 juta dalam 12 jam terakhir. Ini menjadi indikasi adanya potensi dorongan naik tambahan jika harga berhasil menembus area ini.
Indikator momentum juga mengonfirmasi kekuatan tren. Average Directional Index (ADX) di level 32 menandakan tren yang cukup solid, sementara RSI di kisaran 69 menunjukkan momentum masih positif meski sudah mendekati area jenuh beli.
Exponential Moving Average (EMA) 50 mulai menanjak dan berpotensi membentuk golden cross, pertanda teknikal klasik untuk tren naik jangka menengah. Squeeze Momentum Indicator bahkan menunjukkan sinyal “Bullish Impulse”, yang berarti fase tekanan jual telah mereda dan pasar bersiap untuk ekspansi harga baru.
Analisis Ichimoku Cloud menambah konfirmasi, bahwa harga kini bergerak di atas awan, dengan proyeksi awan ke depan yang positif. Pola ini lazim muncul sebelum kelanjutan tren bullish.
Namun, jalan menuju “Bullvember” belum sepenuhnya mulus. Pasar masih menanti keputusan resmi FOMC dan nada pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, setelah pengumuman.
Jika Powell menegaskan komitmen pelonggaran berkelanjutan, Bitcoin bisa melanjutkan reli hingga area USD120.000 bahkan berpotensi mencetak rekor baru di atas USD127.000 pada awal November. Sebaliknya, jika nada Powell lebih hati-hati dan memberi sinyal jeda kebijakan, aksi ambil untung mungkin akan muncul dalam jangka pendek.
Reaksi pasar tradisional menjelang keputusan ini juga memperkuat potensi dampaknya. Yield obligasi AS 10 tahun turun ke bawah 4,1 persen, menjadi yang terendah dalam tiga bulan. Indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 masing-masing naik 2,4 persen dan 3,2 persen selama Oktober.
Pantheon Macroeconomics bahkan memproyeksikan masih ada ruang pelonggaran total 125 basis poin lagi hingga pertengahan 2026. Namun, lembaga manajemen aset Schroders mengingatkan agar pasar tidak lengah terhadap potensi “kejutan inflasi” jika dampak tarif impor gelombang kedua mulai terasa, mengingat sebagian besar perusahaan belum menyalurkan kenaikan biaya ke harga barang.
Dengan segala kombinasi faktor ini, baik itu likuiditas meningkat, dolar melemah, dan sentimen risiko membaik, pasar kripto sedang berada di posisi yang relatif menguntungkan menjelang akhir bulan.
Uptober memang tidak segemerlap biasanya, tetapi peluang untuk menutup bulan dengan warna hijau tetap terbuka lebar. Jika support di USD114.000 bertahan dan keputusan The Fed sesuai ekspektasi pasar, Bitcoin berpeluang melanjutkan tren naik menuju awal November.
Dan jika narasi “Bullvember” benar-benar terbentuk, reli berikutnya bisa menjadi babak baru bagi optimisme di dunia kripto setelah setahun penuh volatilitas ekstrem.(*)