KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,61 persen ke level 8.657 pada perdagangan Selasa, 9 Desember 2025.
Merujuk data perdagangan Stockbit, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) memimpin daftar top volume dengan transaksi mencapai 120,83 juta saham. Disusul PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sebanyak 65,30 juta saham.
Dari sisi nilai transaksi, BUMI kembali menjadi yang terbesar dengan Rp3,20 triliun, sementara PT Darma Henwa Tbk (DEWA) membukukan nilai perdagangan Rp1,64 triliun,
Selain itu, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga masuk jajaran top value.
Pergerakan sektoral menunjukkan sektor properti menjadi penopang utama pasar, naik +1,88 persen, diikuti sektor industri yang menguat +0.54 persen dan transportasi yang bergerak positif +0,11 persen.
Sebaliknya, sektor non-cyclical melemah paling dalam sebesar -0,74 persen. Sektor teknologi dan energi juga terkoreksi tipis, masing-masing -0,27 persen dan -0,23 persen.
IHSG Catat Rekor, Peluang Tembus Level 9.000 Makin Terbuka
IHSG kembali mencatatkan rekor setelah ditutup menguat ke level 8.710 pada perdagangan Senin, 8 Desember 2025. Peluang indeks untuk ke level 9.000 dinilai semakin terbuka lebar.
Pengamat Pasar Modal sekaligus founder Republik Investor, Hendra Wardana mengatakan penguatan ini menegaskan bahwa momentum bullish pasar domestik masih sangat kuat di tengah meningkatnya optimisme global.
"Kenaikan indeks kali ini ditopang oleh likuiditas pasar yang besar, transaksi yang mencapai lebih dari Rp27 triliun, serta minat beli yang merata di berbagai sektor sehingga 402 saham mencatat penguatan," ujar dia dalam risetnya yang diterima Kabarbursa.com dikutip, Selasa, 9 Desember 2025.
Hendra menilai, sentimen positif datang dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat serta data perdagangan China yang menguat, khususnya ekspor dan impor yang tumbuh lebih tinggi dari perkiraan.
"Kombinasi keduanya menciptakan suasana risk-on yang mendorong investor kembali mengakumulasi aset berisiko, termasuk saham-saham berkapitalisasi besar maupun saham siklikal," jelasnya.(*)