Logo
>

Usai Laba Menurun, PTBA Berpotensi Bangkit Q2

Pengamat pasar modal, Wahyu Tri Laksono menuturkan kinerja PTBA berpotensi meningkat karena adanya beberapa sentimen pendorong

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Usai Laba Menurun, PTBA Berpotensi Bangkit Q2
Hall Bursa Efek Indonesia di Bilangan SCBD, Jakarta Selatan. Foto: KabarBursa/Abbas

KABARBURSA.COM - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dinilai masih menarik untuk dikoleksi meski perusahaan mencatatkan laba menurun pada kuartal I 2025.

Diketahui, laba PTBA di tiga bulan pertama 2025 sebesar Rp391,48 miliar, turun sebesar 50,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Pengamat pasar modal, Wahyu Tri Laksono menuturkan kinerja PTBA berpotensi meningkat karena adanya beberapa sentimen pendorong, salah satunya ialah terkait penjualan ekspor PTBA. 

"Pada kuartal I 2025, penjualan ekspor PTBA tercatat naik 34 persen secara tahunan menjadi 5,09 juta ton. Jika tren ini berlanjut, ekspor dapat menjadi pendorong utama pendapatan di kuartal II," ujar dian kepada Kabarbursa.com, Jumat, 9 Mei 2025.

Katalis positif lainnya ialah terkait target produksi dan penjualan, mengingat PTBA menargetkan produksi batu bara hingga 50,05 juta ton pada 2025. Selain itu, perusahaan juga mencanangkan penjualan sebesar 50,09 juta ton tahun ini 

Wahyu memandang jika target tersebut bisa berjalan mulus, kinerja PTBA akan berbuah positif pada kuartal II tahun ini. 

Tak hanya itu, lanjut dia, PTBA juga akan tersengat positif dari potensi rebound harga batu bara setelah mengalami penurunan beberapa waktu. 

"Terdapat potensi harga batu bara untuk kembali menguat yang dapat meningkatkan pendapatan PTBA," tandasnya. 

Kendati begitu, Wahyu mengatakan PTBA masih akan menemukan sejumlah tantangan. Seperti, Kekhawatiran kelebihan pasokan batu bara secara global, yang menurutnya ini dapat menekan harga jual dan mempengaruhi margin keuntungan perusahaan.

Sebagai perusahaan batu bara, lanjut Wahyu, PTBA juga bakal menghadapi tantangan jangka panjang terkait transisi energi global menuju sumber energi yang lebih bersih.

Selain itu, sentimen juga datang dari internasional sebab masih ada ancaman katalis negatif ekonomi terkait ancaman resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) dipicu isu perang tarif dengan China. Wahyu menilai, keadaan ini berpotensi menekan harga dan demand batubara. 

"Sentimen negatif yang tercermin juga dari posisi level IHSG yang masih berada di level koreksi," pungkasnya. 

Sementara itu mengutip keterangan resmi perusahaan, laba bersih PTBA didukung kinerja operasional sepanjang kuartal I 2025. Penjualan ekspor mencapai 5,09 juta ton atau naik 34 persen secara tahunan, sementara penjualan domestik sebesar 5,19 juta ton. 

Adapun manajemen PTBA menyampaikan total penjualan pada kuartal I 2025 mencapai 10,28 juta ton atau mengalami kenaikan sebesar 7 persen secara tahunan. 

PTBA Habiskan Rp28,68 Miliar untuk Eksplorasi Kuartal I 2025

Sebelumnya diberitakan, PTBA melaporkan telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp28,68 miliar untuk mendanai kegiatan eksplorasi sepanjang kuartal I 2025. Fokus eksplorasi diarahkan pada area tambang aktif di wilayah Tanjung Enim, Sumatera Selatan, mencakup lima blok utama: Air Laya, Banko Tengah A, Banko Tengah B, Banko Barat, dan Muara Tiga Besar.

Kegiatan eksplorasi dilakukan oleh tim internal PTBA bersama pihak ketiga, termasuk PT Sucofindo, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengeboran, logging geofisika, serta pengujian kualitas batubara dan batuan. Laporan ini disampaikan PTBA dalam rangka pemenuhan kewajiban keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia.

Porsi terbesar dari dana eksplorasi dialokasikan untuk pengeboran di area Air Laya dan Banko Tengah B. Pengeboran dilakukan di 49 titik dengan total kedalaman 9.648 meter, ditambah pengeboran lanjutan di 43 titik sejauh 8.397 meter. Total kedalaman pengeboran eksplorasi selama triwulan ini mencapai hampir 18.000 meter.

Metode yang digunakan mencakup teknik coring dan open hole drilling, serta logging geofisika, yang bertujuan memperluas coverage area eksplorasi dan mengonfirmasi kualitas lapisan batubara. PTBA juga mengonfirmasi kegiatan ini ditujukan untuk pembaruan model geologi (updating geological model) sebagai dasar rencana produksi jangka menengah.

Eksplorasi tidak hanya fokus pada pengeboran, tetapi juga pada pengambilan sampel batubara dan batuan. Di area Muara Tiga Besar hingga Banko Tengah B, tim eksplorasi mengambil:

- 1.112 conto batubara untuk analisis kualitas,
 - 238 conto batuan inti (intibor) untuk uji keasaman batuan, dan
 - 401 conto tambahan untuk uji mekanika batuan.

Hasil ini akan digunakan untuk mendukung akurasi kontrol kualitas tambang aktif serta evaluasi desain tambang lanjutan.

PTBA juga melanjutkan kegiatan monitoring Top of Coal (ToC) dan Bottom of Coal (BoC) di zona tambang aktif seluas 471 hektare. Program ini penting dalam menentukan batas atas dan bawah lapisan batubara (seam boundary), yang berdampak langsung pada efisiensi desain penambangan dan estimasi cadangan operasional.

Selain eksplorasi teknis di lapangan, PTBA juga mencatat belanja eksplorasi non-fisik sebesar Rp2,81 miliar, yang digunakan untuk kegiatan pendukung seperti pengelolaan database eksplorasi, lisensi software geologi, dan dokumentasi administratif lainnya.

Langkah ini menunjukkan bahwa perusahaan juga memperkuat fondasi digital dan sistem informasi geologinya, mendukung inisiatif peningkatan akurasi data serta pengambilan keputusan berbasis teknologi.

Dalam laporannya, PTBA menegaskan bahwa program eksplorasi akan terus berlanjut sepanjang tahun 2025. Beberapa rencana lanjutan termasuk:

- Pengeboran lanjutan di Unit Pertambangan Ombilin (UPO) yang dijadwalkan mulai semester II 2025.
 - Kegiatan eksplorasi di blok E02 wilayah Timur-Selatan Kalimantan oleh anak usaha PTBA, PT Internasional Prima Coal (PT IPC).

Eksplorasi ini bertujuan menjaga keberlanjutan cadangan batubara dan mendukung roadmap produksi jangka menengah PTBA yang selama ini dikenal disiplin dalam pengelolaan sumber daya.

Dengan ekspansi eksplorasi yang berfokus pada tambang aktif dan pemutakhiran model geologi, PTBA menunjukkan komitmen untuk mempertahankan kinerja produksi jangka panjang di tengah tantangan sektor batubara global. Di sisi lain, efisiensi dalam belanja eksplorasi juga mencerminkan pengelolaan modal kerja yang disiplin, faktor yang penting dalam menjaga return on capital perusahaan.

Meskipun harga batubara global mengalami fluktuasi, cadangan operasional yang terbarukan secara berkala memberi sinyal kepada pasar bahwa PTBA berada dalam posisi kuat untuk mempertahankan volume produksi dan membangun resiliensi terhadap tekanan harga.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.