KABARBURSA.COM – Harga saham PT Bank Central Asia Tbk, berkode emiten BBCA, terus tergerus. Ada sesuatu yang tidak biasa terjadi pada saham ini. Valuasi premiumnya terus terkompres. Hal ini terlihat dari struktur orderbook, pola broker hingga valuasi berbasis konsensus analis.
Pada level mikro, orderbook BBCA menunjukkan tekanan jual yang lebih tebal dibanding sisi bid. Antrean jualnya mencapai sekitar 277 ribu lot, jauh melampaui antrean beli yang hanya 177 ribu lot. Spread harga juga relatif rapat, tetapi distribusi terjadi di hampir seluruh lapisan offer. Ini menjadi pertanda adanya pelaku besar yang sedang mengurangi posisi tanpa mendorong harga jatuh terlalu dalam.
Volume transaksi pada Senin, 8 Desember 2025, mencapai 476 ribu lot atau Rp395 miliar. Di sini, likuiditas tetap tinggi meski tekanan distribusi terasa jelas.
Pola broker semakin menegaskan narasi distribusi. Dari data yang terlihat, broker dengan nilai jual terbesar seperti Maybank Sekuritas/ZP (121,8 miliar), Kiwoom Sekuritas/AG (30,2 miliar), UBS Sekuritas/AK (17,2 miliar), Macquaire Sekuritas/RX (15,1 miliar) mendominasi pelepasan saham.
Di sisi lain, akumulasi terbesar dilakukan oleh CGS-CIMB Sekuritas (YU), CLSA Sekuritas (KZ), Trimegah Sekuritas (LG) memang besar, tetapi tidak mengimbangi tekanan distribusi jumbo dari rumah-rumah sekuritas yang sedang melepas posisi.
Namun menariknya, distribusi ini tidak serta merta menekan harga. Alasannya, likuiditas BBCA sangat tebal sehingga aksi jual besar masih bisa terserap oleh pasar tanpa menciptakan gap turun tajam. Inilah tipikal saham big caps defensive, di mana distribusi berlangsung halus, bukan dalam hentakan.
Valuasi Berada di bawah Rata-rata Historis
Di sisi fundamental, konsensus analis justru memperlihatkan kondisi BBCA yang tetap solid. Pendapatan diproyeksikan naik dari Rp112,7 triliun (2024) menjadi Rp122,4 triliun (2026). Laba bersih diprediksi meningkat dari Rp54,8 triliun menjadi Rp61,6 triliun dalam dua tahun.
EPS juga naik dari 444 menjadi 500. Dengan outlook seperti itu, tidak ada tanda bahwa BBCA sedang mengalami pelemahan fundamental.
Namun valuasi mulai menjadi isu. PE Band TTM menunjukkan bahwa BBCA berada jauh di bawah rata-rata historisnya. Range PE 3 tahun bergerak antara 23–29x, tetapi tren saat ini mengarah ke bawah.
Semakin lama, premium valuation BBCA terkompresi. Ini terjadi bukan karena kinerja memburuk, tetapi karena investor mulai melakukan rotasi portofolio ke saham-saham yang menawarkan potensi pertumbuhan lebih tinggi dengan PER lebih murah.
Kondisi ini menggambarkan sesuatu yang jarang dibicarakan: BBCA tidak sedang dalam masalah, tetapi dalam proses repricing oleh pasar. Dengan suku bunga global bersiap turun pada 2026, sektor perbankan defensif seperti BBCA perlahan kehilangan daya tarik bagi investor yang mencari momentum agresif. Maka distribusi yang terjadi kemungkinan bukan panic selling, melainkan profit-taking struktural dari institusi besar.
Secara keseluruhan, BBCA berada di fase stabil tetapi penuh tekanan tersembunyi. Fundamental kuat, tetapi sentimen pasar sedang bergeser. Distribusi broker besar memberi sinyal bahwa pelaku institusi mulai mengurangi eksposur. Namun likuiditas besar dan proyeksi kinerja positif memastikan BBCA tidak akan jatuh dalam.
Dengan kata lain, BBCA tidak sedang melemah akan tetapi sedang menyesuaikan diri terhadap perubahan lanskap pasar, selama valuasinya belum kembali ke zona menarik, pelaku besar kemungkinan masih menahan diri untuk masuk agresif kembali.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.