Logo
>

Video: Kontrak Freeport, RI The Perfect Storm & Top Emiten

Ditulis oleh KabarBursa.com
Video: Kontrak Freeport, RI The Perfect Storm & Top Emiten

KABARBURSA.COM- Izin pertambangan freeport diperpanjang sampai 2061, ekonom meramal  RI bakal alami The Perfect Storm, serta  emiten-emiten yang menopang ekonomi Indonesia kuartal I-2024, menjadi fokus utama pemberitaan redaksi Kabar Bursa hari ini, Selasa 7 Mei 2024, dalam Kabar Bursa Hari ini (KBHI).

Izin Pertambangan Freeport Diperpanjang Sampai 2061

Izin operasi PT Freeport Indonesia (PTFI) telah diperpanjang hingga tahun 2061. Hal itu dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.

Arifin Tasrif menjelaskan bahwa izin usaha pertambangan khusus (IUPK) Freeport awalnya akan berakhir pada 2041, namun dengan perpanjangan ini, izinnya akan bertambah 20 tahun.

Keputusan untuk memperpanjang izin tersebut didasarkan pada pertimbangan akan kebutuhan pasokan bijih tembaga bagi smelter, yang memastikan kelangsungan proses smelting.

“Diperpanjang sampai 2061 karena Freeport bangun smelter, kapasitasnya besar, baik yang baru maupun eksistingnya. Jadi memang membutuhkan kepastian pasokan ore (bijih)-nya,” ungkap Arifin Tasrif saat berada di JCC Senayan, Jakarta, pada Senin, 6 Mei 2024.

Arifin menjelaskan bahwa jika Freeport hanya mengandalkan cadangan bijih saat ini, produksinya berpotensi menurun dan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, eksplorasi lanjutan di wilayah kerja Freeport diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bijih smelter.

Saat ini, Freeport telah memiliki dua smelter di Gresik, Jawa Timur. Arifin menekankan pentingnya alokasi anggaran untuk eksplorasi guna memastikan pasokan bijih terjamin hingga tahun 2061.

Kebijakan perpanjangan IUPK Freeport hingga tahun 2061 akan difasilitasi melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 96 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, yang saat ini masih dalam proses di Kementerian Sekretariat Negara.

Sebelumnya, Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia juga memastikan perpanjangan izin operasi Freeport hingga tahun 2061, dengan penambahan kepemilikan saham Indonesia menjadi 61 persen.

Tujuan dari penambahan saham ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru.

Ekonom Meramal RI bakal Alami The Perfect Storm, Apa Itu?

Keputusan Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan tingkat suku bunga, juga dikenal sebagai The Fed Fund Rate (FFR), telah menciptakan banyak asumsi di pasar domestik Indonesia. Keputusan tersebut, yang mempertahankan suku bunga antara 5,25 hingga 5,5 persen, dianggap oleh pasar sebagai sinyal bahwa kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin menurun di tahun ini.

Menurut data Bank Indonesia (BI), neraca transaksi berjalan pada 2023 telah berbalik mengalami defisit terkendali sebesar USD1,6 miliar atau 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Sementara, surplus neraca perdagangan mengalami penurunan dari surplus sebesar USD12,1 miliar di kuartal I 2023 menjadi USD7,31 miliar di kuartal I 2024.

Merujuk pada data tersebut, ekonom senior PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) Emil Muhamad menganggap kondisi ini merupakan The Perfect Storm yang akan dihadapi Indonesia. Kondisi tersebut berarti pada saat tekanan global sedang meningkat namun kondisi perekonomian domestik sedang turun.

“Kondisi ini dapat disebut dengan The Perfect Storm di mana tekanan global meningkat, di waktu bersamaan kondisi imunitas perekonomian domestik sedang turun,” kata dia, Senin, 6 Mei 2024.

Emil melanjutkan, dampak dari kondisi tersebut adalah nilai tukar rupiah yang terdepresiasi cukup signifikan terutama pascalebaran, bahkan koreksi ini lebih dalam dibandingkan rata-rata mata uang Asia lainnya.

“Kondisi ini membuat Bank Indonesia merespon dengan menaikkan tingkat BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persenpada akhir April lalu,” sambungnya.

Menurutnya, respons ini cukup tepat sebagai langkah pre–emptive dan forward looking. Dampaknya kepada bond market belum akan melihat rally dalam jangka pendek karena pasar masih dipenuhi ketidakpastian dan ketakutan (fear).

Emil menambahkan, setidaknya hingga Juli setelah data-data ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan sedikit pelemahan. Di saat itulah, pasar obligasi akan menunjukkan kinerja positif yang lebih konsisten. Secara garis besar dia menilai koreksi di pasar obligasi global bukan hanya terpengaruh oleh data-data ekonomi AS namun lebih kepada fear yang berkembang dari kesalahan ekspektasi dovish pasar pada akhir tahun lalu.

Karena itu, TCW mengapresiasi langkah BI sudah tepat dan lebih realistis dibanding optimistis. Keputusan BI yang menaikkan BI Rate adalah sebuah skema off-cycle rate hike atau kenaikan suku bunga di luar siklusnya. Pasar akan lebih mengapresiasi langkah-langkah yang realistis dibanding yang optimistis.

“Ibarat sedang sakit, kenaikan suku bunga BI adalah sebuah obat yang memang dibutuhkan,” ujar dia.

Untuk diketahui, sepanjang kuartal II, jika BI masih bersikap hawkish, maka peluang penguatan SBN relatif terbatas. Ekspektasinya, SBN baru akan menguat secara konsisten pada paruh kedua tahun ini. Jika stabilitas pasar obligasi global membaik dan tekanan pada rupiah berkurang, bukan tidak mungkin BI akan memiliki ruang untuk tetap melakukan pemotongan suku bunga menjelang akhir tahun.

“Kami berharap BI tetap konsisten dalam menjaga stabilitas dan menjaga kepercayaan investor untuk saat ini,” tutup Emil.

Sebagai informasi, sejak akhir tahun lalu ekspektasi market terlalu dovish yang memprediksi setidaknya akan ada enam sampai tujuh kali pemangkasan suku bunga The Fed. Namun, pada akhir kuartal I yang lalu, data-data ekonomi AS tidak selemah yang diperkirakan pasar. Hal ini memaksa pasar mengubah ekspektasi mereka dari sebelumnya enam sampai tujuh kali rate cut, menjadi hanya satu sampai dua kali di tahun ini.

“Sampai Maret 2024 tidak ada perubahan ekspektasi tingkat FFR dari The Fed. Padahal, kinerja perekonomian AS hingga kuartal I 2024 mencatatkan kinerja yang cukup baik dan inflasi hanya turun perlaha,” kata Emil.

Adapun pada proyeksi Maret 2024, The Fed memperkirakan ekonomi tumbuh 2,1 persen dan tingkat pengangguran AS juga turun menjadi 4 persen. Bahkan inflasi AS diprediksi masih berada di tingkat 2,6 persen, di atas target inflasi The Fed di 2,0 persen.

“Keputusan The Fed mempertahankan tingkat suku bunganya bersamaan dengan daya tahan neraca eksternal yang sedang melemah,” tandas dia.

Ini Emiten yang Topang Ekonomi Indonesia Kuartal I-2024

Ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 tumbuh 5,11 persen, atau  -0,83 persen secara tahunan Year on Year, (YoY). Reaserch Team PT Reliance Sekuritas melihat pertumbuhan tersebut ditopang oleh industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan ditengah masih kuatnya aktivitas produksi dan permintaan dari domestik dan luar negeri.

“Dari pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh belanja pemerintah dan konsumsi masyarakat ditengah realisasi belanja sepanjang pemilu dan permintaan ditengah bulan puasa dan lebaran,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin 6 Mei 2024.

Adapun berdasarkan laporan keuangan Kuartal-I 2024 emiten-emiten yang bergerak di industri pengolahan, konstruksi dan perdagangan juga mencatatkan laba bersih yang positif, diantaranya;

  1. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) mencatat laba bersih Rp307,10 miliar naik +104 persen YoY pada 1Q24. Pendapatan sebesar Rp3,74 triliun turun -7,65 persen YoY.
  2. PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) mencatatkan laba bersih sebesar Rp71 miliar atau naik +37 persen YoY pada 1Q24. Pendapatan naik +3,1 persen YoY menjadi Rp1,18 triliun.
  3. PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) mencatatkan penjualan bersih Rp16,64 triliun +12 persen YoY,  laba bersih sebesar Rp255,26 miliar naik +8,39 persen YoY pada 1Q24.
  4. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mencatatkan laba bersih Rp957,56 miliar naik +11 persen YoY, penjualan Rp8,36 triliun naik tipis +6,36 persen YoY pada 1Q24.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

KabarBursa.com

Redaksi