Logo
>

Wall Street Ambruk Gegara Tarif dan Anjloknya Saham AI

Wall Street hari ini kembali longsor. Setelah sempat pulih sehari sebelumnya, Jumat, 7 Maret 2025, bursa saham Amerika Serikat (AS) ini lagi-lagi anjlok.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Wall Street Ambruk Gegara Tarif dan Anjloknya Saham AI
Ilustrasi: Papan indeks saham di Bursa Efek Indonesia. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Wall Street hari ini kembali longsor. Setelah sempat sedikit pulih sehari sebelumnya, Jumat, 7 Maret 2025, dini hari WIB bursa saham Amerika Serikat (AS) ini lagi-lagi anjlok cukup dalam gara-gara tarif impor ala Donald Trump.

    Dilansir dari AP di Jakarta, Jumat, indeks S&P 500 longsor 1,8 persen, balik ke tren turun setelah sempat rebound sehari sebelumnya. Dow Jones juga drop 427 poin (1 persen), sedangkan Nasdaq jeblok 2,6 persen—resmi masuk zona koreksi karena udah turun lebih dari 10 persen dari rekor Desember lalu.

    Padahal, Trump sempat kasih kelonggaran tarif 25 persen buat barang impor dari Meksiko dan Kanada selama sebulan. Tapi pasar kayaknya ogah terlalu berharap, apalagi sebulan sebelumnya Trump juga kasih pengecualian buat industri otomotif, tapi masih terus lanjut menyasar tarif lain.

    Intinya, investor masih menyimpan harapan bahwa tarif ini cuma strategi nego dan bukan kebijakan permanen. Soalnya kalau perang dagang benar-benar terjadi, itu bisa bikin ekonomi ambyar dan inflasi melonjak. Tapi Trump adalah sosok yang dikenal plin-plan karena besok bisa beda lagi keputusannya. Buktinya, tarif lain yang dijadwalkan buat April 2 tetap jalan terus, yang mana ini bikin pasar tambah panik.

    “Cara kayak gini tak terlalu berpengaruh buat menghilangkan ketidakpastian,” kata kepala investasi di BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma. “Selama aturan tarif masih acak-acakan begini, bisnis juga bakal tetap was-was.”

    Pelaku usaha AS juga sudah mulai teriak. Mereka bilang kebijakan yang bolak-balik ini bikin kacau, sementara rumah tangga AS siap-siap menerima kenaikan harga akibat tarif impor yang bikin inflasi naik. Kalau begini terus, AS bisa masuk ke stagflasi—alias ekonomi melambat, tapi inflasi tinggi, yang mana ini mimpi buruk buat The Fed karena tak ada instrumen kebijakan yang bisa langsung membereskan masalah ini.

    Menurut analis BNP Paribas, dampak tarif bakal tergantung apakah kebijakan ini bakal dicabut atau malah lanjut. “Tapi meskipun nanti dihapus, dampaknya ke ekonomi global bakal tetap terasa lama,” tulis mereka.

    Laporan ketenagakerjaan AS yang akan rilis hari ini jadi penentu berikutnya buat Wall Street. Sejauh ini, pasar kerja yang solid dan daya beli rumah tangga jadi kunci biar AS tak jatuh ke resesi. Masalahnya, beberapa ritel besar sudah mulai memberi sinyal bahaya soal daya beli masyarakat.

    Lihat aja Macy’s, Kamis kemarin mereka mengumumkan pendapatan akhir 2024 yang lebih lemah dari ekspektasi analis, meskipun labanya masih terbilang baik. Tapi yang bikin ciut nyali investor, proyeksi laba 2025-nya ternyata di bawah ekspektasi, yang akhirnya bikin sahamnya turun 0,7 persen.

    Nasib lebih parah dialami Victoria’s Secret. Walaupun laporan laba kuartal empatnya lumayan, proyeksi pendapatannya di 2025 bikin pasar kecewa. Sahamnya langsung jeblok 8,2 persen.

    Nvidia dan Marvell Kena Hantam

    Kali ini saham perusahaan semikonduktor jadi tumbal terbesar. Setelah sebelumnya melesat gegara hype kecerdasan buatan (AI), sekarang saham-saham chip justru terjun bebas.

    Lihat saja Marvell Technology, sahamnya ambrol 19,8 persen, padahal laporan keuangannya sebenarnya masih lumayan—pendapatannya sedikit lebih tinggi dari perkiraan analis dan mereka optimis bisa tumbuh 60 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Tapi karena investor sudah kadung euforia dengan AI, angka segitu dianggap kurang wah.

    Nvidia, maskot utama AI, juga terkena imbas. Sahamnya anjlok 5,7 persen, sementara Broadcom ikut tumbang 6,3 persen, persis sebelum laporan keuangannya keluar. Dua nama ini termasuk pemberat utama di S&P 500, yang akhirnya turun 104,11 poin ke 5.738,52. Dow Jones ikut longsor 427,51 poin ke 42.579,08, dan Nasdaq babak belur jatuh 483,48 poin ke 18.069,26.

    Tak heran, AI stocks sudah bertahun-tahun menggendong Wall Street ke rekor demi rekor. Nvidia saja naik hampir 820 persen dari 2023 ke 2024. Tapi ada harga ada rupa—banyak yang mulai bilang saham AI ini sudah terlalu mahal. Belum lagi ancaman dari perusahaan teknologi China yang makin jago bikin chip sendiri. DeepSeek malah blak-blakan bilang mereka tak perlu pakai chip mahal buat AI mereka.

    Sementara itu, di Eropa, indeks saham campur aduk setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menurunkan suku bunga, sesuatu yang sudah diprediksi pasar. Saham Jerman justru naik 1,5 persen, gegara pemerintah baru sepakat buat lebih longgar soal aturan utang, yang berarti bakal ada lebih banyak pinjaman dan belanja negara dalam dekade ke depan.

    Di Asia, pasar saham justru naik, dengan Hong Kong melonjak 3,3 persen dan Shanghai naik 1,2 persen. Menteri Perdagangan China pasang badan menghadapi Trump dengan bilang kalau ekonomi mereka tak akan goyah meski tarif AS makin tinggi. Tapi dia juga memberi peringatan,”Tak ada pemenang dalam perang dagang.”(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).