KABARBURSA.COM - Sebagian besar saham di Wall Street menguat pada perdagangan Selasa (waktu setempat) atau Rabu dini hari WIB, setelah rilis kabar positif soal inflasi. Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu, 15 Januari 2025, indeks S&P 500 hanya naik tipis 0,1 persen karena beberapa saham besar seperti Eli Lilly justru melemah. Dow Jones Industrial Average menambah 221 poin atau 0,5 persen, sementara Nasdaq terkoreksi 0,2 persen.
Kenaikan ini didorong laporan inflasi di tingkat produsen yang lebih rendah dari ekspektasi ekonom pada bulan lalu. Ini jadi pertanda baik jelang laporan inflasi konsumen yang akan dirilis Rabu ini, yang bakal mengungkap seberapa besar kenaikan harga di pom bensin, kasir supermarket, dan dealer mobil selama Desember.
Sayangnya, inflasi yang tetap membandel dan sederet data ekonomi AS yang kuat malah bikin Wall Street terseret ke tren negatif dalam beberapa pekan terakhir. Kekhawatiran utama adalah data yang terlalu kuat bisa bikin The Fed mengendurkan rencana pemotongan suku bunga.
The Fed sebelumnya mengindikasikan hanya akan memangkas suku bunga dua kali pada 2025, turun dari proyeksi empat kali sebelumnya. Namun, ada spekulasi bahwa mungkin saja tidak ada pemangkasan sama sekali tahun ini.
Imbas ke Pasar Obligasi
[caption id="attachment_9044" align="alignnone" width="750"] Ilustrasi obligasi. (Foto: Pixabay)[/caption]
Ketidakpastian ini bikin imbal hasil obligasi AS meroket yang akhirnya menekan pasar saham. Namun, setelah laporan inflasi produsen keluar, kenaikan imbal hasil obligasi mulai melambat.
Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun bertahan di level 4,78 persen, sama seperti Senin malam, meski sempat di bawah 3,65 persen pada September lalu. Sementara itu, imbal hasil obligasi dua tahun, yang lebih sensitif terhadap kebijakan The Fed, turun ke 4,36 persen dari 4,39 persen.
Saham Properti dan Akuisisi Bikin Kejutan
Di Wall Street, saham KB Home melesat 4,8 persen setelah membukukan laba kuartalan yang lebih tinggi dari perkiraan analis. Meski kenaikan imbal hasil obligasi membuat kredit rumah semakin mahal, CEO KB Home, Jeffrey Mezger, mengungkapkan pembeli tetap antusias memiliki rumah, bahkan kondisi pasar perumahan membaik dibanding tahun lalu. Proses pembangunan rumah yang lebih cepat juga membantu KB Home menambah pengiriman unit rumahnya dalam tiga bulan hingga November.
Sementara itu, H&E Equipment Services naik lebih dari dua kali lipat hingga melampaui USD90 setelah United Rentals mengumumkan rencana akuisisi dengan harga USD92 per saham secara tunai. Akuisisi senilai USD4,8 miliar ini termasuk sekitar USD1,4 miliar dari total utang bersih H&E, yang dikenal sebagai penyedia alat berat seperti platform kerja udara dan alat pengeruk tanah.
Saham United Rentals Menguat
United Rentals mencatat kenaikan saham sebesar 5,9 persen. Namun, indeks utama di Wall Street cenderung bergerak naik-turun sepanjang perdagangan karena saham-saham teknologi raksasa mengalami pelemahan.
Nvidia, misalnya, turun 1,1 persen dan menjadi penyumbang tekanan terbesar kedua bagi indeks S&P 500. Saham yang paling besar menekan pasar justru Eli Lilly, yang merosot hingga 6,6 persen setelah memproyeksikan pendapatan kuartal keempat 2024 lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
CEO Eli Lilly, David Ricks, menyatakan pertumbuhan 45 persen pendapatan mereka dari obat diabetes Mounjaro, suntikan obesitas Zepbound, dan produk lainnya di pasar incretin tidak sekuat ekspektasi.
Di sisi lain, Signet Jewelers terpuruk hingga 21,7 persen. Perusahaan perhiasan tersebut mengakui bahwa penjualannya selama momen belanja jelang Natal 2024 berada di bawah target. Menurut Chief Financial and Operating Officer Signet, Joan Hilson, konsumen lebih memilih hadiah fashion berharga murah di tengah persaingan yang semakin ketat.
Beberapa raksasa keuangan AS seperti JPMorgan Chase dan Wells Fargo dijadwalkan merilis laporan keuangan terbarunya pada Rabu ini. Musim laporan keuangan selalu menjadi perhatian pelaku pasar, namun kali ini tekanannya lebih besar. Jika imbal hasil obligasi terus naik, harga saham perlu turun atau perusahaan harus menunjukkan pertumbuhan laba yang lebih besar untuk menyeimbangkan ekspektasi.
Secara keseluruhan pada perdagangan Selasa waktu setempat:
- S&P 500 naik 6,69 poin ke 5.842,91
- Dow Jones menguat 221,16 poin ke 42.518,28
- Nasdaq turun 43,71 poin ke 19.044,39
Pergerakan Saham Global dan Harga Minyak
Pasar saham global mayoritas mengalami penguatan, baik di Eropa maupun Asia, dengan beberapa pengecualian. Indeks Nikkei 225 Jepang turun 1,8 persen usai libur pada Senin, tetapi indeks di Tiongkok justru kuat dengan kenaikan 1,8 persen di Hong Kong dan 2,5 persen di Shanghai.
Sementara itu, harga minyak mentah turun setelah sempat mencatat kenaikan tajam dalam beberapa pekan terakhir, yang turut memicu tekanan inflasi.
- Minyak mentah AS turun 1,7 persen menjadi USD77,50 (Rp1,24 juta) per barel.
- Brent sebagai acuan internasional turun 1,3 persen menjadi USD79,92 (Rp1,28 juta) per barel.
Tekanan harga minyak yang mereda ini memberikan ruang bernapas bagi inflasi yang sebelumnya sempat bikin pasar waswas. Namun, pelaku pasar tetap harus waspada dengan data inflasi berikutnya yang bisa jadi penentu arah kebijakan suku bunga The Fed.(*)