KABARBURSA.COM - Indeks utama Wall Street mengalami penurunan pada perdagangan hari Selasa, 4 November 2025 di tengah prediksi pasar ekuitas akan melemah.
Mengutip Reuters, S&P 500 (.SPX) turun 1,1 persen, sementara Nasdaq Composite (.IXIC), juga melemah 1,5 persen. Sedangkan Dow Jones Industrial Average (.DJI), menyusut 0,7 persen.
CEO perusahaan raksasa di Wall Street, Morgan Stanley dan Goldman Sachs memperingatkan bahwa pasar ekuitas dapat menuju ke arah penurunan. Hal ini menggarisbawahi kekhawatiran yang berkembang atas valuasi tinggi.
Kekhawatiran akan terjadinya gelembung pasar muncul ketika indeks acuan S&P 500 (.SPX), terus menanjak dengan pesat usai berulang kali mencapai rekor tertinggi.
"Kita harus menyambut kemungkinan adanya penarikan dana, 10 persen hingga 15 persen, yang tidak disebabkan oleh semacam efek jurang makro," ujar CEO Morgan Stanley, Ted Pick, pada KTT Investasi Pemimpin Keuangan Global di Hong Kong.
Mayoritas pasar sejauh ini mengabaikan kekhawatiran tentang inflasi, suku bunga tinggi, ketidakpastian kebijakan akibat perubahan dinamika perdagangan, dan penutupan pemerintah federal yang sedang berlangsung.
CEO Goldman, David Solomon mengatakan ketika siklus ini terjadi, segala sesuatu dapat berjalan sementara waktu. Namun, kata dia, ada hal-hal yang akan mengubah sentimen dan menciptakan penurunan.
"Atau mengubah perspektif lintasan pertumbuhan, dan tidak ada di antara kita yang cukup cerdas untuk melihatnya sampai hal itu benar-benar terjadi," ungkap dia.
Bulan lalu, CEO JPMorgan Chase (JPM.N), Jamie Dimon telah memperingatkan meningkatnya risiko koreksi signifikan di pasar saham AS dalam enam bulan hingga dua tahun ke depan.
"Saya jauh lebih khawatir tentang hal itu daripada yang lain," ujar dia.
Menurut dia, sudah terlalu banyak faktor yang menjadi sentimen saham AS. Seperti adanya ketidakpastian imbas dari beberapa faktor seperti ketegangan geopolitik, pengeluaran fiskal, dan remiliterisasi global.
Awal minggu ini, wakil kepala investasi dari perusahaan pengelola dana lindung nilai Bridgewater Associates mengatakan bahwa para investor mengabaikan meningkatnya risiko. (*)