KABARBURSA.COM - Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street bergerak mendekati rekor tertingginya pada Jumat waktu setempat atau Sabtu, 15 Februari 2025, dini hari. Indeks-indeks utama bergerak santai setelah laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan besar keluar dengan hasil yang campur aduk.
Dilansir dari AP di Jakarta, Sabtu, S&P 500 nyaris tak bergerak di awal perdagangan, sehari setelah mendekati rekor tertingginya yang tercatat bulan lalu. Indeks ini sekarang bertengger di 6.115,68, cuma sedikit di bawah rekor 6.118,71. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average turun tipis 44 poin atau 0,1 persen, dan Nasdaq juga cuma gerak sedikit, nyaris stagnan.
Di sisi perusahaan, Airbnb mendadak ngebut naik 12,3 persen setelah melaporkan laba kuartalan yang lebih tinggi dari perkiraan analis. Ternyata, makin banyak orang yang booking penginapan lewat platformnya. Airbnb masuk dalam daftar panjang perusahaan yang berhasil mengalahkan ekspektasi analis musim laporan keuangan kali ini—meski, ini sudah jadi pola umum.
Tapi, ada juga yang kena nasib kurang baik. Applied Materials justru anjlok 6 persen , meski laporannya juga lebih baik dari perkiraan analis. Masalahnya, prediksi pendapatannya ke depan bikin investor kurang sreg karena angka tengah dalam proyeksi pendapatannya lebih rendah dari ekspektasi Wall Street.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury AS turun setelah laporan menunjukkan penjualan ritel AS bulan lalu melemah jauh lebih dalam dari perkiraan ekonom. Kemungkinan, cuaca buruk jadi biang keroknya—dari suhu dingin ekstrem di Selatan sampai kebakaran hutan di California yang bikin orang mager ke toko dan dealer mobil.
Hasilnya, imbal hasil obligasi 10 tahun AS turun ke 4,47 persen, setelah sebelumnya berada di 4,54 persen pada Kamis malam. Investor berharap data ekonomi bisa masuk ke zona “Goldilocks”—tak terlalu lemah sampai bikin ekonomi ambruk, tapi juga tak terlalu kuat yang bisa bikin inflasi makin liar.
Tapi, minggu ini Wall Street justru terkena kejutan tak enak, yakni laporan inflasi bulan lalu lebih tinggi dari perkiraan. Ini membuat tekanan makin besar bagi The Fed yang kemungkinan bakal tahan diri sebelum menurunkan suku bunga.
Sejak September hingga akhir 2024, The Fed memangkas suku bunga cukup agresif untuk mempermudah pinjaman, mendukung ekonomi, dan menaikkan harga aset. Tapi, di penghujung 2024, mereka sudah kasih sinyal bakal lebih hati-hati di 2025 karena inflasi masih bandel. Target inflasi The Fed ada di 2 persen. Pemangkasan suku bunga yang terlalu cepat bisa bikin inflasi makin liar.
Trump, Tarif Impor, dan Sentimen Pasar
[caption id="attachment_119635" align="alignnone" width="680"] Ilustrasi Donald Trump dan WLF. Foto: Tangkapan layar laman worldlibertyfinancial.com.[/caption]
Inflasi bisa makin panas karena kebijakan tarif impor baru yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump. Tapi, sejauh ini, pasar saham AS masih santai-santai saja.
Banyak yang percaya kalau Trump ini lagi main strategi negosiasi dengan ancaman keras, tapi ujung-ujungnya mungkin tak bakal dijalankan sepenuhnya. Soalnya, kalau dia terlalu nekat, dampaknya bisa menyasar ke pasar saham dan ekonomi AS sendiri.
Cuma, kalau ekspektasi Wall Street tak sesuai realita, atau kalau Trump makin nekat karena pasar tak bereaksi negatif, bisa jadi pasar bakal kena efek yang lebih besar di kemudian hari.
Di luar AS, indeks saham di Eropa dan Asia bergerak dengan pola campuran. Yang mencuri perhatian adalah Hang Seng Hong Kong, yang melonjak 3,7 persen—salah satu kenaikan terbesar dalam beberapa waktu terakhir. Saham teknologi jadi pendorong utama dengan lonjakan besar pada perusahaan game Tencent, produsen smartphone Xiaomi, dan raksasa e-commerce Alibaba.
Lonjakan Wall Street
[caption id="attachment_119471" align="alignnone" width="680"] Aktifitas depan Papan Pantau Saham di Main Hal Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (11/2/2025). Hari ini Papan Pantau terlihat Panah Merah. Foto: Kabar Bursa/Abbas Sandji[/caption]
Wall Street sebelumnya mengalami tren penguatan pada Kamis waktu setempat atau Jumat, dini hari. Pasar saham AS ini mendekati rekor tertingginya setelah sejumlah perusahaan melaporkan laba yang lebih besar dari perkiraan. Sementara itu, Wall Street tampaknya tak terlalu peduli dengan pengumuman terbaru Presiden Donald Trump terkait tarif impor yang kemungkinan baru akan berlaku penuh dalam beberapa pekan ke depan.
Indeks S&P 500 naik 1 persen, mendekati 0,1 persen dari rekor tertinggi yang dicetak bulan lalu. Dow Jones Industrial Average bertambah 342 poin atau 0,8 persen, sementara Nasdaq melonjak 1,5 persen.
Saham MGM Resorts International menjadi salah satu pemenang terbesar di pasar dengan kenaikan 17,5 persen setelah membukukan laba kuartalan yang melampaui ekspektasi analis. Perusahaan ini mencatat pertumbuhan bisnis di China serta tren positif di sektor digitalnya di Las Vegas dan Amerika Utara.
Selain MGM, sejumlah perusahaan lain yang juga melaporkan laba lebih tinggi dari perkiraan termasuk GE HealthCare Technologies yang naik 8,8 persen, Molson Coors Beverage yang menguat 9,5 persen, dan Robinhood Markets yang melonjak 14,1 persen.
Kombinasi laporan keuangan yang solid dan ekonomi AS yang tetap tangguh terus mempertahankan indeks saham di level tinggi. Laporan terbaru menunjukkan jumlah pekerja yang mengajukan tunjangan pengangguran di AS menurun pekan lalu dan mengindikasikan pasar tenaga kerja masih stabil.(*)