Logo
>

Was-was Menanti Data Inflasi AS, Rupiah Anjlok Jumat Pagi

Ditulis oleh KabarBursa.com
Was-was Menanti Data Inflasi AS, Rupiah Anjlok Jumat Pagi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin 25 Juli 2024. Pelemahan rupiah diproyeksi dapat berlanjut seiring penantian data-data inflasi Negeri Paman Sam. Pagi ini 26 Juli 2024 rupiah justru makin menunjukkan pelemahan.

    Kamis 25 Juli 2024 kemarin kurs rupiah Jisdor melemah 0,27 persen ke Rp 16.268 per dolar AS. Pergerakan rupiah Jisdor sejalan dengan pasar spot yang melemah 0,22 persen ke level Rp 16.250 per dolar AS.

    Pengamat Mata Uang, Ariston Tjendra mencermati, pelemahan rupiah kemungkinan dipengaruhi oleh pelaku pasar yang masih menantikan petunjuk lebih lanjut dari data-data penting AS yang akan dirilis hari Kamis dan Jumat malam ini yaitu data PDB kuartal kedua dan data indikator inflasi.

    Semalam data PMI AS versi S&P memperlihatkan kondisi PMI yang secara umum lebih baik dari perkiraan dan masih di ruang pertumbuhan. Data PMI komposit AS bulan Juli di level 55 vs perkiraan 54.2.

    “Selain menantikan kejelasan pemangkasan suku bunga acuan AS, beberapa faktor masih memicu penguatan dolar seperti perkembangan pemilu AS dan situasi perang di Timur Tengah dan Ukraina,” kata Ariston dikutip 26 Juli 2024.

    Ariston menjelaskan, data PDB AS kuartal kedua bisa menentukan arah rupiah untuk besok dan juga ekspektasi pasar soal pemangkasan suku bunga, apakah semakin membesar atau melemah. Jika PDB AS nanti malam lebih rendah dari perkiraan, ekspektasi pemangkasan bisa meningkat, sehingga rupiah bisa menguat.

    Namun, pasar masih mewaspadai situasi pemilu AS pasca pengunduran Biden yang mungkin bisa memenangkan Trump yang kebijakannya pro dolar AS, dan juga kondisi konflik di Timur Tengah dan Ukraina.

    Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebutkan, data PDB Amerika kuartal kedua dan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi yang diandalkan oleh Federal Reserve untuk mengukur inflasi. The Fed juga mengadakan pertemuannya pada hari yang sama, Jumat 26 Juli 2024.

    “Meskipun hanya sedikit orang yang memperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan ini, ada peluang bagus bahwa pesan The Fed untuk melakukan pivot pada bulan September akan menjadi lebih kuat, mengingat penurunan inflasi selama berbulan-bulan dan pertumbuhan yang lebih lambat,” ujar Ibrahim dalam risetnya Kamis 25 Juli 2024.

    Dari Asia, Ibrahim bilang, pasar Tiongkok mengalami penurunan tajam karena serangkaian data ekonomi yang lemah melemahkan sentimen terhadap negara tersebut. Perekonomian Tiongkok tumbuh kurang dari yang diperkirakan pada kuartal kedua.

    Pemotongan suku bunga yang tiba-tiba di China juga tidak banyak memperbaiki sentimen. Laporan pada hari Kamis menunjukkan bahwa beberapa bank milik Tiongkok telah menurunkan biaya pinjaman menyusul penurunan suku bunga pinjaman utama yang mengejutkan pada awal pekan ini.

    Menurut Ibrahim, Rupiah kemungkinan akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 16.240 per dolar AS – Rp 16.300 per dolar AS di Jumat 26 Juli 2024. Sementara, Ariston memproyeksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.180 per dolar AS – Rp 16.250 per dolar AS.

    Pemilihan umum di Amerika Serikat (AS) sering kali menjadi momen yang mempengaruhi dinamika nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dampak dari pemilu AS ini mencerminkan ketidakpastian politik global, kebijakan ekonomi yang diusung oleh kandidat, dan reaksi pasar terhadap hasil pemilu tersebut.

    Jelang pemilu, ketidakpastian politik di AS dapat menyebabkan volatilitas pada pasar mata uang global, termasuk rupiah. Investor cenderung mencari aset yang lebih aman, seperti dolar AS dan emas, sehingga meningkatkan permintaan terhadap dolar AS dan melemahkan rupiah. Ketidakpastian mengenai hasil pemilu dan potensi perubahan kebijakan membuat pasar menjadi cenderung lebih berhati-hati, yang berimbas pada fluktuasi nilai tukar rupiah.

    Kebijakan ekonomi dan moneter yang diusung oleh kandidat presiden AS dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah. Jika kandidat terpilih menawarkan kebijakan pro-dolar AS atau stimulus ekonomi yang dapat memperkuat posisi dolar, maka rupiah bisa mengalami pelemahan. Sebaliknya, kebijakan yang dianggap dapat menekan pertumbuhan ekonomi AS atau memicu inflasi dapat melemahkan dolar AS, sehingga memberikan peluang penguatan bagi rupiah.

    Hasil pemilu yang mengejutkan atau ketidakpastian mengenai peralihan kekuasaan dapat menyebabkan reaksi pasar yang signifikan. Jika pemilu menghasilkan hasil yang tidak terduga atau menimbulkan ketegangan politik, pasar valuta asing dapat mengalami volatilitas tinggi. Hal ini sering kali menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah, karena investor mungkin akan mengalihkan investasi mereka ke dolar AS sebagai langkah perlindungan.

    Selain dampak jangka pendek, pemilu AS juga memiliki dampak jangka panjang terhadap nilai tukar rupiah. Perubahan dalam kebijakan perdagangan internasional, sanksi, atau hubungan diplomatik yang dipengaruhi oleh hasil pemilu dapat mempengaruhi arus modal dan perdagangan internasional. Dampak jangka panjang ini bisa mempengaruhi stabilitas dan kekuatan rupiah terhadap dolar AS.

    Pemilu AS juga berdampak pada persepsi terhadap kinerja ekonomi global. Jika hasil pemilu meningkatkan ekspektasi pertumbuhan ekonomi global atau memberikan sinyal positif bagi perdagangan internasional, hal ini dapat mendukung nilai tukar rupiah. Namun, jika hasil pemilu menambah ketidakpastian ekonomi atau memicu ketegangan geopolitik, nilai tukar rupiah dapat tertekan. (*)

     

     

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi