PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) mengalami penurunan yang signifikan dalam penjualan neto hingga periode 31 Desember 2023. Penjualan neto turun drastis dari Rp2,45 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp336,68 miliar.
Laporan keuangan perseroan pada Selasa menyebutkan bahwa beban pokok penjualan juga mengalami penurunan, turun menjadi Rp437,24 miliar dari Rp2,27 triliun. Hal ini menyebabkan rugi kotor sebesar Rp100,55 miliar, berbanding terbalik dengan laba kotor sebesar Rp187,00 miliar yang dicatatkan tahun sebelumnya.
Beban usaha juga tercatat menurun menjadi Rp58,61 miliar dari Rp118,36 miliar, menghasilkan rugi usaha sebesar Rp159,17 miliar, dibandingkan dengan laba usaha sebesar Rp68,64 miliar pada tahun sebelumnya.
Rugi sebelum pajak meningkat menjadi Rp220,61 miliar dari Rp11,89 miliar. Rugi yang diatribusikan ke pemilik entitas induk juga mencatat kenaikan yang signifikan, mencapai Rp220,00 miliar dari Rp8,95 miliar.
Meskipun demikian, jumlah liabilitas turun menjadi Rp1,49 triliun hingga periode 31 Desember 2023 dari Rp1,51 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara jumlah aset juga mengalami penurunan menjadi Rp2,46 triliun dari Rp2,71 triliun pada periode 31 Desember 2022.
Widodo Makmur Disuspen
Perdagangan saham emiten unggas PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. (WMPP) dihentikan sementara oleh Bursa Efek Indonesia setelah terjadi penundaan pembayaran bunga Medium Term Notes (MTN) senilai Rp45 miliar.
Menurut pengumuman Bursa, suspensi saham WMPP diberlakukan sehubungan dengan surat elektronik dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) nomor KSEI-2457/DIR/0524 tanggal 8 Mei 2024. Surat tersebut menginformasikan penundaan pembayaran bunga ke-2 MTN PT Widodo Makmur Perkasa Tbk. tahun 2023 tahap I (WMPP01X1MF), yang seharusnya dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2024.
“Mempertimbangkan hal-hal tersebut, Bursa Efek Indonesia memutuskan untuk menghentikan sementara perdagangan saham PT Widodo Makmur Perkasa Tbk (WMPP) di seluruh pasar mulai Sesi I Perdagangan Efek tanggal 13 Mei 2024, hingga pengumuman lebih lanjut,” tulis manajemen Bursa.
Efek utang ini telah terdaftar di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dengan nama MTN PT Widodo Makmur Perkasa Tbk Tahun 2023 Tahap I. Kupon yang ditawarkan sebesar 5 persen per tahun dengan jangka waktu tiga tahun. Penerbitan MTN WMPP ini dilakukan tanpa melalui penawaran umum. Distribusi efek dilakukan secara elektronik pada tanggal 10 Mei 2023, sementara jatuh tempo MTN dijadwalkan pada tanggal 10 Mei 2026.
38 Perusahaan Mengantre
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan bahwa saat ini terdapat 38 perusahaan yang tengah bersiap melaksanakan pencatatan perdana saham atau Initial Public Offering (IPO) di pasar modal Indonesia.
Hingga 17 Mei 2024, sebanyak 24 perusahaan telah berhasil melangsungkan IPO di pasar modal Indonesia, dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp3,88 triliun.
“Hingga saat ini, terdapat 38 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna.
Dari 38 perusahaan tersebut, Nyoman menjelaskan bahwa 24 perusahaan memiliki aset skala menengah antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, delapan perusahaan beraset skala besar di atas Rp250 miliar, serta enam perusahaan beraset skala kecil di bawah Rp50 miliar.
Berdasarkan sektor, antrean IPO tersebut mencakup delapan perusahaan dari sektor barang konsumen primer, tujuh dari sektor industri, dan enam dari sektor barang non konsumen primer.
Selain itu, terdapat empat perusahaan dari sektor properti, empat dari sektor teknologi, dan tiga dari sektor kesehatan. Dua perusahaan berasal dari sektor barang baku, dua dari sektor energi, satu dari sektor infrastruktur, serta satu dari sektor transportasi dan logistik.
Lebih lanjut, Nyoman mengungkapkan bahwa ada 24 perusahaan yang sedang dalam proses rights issue di BEI.
“Hingga 17 Mei 2024, sudah ada delapan perusahaan tercatat yang menerbitkan rights issue dengan total nilai Rp24,17 triliun,” ujar Nyoman.
Selain itu, untuk penerbitan Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS), terdapat 43 emisi dari 33 penerbit EBUS yang sedang dalam antrean di BEI.
Baca Juga : Ini Alasan Dunia Virtual Online (AREA) Melantai di Bursa
“Hingga saat ini, telah diterbitkan 37 emisi dari 27 penerbit EBUS dengan dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp39,9 triliun,” jelas Nyoman.
Pasar modal Indonesia optimistis bahwa jumlah perusahaan tercatat di BEI dapat mencapai 1.000 emiten pada tahun ini. Per 30 April 2024, sudah terdapat 17 perusahaan baru yang menggelar IPO.
Jumlah investor di pasar modal Indonesia juga mengalami peningkatan signifikan. Tercatat sebanyak 11,63 juta Single Investor Identification (SID) per 30 April 2024, dibandingkan 10,75 juta SID pada akhir tahun 2023.