KABARBURSA.COM - Saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) Kamis, 3 Oktober 2024, menunjukkan pergerakan positif di pasar saham, dengan kenaikan harga sebesar 2,69 persen menjadi Rp382 pada penutupan perdagangan terbaru. Saham ini dibuka pada harga Rp382, dengan nilai transaksi mencapai Rp3,8 miliar. Harga tertinggi hari ini tercatat Rp382, sementara harga terendah berada di Rp372.
Seorang analis pasar Hendra Wardana, melihat WIKA masih berpotensi melanjutkan tren kenaikannya, terutama dengan adanya akumulasi beli dari investor lokal maupun inflow investor asing. Selain itu, indikator teknikal stochastic menunjukkan posisi oversold, yang menandakan bahwa saham ini masih berada di area undervalued dan berpotensi untuk rebound dalam waktu dekat.
“Akumulasi beli terlihat kuat, terutama dengan masuknya inflow asing yang turut mendukung penguatan harga saham WIKA,” jelas Hendra, seperti dikutip hari ini.
Strategi Swing Trade untuk Investor
Investor yang ingin memanfaatkan pergerakan WIKA disarankan untuk menerapkan strategi swing trade dengan level pembelian di kisaran harga Rp360 hingga Rp370. Target harga pertama (TP1) ditetapkan pada Rp410, dengan potensi kenaikan lebih lanjut hingga target kedua (TP2) di kisaran Rp480 hingga Rp500.
Namun, investor juga perlu memperhatikan level stop loss (SL) di Rp346 untuk membatasi risiko apabila tren tidak bergerak sesuai harapan. Mengingat tren positif yang terjadi dan inflow asing yang masih kuat, saham WIKA diprediksi dapat terus menguat dalam beberapa hari mendatang.
Dengan strategi yang tepat, WIKA menawarkan peluang bagi para investor swing trader untuk memanfaatkan momentum kenaikan ini.
Kinerja WIKA: Potensi Keuntungan atau Risiko?
Saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah menjadi sorotan di kalangan investor karena kinerja terkininya yang mengalami fluktuasi signifikan. Dengan menggunakan pendekatan investasi ala Warren Buffett, bisa ditelaah lebih lanjut potensi saham ini, khususnya terkait earning per share (EPS) serta faktor-faktor fundamental lainnya yang dapat memengaruhi keputusan investasi jangka panjang.
Salah satu elemen utama dalam pendekatan Warren Buffett adalah memperhatikan Earning Per Share (EPS). Data menunjukkan bahwa EPS WIKA pada 2024 (Annualised) berada di angka positif 20,16, namun EPS trailing twelve months (TTM) mencatatkan angka negatif sebesar -121,51, mengindikasikan kerugian dalam periode tersebut. Ini menimbulkan pertanyaan: apakah WIKA dalam proses pemulihan, atau justru sedang menghadapi tantangan besar?
Salah satu keprihatinan utama dalam analisis fundamental WIKA adalah arus kas operasional negatif sebesar Rp-2,639 miliar (TTM) dan free cash flow (FCF) sebesar Rp-4,120 miliar (TTM). Buffett menekankan pentingnya perusahaan yang mampu menghasilkan arus kas positif secara konsisten, karena ini mencerminkan likuiditas yang cukup untuk membayar utang dan membagikan dividen. Dengan arus kas negatif dan utang jangka panjang sebesar Rp34,824 miliar, WIKA berada di posisi yang rentan dari segi kesehatan keuangan.
WIKA memiliki debt-to-equity ratio yang cukup tinggi, yakni 2.87 untuk jangka pendek dan 2.64 untuk utang jangka panjang, menunjukkan bahwa perusahaan memiliki beban utang yang cukup besar dibandingkan ekuitasnya. Buffett selalu menghindari perusahaan dengan tingkat utang yang terlalu tinggi karena dapat mengurangi fleksibilitas dan meningkatkan risiko kebangkrutan, terutama jika arus kas perusahaan terus negatif.
Jika dilihat dari rasio price-to-earnings (P/E) TTM, WIKA saat ini berada di angka -3.13, yang mencerminkan bahwa laba bersih negatif telah merusak valuasi P/E. Sebaliknya, Buffett biasanya mencari perusahaan dengan P/E yang lebih rendah dari rata-rata pasar, namun tetap menghasilkan laba yang konsisten.
IHSG saat ini memiliki median P/E sebesar 7.89, menunjukkan bahwa WIKA jauh di bawah rata-rata ini, sekaligus mengindikasikan adanya risiko bagi para investor yang berharap pada pemulihan jangka pendek.
Selain itu, rasio price-to-sales (P/S) WIKA di angka 0.73 dan price-to-book (P/B) sebesar 1.25 mengindikasikan bahwa saham ini mungkin masih undervalued dari perspektif pendapatan dan aset, tetapi hal ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati mengingat profitabilitasnya yang rendah.
Jika menelusuri laba bersih WIKA dari tahun ke tahun, terlihat adanya fluktuasi yang besar. Pada Q2 2024, WIKA mencatatkan laba bersih sebesar Rp1.535 miliar, namun pada tahun 2023, perusahaan mengalami kerugian besar sebesar Rp7.128 miliar. Ketidakstabilan laba ini menjadi sinyal peringatan bagi investor ala Buffett yang menginginkan stabilitas dan prediktabilitas laba untuk jangka panjang.
Kinerja saham WIKA dalam 1 tahun terakhir memang menunjukkan tren yang bercampur. Meskipun harga saham telah mengalami penurunan -0.80 persen dalam setahun terakhir, saham ini mengalami lonjakan signifikan sebesar 156.76 persen dalam 3 bulan terakhir. Namun, kenaikan ini mungkin lebih didorong oleh spekulasi pasar dibandingkan oleh peningkatan fundamental yang stabil, yang selalu dihindari oleh Warren Buffett dalam pendekatannya.
Gugatan PKPU Proyek Hambalang
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memberikan tanggapan resmi terkait adanya permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang melibatkan proyek Pusat Pendidikan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang. Gugatan PKPU tersebut diajukan oleh Machfud Suroso dan PT Dutasari Citralaras, dengan total nilai gugatan mencapai Rp91 miliar.
WIKA, bersama dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), tergabung dalam konsorsium Kerja Sama Operasi (KSO) ADHI-WIKA yang menangani proyek tersebut.
Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya, menegaskan bahwa meskipun WIKA terlibat dalam proyek Hambalang melalui KSO ADHI-WIKA, entitas KSO tersebut dikelola secara independen dari kedua perusahaan induknya.
“KSO ADHI-WIKA adalah entitas dengan manajemen terpisah. Porsi pekerjaan WIKA dalam proyek tersebut juga merupakan minoritas,” ujar Mahendra.
Ia menambahkan bahwa pekerjaan terkait proyek Hambalang terakhir kali diselesaikan oleh konsorsium pada tahun 2010.
Terkait gugatan PKPU, Mahendra menyatakan bahwa hal tersebut merupakan hak setiap warga negara, dan WIKA menyerahkan seluruh proses hukum kepada pihak berwenang. Meskipun begitu, perseroan menegaskan bahwa permasalahan ini tidak berdampak langsung pada operasi utama perusahaan yang kini tengah fokus pada perolehan kontrak baru.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.