KABARBURSA.COM - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), salah satu perusahaan konstruksi terkemuka milik negara, telah mengumumkan perkembangan terkini terkait upaya restrukturisasi yang dirancang untuk memulihkan kondisi perusahaan setelah mengalami suspensi saham. Dalam laporan yang dirilis pada 24 Desember 2024, perusahaan ini menjabarkan kemajuan signifikan yang telah dicapai dalam dua aspek utama restrukturisasi utang: perbankan dan obligasi.
Waskita Karya berhasil menyelesaikan proses restrukturisasi utang perbankan yang mencakup penyesuaian terhadap Perjanjian MRA (Master Restructuring Agreement) dan KMKP (Kredit Modal Kerja Permanen). Perubahan ini telah disepakati dan berlaku efektif sejak 17 Oktober 2024. Dengan capaian ini, perusahaan melaporkan bahwa restrukturisasi utang perbankan telah rampung 100 persen.
Proses ini merupakan langkah krusial untuk mengurangi tekanan keuangan perusahaan, membuka akses lebih besar terhadap sumber pembiayaan, serta memberikan ruang gerak lebih fleksibel dalam menjalankan operasional.
Di sisi lain, proses restrukturisasi utang obligasi masih terus berjalan. Fokusnya saat ini adalah pada obligasi seri PUB III Tahap IV 2019 yang tidak memiliki penjaminan. Melalui mekanisme Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), perusahaan sedang berusaha memperoleh persetujuan dari para pemegang obligasi. Hingga kini, Waskita Karya telah mencatat progres sebesar 75 persen dalam upaya tersebut, dengan target penyelesaian restrukturisasi pada Mei 2025.
Restrukturisasi obligasi ini bertujuan untuk menyesuaikan skema pembayaran utang dengan kapasitas keuangan perusahaan, sehingga dapat meminimalkan risiko gagal bayar dan menjaga kepercayaan investor.
Proses restrukturisasi yang sedang berjalan diharapkan dapat memperbaiki kondisi keuangan perusahaan secara signifikan. Hal ini akan mendukung keberlanjutan bisnis Waskita Karya, memungkinkan perusahaan untuk kembali beroperasi dengan lebih stabil, dan memberikan kontribusi pada pembangunan infrastruktur nasional.
Namun, tantangan tetap ada. Proses restrukturisasi obligasi yang belum sepenuhnya selesai menjadi pekerjaan rumah besar yang memerlukan kolaborasi intensif antara manajemen Waskita Karya dan para kreditur.
Melalui surat yang ditandatangani oleh Ermy Puspa Yunita, SVP Corporate Secretary Waskita Karya, perusahaan menegaskan komitmennya untuk menuntaskan proses restrukturisasi ini. Langkah tersebut diharapkan tidak hanya mengembalikan kepercayaan investor dan pemangku kepentingan lainnya, tetapi juga memastikan Waskita Karya tetap menjadi pemain kunci dalam industri konstruksi Indonesia.
Keberhasilan restrukturisasi ini akan menjadi tonggak penting dalam perjalanan pemulihan perusahaan, memberikan sinyal positif bagi pasar modal dan dunia usaha di Tanah Air.
Proyek Waskita Karya
WSKT tengah mempercepat penyelesaian proyek Bendungan Jlantah di Karanganyar, Jawa Tengah, dengan target peresmian pada Januari 2025. Saat ini, progres konstruksi bendungan ini telah mencapai 98,54 persen.
Direktur Operasi II PT Waskita Karya, Dhetik Ariyanto, menambahkan bahwa keberadaan Bendungan Jlantah akan memberikan manfaat signifikan, terutama untuk sektor pertanian. Bendungan ini diharapkan mendukung upaya ketahanan pangan nasional dengan meningkatkan kapasitas irigasi. Pemerintah, melalui Kementerian Pertahanan, telah memajukan target swasembada pangan dari tahun 2028 menjadi 2027.
“Pemerintah berkomitmen untuk memastikan produksi pangan nasional mencukupi kebutuhan dalam negeri tanpa bergantung pada impor. Keberadaan Bendungan Jlantah akan berperan penting dalam mencapai tujuan tersebut, karena dapat meningkatkan produktivitas pertanian,” kata Dhetik dalam keterangannya, Selasa, 24 Desember 2024.
Bendungan ini dirancang untuk mengairi lahan persawahan seluas 1.494 hektare di Kecamatan Jatiyoso dan Jumapolo, yang sebelumnya mengandalkan pengairan tadah hujan. Dengan adanya saluran irigasi dari Bendungan Jlantah, para petani dapat melakukan tiga kali panen dalam setahun, tidak lagi tergantung pada musim hujan.
Dhetik menjelaskan bahwa dengan saluran irigasi dari Bendungan Jlantah, Indeks Pertanaman (IP) dapat meningkat dari 172 persen menjadi 272 persen pada lahan seluas 806 hektare. Bahkan, pada lahan seluas 688 hektare, IP berpotensi mencapai 272 persen.
“Dengan pengairan yang lebih terjamin, kami optimis dapat meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah ini, yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan ketahanan pangan,” jelas Dhetik.
Bendungan Jlantah dirancang dengan tinggi 70 meter dari pondasi terdalam dan panjang 404 meter. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 10,97 juta meter kubik air. Selain mendukung ketahanan pangan, bendungan ini juga berpotensi menjadi sumber energi terbarukan, dengan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLMTH) sebesar 0,625 Megawatt (MW).
“Bendungan Jlantah juga berfungsi untuk mereduksi banjir di persawahan Desa Bendosari, Kabupaten Sukoharjo, dengan luas area yang terdampak mencapai 87 hektare,” tambah Dhetik.
Proyek pembangunan Bendungan Jlantah ini dikerjakan melalui Kerja Sama Operasional (KSO) antara PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dengan nilai kontrak sebesar Rp 1,025 triliun. Pembangunan bendungan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya untuk sektor pertanian, tetapi juga untuk ketahanan energi dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. (*)