Logo
>

WSKT Rugi di LK II 2024, Saham Masih Suspended

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
WSKT Rugi di LK II 2024, Saham Masih Suspended

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau WSKT baru saja merilis laporan keuangan interim konsolidasi untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2024. Merujuk lada laporan keuangan kuartal II 2024, perusahaan BUMN dengan kode emiten WSKT ini memperlihatkan kondisi keuangan yang masih parah.

    Dari Pantauan Kabar Bursa, Saham Waskita ditutup di harga Rp 202 per lembar dan statusnya masih suspended. Ini artinya perdagangan saham Waskita sementara dihentikan, tidak ada transaksi yang terjadi.

    Pada kuartal pertama tahun 2024, mereka mencatatkan kerugian sebesar Rp940 miliar. Kerugian ini bertambah pada kuartal kedua hingga mencapai Rp1,22 triliun. Bandingkan dengan tahun lalu, pada kuartal kedua 2023, kerugiannya mencapai Rp1,69 triliun, sedangkan pada kuartal pertama 2023 hanya Rp375 miliar. Ini menunjukkan bahwa situasi keuangan mereka semakin memburuk.

    Kalau dilihat dari data tahunan yang telah disesuaikan, kerugian Waskita untuk tahun 2024 diperkirakan mencapai Rp4,31 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan tahun 2023 yang mencatatkan kerugian Rp3,77 triliun. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kondisi keuangan perusahaan ini masih sangat berat.

    Dengan kapitalisasi pasar atau market cap sebesar Rp5,81 triliun dan jumlah saham beredar mencapai 28,81 miliar lembar, valuasi pasar Waskita terlihat masih besar, namun angka-angka lainnya menunjukkan risiko yang tinggi.

    Kinerja Waskita 2024

    Rasio PE (Price to Earnings) tahunan dan trailing twelve months (TTM) negatif masing-masing sebesar -1,35 dan -1,51. Ini berarti Waskita masih dalam kondisi rugi, tidak menghasilkan laba bagi pemegang sahamnya. Rasio harga terhadap penjualan (Price to Sales) yang rendah di angka 0,57 mengindikasikan valuasi saham yang mungkin undervalued tetapi penuh risiko.

    Rasio harga terhadap nilai buku (Price to Book Value) berada di angka 1,81. Meskipun ini menunjukkan bahwa saham Waskita dihargai lebih tinggi dari nilai bukunya, risiko tetap tinggi karena banyaknya utang perusahaan. Rasio harga terhadap arus kas (Price to Cashflow) yang sangat rendah di angka 0,08 mengindikasikan perusahaan kesulitan menghasilkan arus kas positif dari operasinya. Nilai EV (Enterprise Value) terhadap EBITDA yang sangat negatif di angka -585,28 juga menunjukkan kondisi keuangan yang tidak sehat.

    Untuk setiap lembar saham, Waskita mencatat EPS (Earnings per Share) negatif sebesar Rp133,89. Ini artinya perusahaan masih merugi per lembar sahamnya. Pendapatan per lembar saham (Revenue per Share) sebesar Rp352,47 dan arus kas per lembar saham (Cash per Share) sebesar Rp65,08 menunjukkan bahwa meski ada pendapatan, namun tidak cukup untuk menutupi kerugian yang ada. Nilai buku per lembar saham (Book Value per Share) di angka Rp111,40 mencerminkan nilai aset bersih yang dimiliki oleh setiap lembar saham, namun ini belum mampu menutupi kerugian yang ada.

    Dari sisi solvabilitas, current ratio sebesar 1,22 menunjukkan bahwa aset lancar perusahaan sedikit lebih besar dari kewajiban lancarnya, masih cukup aman untuk jangka pendek. Namun, quick ratio yang hanya 1,00 menunjukkan bahwa aset paling likuid hanya pas-pasan untuk menutup kewajiban jangka pendek. Debt to Equity Ratio yang mencapai 17,88 menunjukkan bahwa utang jauh lebih besar dari ekuitas, risiko sangat tinggi.

    Profitabilitas perusahaan juga masih negatif. Return on Assets (ROA) sebesar -4,23 persen menunjukkan bahwa aset perusahaan tidak menghasilkan laba. Return on Equity (ROE) yang sangat negatif di angka -120,19 persen menunjukkan bahwa ekuitas perusahaan tidak menghasilkan keuntungan, malah merugi. Gross Profit Margin (GPM) di angka 12,15 persen menunjukkan bahwa laba kotor perusahaan hanya sedikit dibandingkan dengan penjualannya. Operating Profit Margin (OPM) yang negatif di angka -11,75 persen menunjukkan bahwa dari operasi perusahaan masih merugi. Net Profit Margin (NPM) yang juga sangat negatif di angka -53,17 persen mengindikasikan bahwa setelah semua biaya, perusahaan masih merugi besar.

    Untuk dividen, terakhir kali Waskita membagikan dividen adalah pada 16 Juni 2020. Saat ini, tidak ada pembagian dividen bagi para pemegang saham.

    Dalam 12 bulan terakhir (TTM), Waskita mencatat pendapatan (Revenue) sebesar Rp10,15 triliun. Namun, laba kotor (Gross Profit) hanya sebesar Rp985 miliar. Ini menunjukkan bahwa margin laba mereka masih sangat kecil dibandingkan dengan pendapatan. Pendapatan bersih (Net Income) tercatat rugi Rp3,85 triliun, yang mengindikasikan perusahaan masih berjuang keras untuk mencapai profitabilitas.

    Total aset Waskita Karya untuk kuartal ini mencapai Rp91,10 triliun. Dari jumlah tersebut, kas yang tersedia hanya Rp1,87 triliun. Sementara itu, total kewajiban mencapai Rp82,01 triliun, yang menunjukkan tingkat utang yang sangat tinggi. Utang jangka pendek (Short-term Debt) sebesar Rp3,69 triliun, sedangkan utang jangka panjang (Long-term Debt) mencapai Rp53,67 triliun. Total ekuitas yang dimiliki perusahaan adalah Rp3,20 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kewajibannya.

    Waskita Karya mencatat arus kas dari operasi sebesar Rp1,86 triliun dalam 12 bulan terakhir. Namun, arus kas dari investasi negatif Rp580 miliar, menunjukkan adanya pengeluaran investasi yang lebih besar dari pemasukan. Arus kas dari pendanaan negatif Rp728 miliar, mengindikasikan perusahaan lebih banyak membayar utang atau mengeluarkan dana untuk pembiayaan dibandingkan menerima. Dengan demikian, free cash flow atau Arus Kas Bebas tercatat sebesar Rp1,85 triliun.

    Pertumbuhan pendapatan kuartal ke kuartal (Quarter YoY Growth) menurun sebesar 9,73 persen, dan secara tahun berjalan (YTD YoY Growth) menurun sebesar 15,19 persen. Secara tahunan (Annual YoY Growth), pendapatan turun sebesar 28,41 persen. Meski begitu, pendapatan bersih (Net Income) menunjukkan peningkatan pada kuartal ini sebesar 28,16 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu, meskipun secara tahunan masih turun drastis sebesar 98,46 persen.

    Performa harga saham Waskita Karya selama lima tahun terakhir turun drastis sebesar 89,02 persen. Untuk periode 10 tahun, harga saham turun 71,23 persen. Dalam 52 minggu terakhir, harga saham mencapai titik tertinggi dan terendah di angka yang sama yaitu Rp 202, yang menunjukkan tidak ada perubahan harga akibat status suspended.

    Secara keseluruhan, data keuangan Waskita Karya menunjukkan kondisi yang masih menantang dengan pendapatan yang terus menurun, kerugian yang besar, dan utang yang tinggi. Investor perlu berhati-hati dan terus memantau perkembangan perusahaan ini. (Alp/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).