KABARBURSA.COM - Clipan Finance menyoroti langkah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 basis poin, menjadi 5,50 persen.
Direktur Utama PT Clipan Finance Indonesia Tbk Harjanto Tjitohardjojo mengatakan, BI rate 5,5 persen bakal menurunkan suku bunga pinjaman dari para kreditur.
"Penurunan suku bunga diharapkan akan semakin membuka ruang bagi para para kreditur perusahaan untuk menurunkan suka bunga pinjaman. Namun, saat ini belum dapat dirasakan langsung, mengingat kebijakannya baru saja diputuskan," ujarnya kepada KabarBursa.com, Selasa, 27 Mei 2025.
Dari sisi industri pembiayaan, penurunan BI rate menjadi 5,5 persen akan memicu peningkatan kredit, termasuk untuk produk kendaraan.
"Beberapa pelaku industri pembiayaan kemungkinan akan meminta penyesuaian suku bunga dari para kreditur Bank. Jika memang para kreditur sepakat untuk memberikan penyesuaian, tentunya suku bunga kredit yang perusahaan pembiayaan berikan kepada debitur pun juga akan turun," jelas Harjanto.
"Dan ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan kredit jika bunga pinjaman ikut turun," lanjutnya.
Lebih lanjut, Harjanto belum bisa memperkirakan dampak dari turunnya BI rate menjadi 5,50 persen dalam mendorong permintaan atau pembelian kendaraan secara kredit di pasar domestik secara signifikan.
Sebab, hal tersebut akan bergantung dari pasar dalam merespon penurunan suku bunga acuan dari BI yang ditetapkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Ukuran keberhasilan dampak kebijakan tersebut sangat bergantung dari respon pasar. Hal ini mengingat, saat ini sentimen konsumen dan bisnis masih lemah akibat dari ketidakpastian ekonomi global," ujarnya.
Sekadar info, Clipan Finance memiliki berbagai layanan kredit. Untuk produk otomotif, terdapat layanan kredit mobil baru maupun kredit mobil bekas. Selain itu Clipan Finance yang memiliki kode saham CFIN ini, juga mempunyai layanan kredit alat berat atau fleet, hingga pinjaman dana lewat layanan kredit Duit Cair.
Gaikindo Sambut BI Rate 5,50 Persen demi Target Penjualan 900 Ribu Unit
Di samping itu, BI rate 5,50 persen juga mendapat sambutan dari asosiasi Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
Jongkie Sugiarto, selaku Ketua I Gaikindo menyatakan,pihaknya merespons positif atas penurunan BI rate yang bisa mendorong permintaan masyarakat akan kendaraan baru.
"Gaikindo menyambut baik penurunan suku bunga BI menjadi 5,5 persen, mudah-mudahan suku bunga kredit Kendaraan bermotor bisa segera turun juga. Sehingga konsumen tertarik untuk membeli mobil," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Senin 26 Mei 2025.
Jongkie menilai, penurunan suku bunga acuan BI dapat mendongrak penjualan mobil baru di pasar domestik. Sehingga diharapkan industri kendaraan roda empat nasional mampu mencapai target penjualan sebanyak 900 ribu unit tahun ini.
Untuk mencapai target Gaikindo tersebut, industri otomotif tengah dilanda sejumlah tantangan akibat badai PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), pelemahan ekonomi yang menyebabkan daya beli melemah, hingga berkurangnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Ketika ditanya soal keoptimisan Gaikindo terkait target tersebut, Jongkie belum bisa bicara banyak sementara ini. Gaikindo akan memantau perkembangan penjualan mobil di pasar domestik untuk menentukan kesanggupan industri otomotif dalam mencapai target penjualan 900 ribu unit pada tahun 2025.
"Kita tunggu dulu ya, kita lihat perkembangan di bulan-bulan mendatang," ujarnya.
Sekadar informasi, data Gaikindo menunjukkan penjualan mobil baru sepanjang Januari hingga April ini mengalami sedikit koreksi.
Dalam kurun empat bulan pertama tahun ini, distribusi kendaraan roda empat dari pabrik ke dealer (Wholesales) menghasilkan jumlah 256.368 unit, turun 2,9 persen dari periode yang sama tahun 2024 yang meraup 264.014 unit.
Untuk penjualan ritel atau distribusi dari dealer ke konsumen, sepanjang Januari hingga April 2025 terdapat 267.514 unit mobil baru yang diserap konsumen. Jumlahnya menurun 7,7 persen dari tahun lalu yang mencapai 289.917 unit.
Sementara itu, pengamat otomotif Bebin Djuana, turut menyikapi keputusan pemangkasan BI rate menjadi 5,50 persen. Ia menilai, hal tersebut tidak memberi dampak signifikan terhadap penjualan hingga kredit produk otomotif.
"Tidak akan banyak menolong suku bunga yang diturunkan. Dalam kondisi seperti tahun ini, jika PPN (Pajak Pertambahan Nilai) tidak diubah maka tinggal tunggu angka penjualan di akhir tahun nanti," ucapnya saat dihubungi KabarBursa.com, Senin 26 Mei 2025.
Alasannya, penjualan kendaraan yang saat ini mengalami koreksi diakibatkan oleh faktor daya beli. "Ini karena menyangkut daya beli masyarakat yang sudah tidak mumpuni," imbuh Bebin.
Untuk memacu penjualan kendaraan di dalam negeri, pemerintah daerah diminta turut berkontribusi lewat kebijakan yang dapat menstimulus pasar.
"Pemerintah daerah juga harus tanggap pada kondisi masyarakat di daerah masing-masing, dalam hal pengenaan pajak-pajak daerah. Keberpihakan pada masyarakat akan mudah terlihat dalam keputusan pajak opsen misalnya," terang Bebin.
Opsen pajak seperti Bea Balik Nama Kendaraan Baru (BBN-KB) yang diterapkan di sejumlah daerah di Indonesia, kata Bebin, sebaiknya ditunda dulu demi meringankan beban masyarakat.(*)