Logo
>

Dihajar Merek Lokal, Nissan Tutup Pabrik di Wuhan, China

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
Dihajar Merek Lokal, Nissan Tutup Pabrik di Wuhan, China
Kelesuan pasar dan persaingan ketat di pasar otomotif membuat Nissan bersiap menutup produksinya di Wuhan, China. (Foto: Carscoops)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kelesuan pasar dan persaingan ketat di pasar otomotif membuat Nissan bersiap menutup produksinya di Wuhan, China. Penutupan fasilitas produksi merek asal Jepang ini terjadi usai penurunan produksi model Ariya dan X-Trail yang diproduksi di fasilitas tersebut.

    Ini merupakan pukulan berat karena penutupan itu terjadi beberapa hari usai tersiar kabar Nissan bersiap menghadapi kerugian terbesar dalam sejarah brand otomotif asal Negeri Sakura. 

    Melansir dari Carscoops, produksi tahunan pabrik Nissan di Wuhan hanya mencapai 10.000 unit sejak awal beroperasi tahun 2022. Capaian ini tergolong kecil karena fasilitas di Wuhan sanggup memproduksi sebesar 300 ribu kendaraan per tahun.

    Reuters melaporkan, penurunan produksi di pabrik Nissan terjadi karena persaingan ketat dari merek-merek baru asal China. Merek-merek lokal disebut lebih mampu merebut pasar sehingga Nissan harus bekerja keras untuk bersaing.

    Pabrik Nissan di Tiongkok tidak hanya satu yang mengalami tekanan berat. Pada Juni tahun lalu, fasilitas produksi di Changzhou terpaksa ditutup akibat meningkatnya penjualan mobil listrik lokal serta menurunnya permintaan terhadap mobil impor.

    Pabrik tersebut sebelumnya beroperasi bersama Dongfeng Motor sejak November 2020, dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 130.000 unit kendaraan.

    Saat ini, Nissan berada dalam kondisi yang cukup genting. Rencana merger dengan Honda berada di ambang kegagalan hanya dalam hitungan bulan. Perusahaan dijadwalkan akan merilis laporan keuangan lengkap untuk tahun fiskal yang berakhir Maret pada 13 Mei mendatang.

    Prospeknya pun tampak suram. Pekan lalu, Nissan mengumumkan proyeksi kerugian bersih antara 700 miliar yen hingga 750 miliar yen, atau sekitar Rp517 triliun hingga Rp553 triliun (dengan kurs Rp739 per yen). Angka ini melonjak drastis dibandingkan perkiraan sebelumnya yang hanya sebesar ¥80 miliar, atau sekitar Rp59 triliun.

    Nissan kini tengah berada dalam fase bertahan dan menjalankan restrukturisasi skala besar. Perusahaan mengonfirmasi akan memangkas sekitar 9.000 posisi pekerjaan, menutup sejumlah pabrik, serta menyederhanakan lini produk mereka.

    Selain itu, Nissan juga aktif mencari mitra strategis baru—termasuk kemungkinan untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan teknologi asal Taiwan, Foxconn. 

    Penjualan Nissan di Indonesia

    PT Nissan Motor Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan kinerjanya di pasar otomotif nasional. Berdasarkan data wholesales (dari pabrikan ke dealer) yang dirilis oleh Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan kendaraan Nissan selama kuartal pertama 2025 hanya mencapai 254 unit.

    Angka ini menunjukkan bahwa Nissan masih tertinggal cukup jauh dibandingkan para pesaingnya di segmen kendaraan penumpang. Kontribusi terbesar terhadap angka tersebut berasal dari model Nissan Livina VL yang membukukan penjualan sebanyak 55 unit.

    Meskipun berbagi platform dan desain dengan Mitsubishi Xpander, performa Livina masih jauh di bawah rekan aliansinya tersebut. Di sisi lain, model All New Serena Highway Star e-Power mencatatkan penjualan 112 unit, yang mencerminkan adanya minat pasar terhadap MPV dengan teknologi elektrifikasi ringan.

    Namun, kontribusi ini belum cukup signifikan untuk mengangkat performa keseluruhan merek. Sementara itu, Nissan Kicks e-Power hanya terjual 17 unit, memperlihatkan bahwa persaingan di segmen SUV kompak elektrifikasi semakin ketat dengan hadirnya banyak pemain baru.

    Model lain yang turut menyumbang adalah Nissan Magnite varian Premium Turbo CVT yang membukukan penjualan 70 unit. Meski tergolong stabil, pencapaian ini masih belum mampu membawa perubahan signifikan terhadap dominasi pasar yang kian kompetitif.

    Penjualan Terus Menurun

    Selama lima tahun terakhir, penjualan mobil Nissan di Indonesia menunjukkan penurunan yang konsisten dan cukup signifikan. Mengacu pada data retail dan wholesales dari berbagai sumber industri otomotif, kinerja Nissan di pasar domestik terus mengalami kemerosotan dari tahun 2020 hingga 2024.

    Pada 2020, Nissan masih membukukan penjualan retail sebanyak 12.570 unit dan wholesales sebesar 10.849 unit. Namun, angka tersebut mulai menurun tajam pada tahun berikutnya. Pada 2021, penjualan retail hanya mencapai 6.185 unit, menandai penurunan lebih dari separuh dibandingkan tahun sebelumnya.

    Tren negatif ini berlanjut pada 2022, di mana penjualan retail turun menjadi 3.529 unit, sementara wholesales tercatat 2.413 unit. Kondisi semakin memburuk di tahun 2023. Saat itu, Nissan hanya mencatatkan penjualan retail sebanyak 1.824 unit dan menguasai pangsa pasar yang sangat kecil, yaitu hanya 0,2%. Angka-angka ini menunjukkan semakin melemahnya posisi Nissan di tengah kompetisi industri otomotif yang makin ketat, baik dari sesama merek Jepang maupun dari produsen asal Tiongkok dan Korea Selatan.

    Memasuki 2024, hingga bulan Oktober, penjualan wholesales Nissan baru mencapai 1.010 unit. Meski data ini belum merepresentasikan total penjualan tahunan secara penuh, hasil tersebut mengindikasikan bahwa tren penurunan masih terus berlanjut. Ada kemungkinan besar bahwa pencapaian penjualan tahun ini tidak akan jauh berbeda, atau bahkan lebih rendah dibandingkan tahun 2023.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Citra Dara Vresti Trisna adalah Asisten Redaktur KabarBursa.com yang memiliki spesialisasi dalam analisis saham dan dinamika pasar modal. Dengan ketelitian analitis dan pemahaman mendalam terhadap tren keuangan, ia berperan penting dalam memastikan setiap publikasi redaksi memiliki akurasi data, konteks riset, dan relevansi tinggi bagi investor serta pembaca profesional. Gaya kerjanya terukur, berstandar tinggi, dan berorientasi pada kualitas jurnalistik berbasis fakta.