Logo
>

Industri Otomotif Lesu, Penjualan Mobil Turun 27,8 Persen

Ditulis oleh Harun Rasyid
Industri Otomotif Lesu, Penjualan Mobil Turun 27,8 Persen
Ilustrasi penjualan mobil baru periode April anjlok lebih dari 25 persen, Pengamat: industri otomotif masih stagnan. Foto: Abbas Sandji/KabarBursa.com.

KABARBURSA.COM - Penjualan mobil baru di Indonesia pada April 2025 belum menunjukkan perkembangan positif. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil secara wholesales tercatat sebanyak 51.205 unit.

Penjualan mobil baru periode April 2025 tersebut, turun 27,8 persen dari angka distribusi pabrik ke dealer sepanjang Maret 2025 yang mencapai 70.895 unit.

Namun, jika dilihat secara tahunan, penjualan mobil selama April 2025 masih lebih baik dibanding April 2024 yang meraup 48.764 unit atau tumbuh 5 persen.

Dalam penjualan ritel (distrubusi dari dealer ke konsumen), penjualan mobil sepanjang April tahun ini juga anjlok 25,5 persen dari bulan sebelumnya. Per April 2025 tercatat 57.031 unit mobil mampu diserap konsumen. Sedangkan selama Maret 2025, membukukan penjualan sebanyak 76.582 unit.

Melihat kondisi tersebut, Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai bahwa industri otomotif roda empat nasional bakal mengalami pertumbuhan yang lambat hingga beberapa tahun ke depan.

“Prospek penjualan mobil baru di Indonesia hingga dua tahun ke depan diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang lambat dan penuh tantangan. Ketidakpastian itu berangkat dari progres kuartal dua 2025 yang menjadi indikator awal dari prediksi tren ini,” ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Senin, 19 Mei 2025.

Yannes menyebut, turunnya penjualan mobil baru pada awal kuartal dua tahun ini menunjukkan pelemahan ekonomi yang berimbas pada daya beli konsumen.

“Pada April 2025, terjadi penurunan signifikan dalam penjualan wholesales sebesar 27,8 persen dibandingkan Maret, walau secara tahunan meningkat 5 persen. Tetapi penurunan penjualan ritel sebesar 3,2 persen (YoY) menandakan lemahnya daya beli masyarakat,” ungkapnya.

Penjualan Mobil Diprediksi Meningkat Bulan Mei

Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memperkirakan bakal terjadi pemulihan penjualan pada Mei sampai Juni 2025. Namun tren penjualan pada periode tersebut kurang bisa mendongkrak penjualan mobil baru pada tahun ini.

“Pemulihan penjualan di Mei sampai Juni juga tampaknya diperkirakan hanya bersifat temporer, seiring normalisasi aktivitas pasca-libur panjang. Tapi tidak cukup kuat untuk mengubah tren tahunan,” katanya.

Sebagai acuan, penjualan mobil baru (wholesales) periode Mei 2024 mencapai 71.263 unit atau melonjak 46,5 persen dari April 2024 yang sebanyak 48.764 unit.

Sementara untuk periode Juni 2024, tercatat sebanyak 72.936 unit mobil baru yang terdistribusi dari pabrik ke dealer atau naik 2,28 persen dibanding Mei 2024. Artinya industri otomotif masih berpeluang bangkit pada kuartal dua tahun ini.

Penjualan Lesu, Saham Otomotif Merana

Beberapa saham di industri otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) sampai PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) harus menghadapi tantangan besar pada tahun 2025.

Pasalnya penjualan mobil baru pada tahun ini masih lesu. Menurut data Gaikindo periode Maret 2025, distribusi wholesales (dari pabrik ke dealer) membukukan angka 70.892 unit atau turun 5,1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 74.720 unit. 

Penjualan mobil baru secara wholesales Maret 2025 juga merosot 2 persen ketimbang Februari 2025 yang mampu meraup angka 72.336 unit.

Penurunan produktivitas penjualan mobil baru terjadi sebagai imbas guncangan ekonomi domestik seperti turunnya daya beli, penurunan jumlah kelas menengah sebagai kontributor utama produk otomotif, hingga badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belakangan ini.

Analis Pasar Uang Lukman Leong mengatakan, kinerja saham otomotif di Indonesia ke depannya terbilang berat. Sebab pasar otomotif dunia juga sedang mengalami guncangan.   

“Berat, saya melihat bukan hanya Indonesia, namun perusahaan otomotif dunia tertekan oleh ekspansi otomotif terutama EV (Electric Vehicle)," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Selasa, 6 Mei 2025.

Lukman menilai, perusahaan otomotif di bidang roda empat jelas sangat terdampak kondisi tersebut. Namun, ia memperkirakan, bisnis kendaraan roda dua di Tanah Air masih memiliki peluang.

“Prospek ekonomi yang lebih suram tahun ini dapat dipastikan akan semakin menurunkan daya beli masyarakat. Sektor otomotif roda empat ke atas akan sangat terbebani, namun uniknya roda dua mungkin lebih aman karna produk China belum mengganggu sama sekali, dan malah bisa diuntungkan apabila pengguna roda empat beralih ke roda dua karena tekanan ekonomi,” jelasnya.

Selain itu Lukman menyatakan, perusahaan-perusahaan lokal yang bergerak di sektor industri otomotif nasional akan bangkit apabila perang dagang Amerika Serikat - China telah mereda.

“Tentunya semuanya bisa pulih apabila perang tarif dapat dihindari atau paling tidak mereda,” sebutnya. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Harun Rasyid

Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.