KABARBURSA.COM - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menetapkan target penjualan mobil baru di pasar domestik tahun 2025 sebesar 900 ribu unit.
Namun jika melihat realisasi dan data di lapangan, industri otomotif nasional tampaknya sangat kesulitan mengejar target penjualan mobil baru tersebut.
Menurut data Gaikindo, penjualan mobil baru secara wholesales (dari pabrik ke dealer) sepanjang Mei 2025 tercatat sebanyak 60.613 unit, turun 15,1 persen dibandingkan Mei tahun lalu yang meraih 71.391 unit.
Dalam penjualan ritel (dari dealer ke konsumen), mobil baru yang berhasil digarasikan konsumen per Mei 2025 ini membukukan 61.339 unit, anjlok sebesar 15,1 persen dibanding Mei 2024.
Sementara sepanjang tahun, penjualan mobil baru pada Januari–Mei 2025 (wholesales) yaitu sebanyak 316.981 unit, turun 5,5 persen secara tahunan yang mampu terdistribusi 335.405 unit.
Secara ritel, penjualan kendaraan roda empat bahkan jatuh lebih dalam yakni sebesar 9,2 persen dengan perolehan 328.852 unit. Padahal periode Januari-Mei 2024 bisa mencapai 362.163 unit.
Tekanan Berat Penjualan Mobil Baru di Indonesia
Menurut Pengamat Otomofif Yannes Martinus Pasaribu, penjualan mobil baru di Indonesia tahun ini terus mengalami tekanan berat. Sehingga target 900 ribu unit tampak tak sejalan dengan daya serap atau tingkat permintaan konsumen.
"Tren kumulatif Januari hingga Mei 2025 yang turun 5,5 persen secara tahunan menunjukkan tekanan struktural seperti pajak tinggi dan daya beli melemah," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, belum lama ini.
Yannes memandang, target Gaikindo sebesar 900 ribu unit pada 2025 dengan realitas penjualan kumulatif industri otomotif Indonesia sebesar 316.981 unit dari Januari hingga Mei 2025, tentunya memerlukan pertumbuhan rata-rata 15 persen atau 83.288 unit per bulan di semester dua tahun ini (Juli sampai Desember).
Ia lalu menyebutkan, situasi ekonomi saat ini menyebabkan banyak hambatan untuk mengatasi hambatan penjualan kendaraan roda empat di dalam negeri.
"Ini jelas jadi tantangan yang besar, mengingat volatilitas ekonomi makro yang terus bergulir ini ditambah potensi kenaikan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) serta fluktuasi mata uang," kata Yannes.
Akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini juga menyatakan, penjualan mobil baru masih begitu bergantung pada insentif dari pemerintah.
Di sisi lain, pasar ekspor mobil rakitan Indonesia juga mendapat tantangan berat dengan masifnya produk-produk ekspor dari China.
"Selain itu, ketergantungan pada kebijakan pemerintah terkait dengan insentif, serta upaya ekspansi pasar ekspor ke berbagai negara yang ekonominya masih baik yang juga saat ini sudah dibanjiri produk otomotif China yang berkualitas semakin tinggi dengan harga semakin terjangkau," sebut Yannes.

Jika kondisi ini terus terjadi, industri kendaraan roda empat nasional akan sulit berkembang. Padahal seperti kita ketahui, sektor otomotif merupakan bidang industri padat karya yang melibatkan banyak tenaga kerja dari manufaktur kendaraan, hingga industri pendukungnya seperti komponen atau suku cadang sampai aksesori.
Dengan sisa waktu kurang lebih enam bulan, Gaikindo musti melihat kesesuaian target penjualan dan daya beli konsumen akan produk kendaraan.
Apalagi target tersebut juga pernah diubah, misalnya pada tahun 2024, di mana target penjualan mobil baru sebanyak 1,1 juta unit diturunkan menjadi 850 ribu unit.
Pengamat Sebut Industri Otomotif RI Masih Terjebak
Lebih lanjut Yannes mengatakan bahwa, industri kendaraan roda empat nasional masih terjebak di angka penjualan 1 juta unit ke bawah selama sepuluh tahun terakhir.
Hal ini dipicu oleh kondisi makroekonomi global maupun lokal dan harga kendaraan yang dianggap sudah kurang sesuai dengan pendapatan masyarakat, terutama kelas menengah.
"Tren negatif year-on-year menunjukkan bahwa stagnasi struktural pasar otomotif Indonesia yang telah berlangsung selama hampir satu dekade. Dengan harga kendaraan yang terus naik dan daya beli yang tertekan oleh faktor makroekonomi, pasar otomotif Indonesia tampaknya menghadapi hambatan struktural yang sulit diatasi dalam waktu dekat," tutupnya.(*)