Logo
>

Mobil Bekas Jepang Vs China, Mana Paling Laris?

Mobil bekas Jepang masih mendominasi pasar Indonesia karena permintaan stabil, perawatan mudah, dan harga jual yang lebih terjaga dibanding China.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Mobil Bekas Jepang Vs China, Mana Paling Laris?
Ilustrasi melihat persaingan pasar mobil bekas dadi merek China dan Jepang di showroom. Foto: Harun/KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar mobil bekas dalam negeri sejauh ini masih didominasi produk dari merek-merek Jepang. Mobil bekas keluaran Jepang semisal Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, hingga Suzuki dapat mudah ditemukan di berbagai showroom, baik di kota-kota besar maupun daerah di luar Jabodetabek.

    Hal ini menunjukan dominasi permintaan mobil merek Jepang di pasar kendaraan seken, dibanding produk lansiran negara lain, termasuk China.

    Meski masih ada mobil bekas produk China dijual di showroom, tapi jumlahnya tidak sebanyak mobil Jepang. Maka dari itu, konsumen akan lebih mudah mencari unit mobil Jepang di showroom-showroom kendaraan bekas.

    Padahal, mobil China bekas memiliki sejumlah daya tarik. Utamanya dari segi harga relatif terjangkau dengan usia kendaraan yang tergolong lebih muda.

    Suhendrik, Marketing dari showroom mobil bekas (mobkas) D&D Berkah Mobil di Depok mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mobil merek Jepang lebih memikat di mata konsumen ketimbang China.

    "Mobil jepang itu stabil (permintaan dan harganya). Kalau mobil China masih lumayan peminatnya, karena tergantung selera konsumen. Tapi, umumnya kurang banyak. Ini karena faktor kemudahan perawatan dan onderdilnya," ujarnya kepada KabarBursa.com belum lama ini.

    Pria yang akrab disapa Hendri ini menilai, mobil Jepang sudah puluhan tahun membanjiri pasar otomotif nasional. Sehingga turut mempengaruhi brand image dari sebagian besar konsumen.

    "Mobil Jepang ini sudah teruji (kualitasnya) dan APM (Agen Pemegang Merek) mobil Jepang sudah investasi banyak selama beberapa dekade. Jadi mungkin konsumen tetap memilih mobil Jepang di pasar mobil bekas," jelasnya.

    Namun, ia mengakui bahwa mobil China bekas semisal dari merek Wuling, memang memiliki harga lebih murah ketimbang unit dari merek Negeri Matahari Terbit.

    Tapi di sisi lain, harga mobil China bekas belum bisa sestabil Jepang di pasar kendaraan seken.

    "Mobil China bekas walaupun baru dipakai satu bulan, masih lebih murah dari Jepang. Kalau Jepang, harga jual mobil bekasnya lebih stabil," terang Hendri.

    "Apalagi dulu tahun sekitar tahun 2000-an banyak mobil merek China yang masuk sini dan kurang sukses. Sekarang (mobil China) harga unitnya saat dijual ke pasaran, biasanya turun sekitar Rp40 juta sampai Rp50 juta dari harga barunya, tergantung kondisi," pungkasnya.

    Sebagai contoh, di showroom D&D Berkah Mobil ada beberapa unit mobkas bermerek Jepang dan satu unit merek China yaitu Wuling Confero S tahun 2018.

    Wuling Confero S tersebut dilego Rp99 juta. Sementara dari merek Jepang, ada Daihatsu Xenia tahun 2014 yang dibanderol Rp97 juta. Keduanya, secara posisi segmen  bersaing sebagai Low MPV (Multi Purpose Vehicle) andalan dari masing-masing merek.

    Jika melihat harga kendaraan baru, Harga Wuling Confero S ditawarkan Rp210,7 juta sampai Rp235,3 juta on the road (OTR) Jakarta.

    Sedangkan harga Daihatsu Xenia juga bersaing dengan Confero S di rentang Rp226,15 juta hingga Rp292,85 juta OTR Jakarta.

    Namun di pasar mobkas, Confero S dengan usia atau tahun produksi yang lebih muda, justru banderolnya lebih murah. Artinya harga mobil Jepang masih lebih stabil dan terjaga dari depresiasi.

    Sekadar informasi, depresiasi dalam konteks kendaraan adalah turunnya nilai jual unit dari harga baru saat pembelian akibat faktor usia, pemakaian, dan kondisi lainnya. Penurunan nilai atau harga ini terjadi begitu mobil keluar dari dealer dan terjadi seiring waktu serta pemakaian.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Harun Rasyid adalah jurnalis KabarBursa.com yang fokus pada liputan pasar modal, sektor komersial, dan industri otomotif. Berbekal pengalaman peliputan ekonomi dan bisnis, ia mengolah data dan regulasi menjadi laporan faktual yang mendukung pengambilan keputusan pelaku pasar dan investor. Gaya penulisan lugas, berbasis riset, dan memenuhi standar etika jurnalistik.