Logo
>

Mobil Listrik Mirip Morris Mini ini Dibanderol Rp160 Jutaan

Mobil listrik mirip Morris Mini ini dijual mulai Rp160 jutaan. Intip spesifikasi dan jarak tempuhnya.

Ditulis oleh Harun Rasyid
Mobil Listrik Mirip Morris Mini ini Dibanderol Rp160 Jutaan
Mobil listrik mirip Morris Mini seharga Rp160 jutaan, Asjack Mojo. (Foto: KabarBursa.com/Harun)

KABARBURSA.COM - Ajang Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2025 jadi tempat hadirnya berbagai kendaraan listrik yang menarik, salah satunya Asjack Mojo.

Asjack Mojo merupakan salah satu mobil listrik pendatang baru di Tanah Air. Unitnya mengusung desain klasik dan ukuran yang mungil. 

Dari tampilannya, Asjack Mojo membawa konsep retro yang sekilas mirip mobil klasik Morris Mini atau Fiat buatan Eropa. Eksteriornya mengusung bodi membulat dengan lampu depan berbentuk bundar layaknya mobil klasik era 60 sampai 70an.

Bagian sekitar lampu, grille, hingga bumper depan dan belakangnya dihiasi aksen chrome untuk memperkuat kesan klasiknya. Sementara untuk bagian interiornya juga tak kalah klasik dengan sentuhan warna putih dan tosca serta abu-abu yang terkesan manis. 

Menurut keterangan Nagib selaku Tenaga Penjual di booth Asjack di PEVS 2025, Asjack Mojo belum dibuat di Indonesia dan masih berstatus impor dari Negeri Tirai Bambu.

“Mojo baru pertama kali hadir di pameran, unitnya Completely Build Up (CBU) dari China,” ujarnya saat ditemui di PEVS 2025, Jumat, 2 Mei lalu.

Interior Asjack Mojo. Foto: Harun/KabarBursa.com
Menariknya harga mobil listrik bergaya retro ini ditawarkan dengan harga relatif terjangkau, yakni di bawah Rp200 juta. “Harga Asjack Mojo dengan stok yang ready itu Rp185 juta. Tapi jika stok habis, konsumen perlu pre order dengan harga lebih murah yaitu Rp165 juta dan harganya ini sudah on the road Jakarta,” sebut Nagib.

Lebih lanjut, pemesanan mobil listrik mirip Morris Mini ini membutuhkan waktu paling sebentar selama tiga bulan. “Proses pre order estimasi sekutar tiga sampai enam bulan karena impor dari China,” kata Nagib.

Sebagai informasi, Asjack Mojo memiliki dinamo penggerak berdaya 3,5 Kilowatt (kW) dan baterai LifePO4 72 Volt 100 Ampere Hour (Ah). Kombinasi komponen tersebut diklaim mampu membuat Mojo meraih top speed 80 kilometer (km) per jam, serta jarak tempuh 200 sampai 280 km. Selain itu, baterai Asjack Mojo dapat terisi dari 0-100 persen dengan waktu sampai enam jam. 

Beberapa komponen inti mobil listrik tersebut mendapatkan garansi selama tujuh tahun untuk baterai, sampai delapan tahun untuk baterai.

Asjack Mojo dibekali rem cakram, sensor parkir belakang dan kamera, power window, hingga Head Unit Android untuk segala fungsi infotainment seperti menyetel musik, radio, konektivitas Bluetooth, hingga navigasi.

Dengan spesifikasi tersebut, Asjack Mojo dirasa cukup untuk mobilitas di dalam kota dan jadi opsi menarik bagi konsumen yang mencari mobil listrik murah dengan tampilan klasik.

Mobil Listrik Masih Didominasi Konsumen Kelas Atas

Penggunaan mobil listrik memberikan sejumlah keunggulan, seperti bebas dari kebijakan ganjil-genap, biaya operasional serta pajak tahunan yang lebih ringan dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil, hingga tidak dikenakan pajak barang mewah saat pembelian di dealer. Namun, kenyataannya saat ini mobil listrik masih banyak dinikmati oleh konsumen dari kalangan ekonomi atas.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat, dalam penjualan wholesales atau distribusi dari pabrikan ke dealer pada Maret 2025, model mobil listrik paling laris adalah Denza D9. Mobil ini, yang menyasar segmen Multi Purpose Vehicle (MPV) premium, mencatat penjualan sebanyak 1.587 unit dan dibanderol seharga Rp950 juta on the road (OTR) Jakarta.

Capaian ini menunjukkan bahwa permintaan mobil listrik masih didominasi oleh konsumen kelas atas. Bahkan, penjualan Denza D9 meningkat cukup tajam dibandingkan Februari 2025 yang hanya mencatatkan 912 unit terjual.

Tepat di bawah pesaing Toyota Alphard ini, terdapat BYD M6, model MPV listrik yang berhasil terjual sebanyak 1.293 unit sepanjang Maret tahun ini. Kendaraan ini dijual mulai Rp383 juta OTR Jakarta dan penjualannya meningkat dari Februari yang mencapai 1.093 unit.

Denza D9 di PEVS 2025. Foto: Harun/KabarBursa.com
Peringkat ketiga ditempati oleh BYD Sealion 7, yang membukukan penjualan sebanyak 1.182 unit pada akhir kuartal pertama 2025. Mobil ini juga berada di kategori harga menengah ke atas, dengan harga awal Rp629 juta OTR Jakarta.

Sebaliknya, mobil listrik dengan harga yang lebih ramah kantong seperti Wuling Air ev hanya mencatat penjualan 471 unit, menempati posisi keenam dalam daftar mobil listrik terlaris per Maret 2025. Di bawahnya, ada Wuling Binguo EV yang terjual sebanyak 468 unit selama bulan tersebut.

Harga Wuling Air ev saat ini dimulai dari kisaran Rp184 jutaan di wilayah Jakarta, sementara Binguo EV ditawarkan mulai dari Rp301 jutaan untuk area yang sama.

Pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menyampaikan bahwa kendaraan elektrifikasi roda empat di Indonesia saat ini masih belum banyak dijangkau oleh masyarakat berpendapatan menengah.

“Pasar EV mulai dari HEV (Hybrid Electric Vehicle), PHEV (Plug-In Hybrid Electric Vehicle), dan BEV (Battery Electric Vehicle) di Indonesia masih didominasi konsumen dengan pendapatan tinggi,” ujarnya kepada kabarbursa.com belum lama ini.

“Harga mobil listrik yang relatif mahal, meskipun ada model terjangkau seperti Binguo EV, tetap menjadi penghalang bagi masyarakat middle income class untuk membeli mobil berteknologi ini,” lanjut Yannes.

Ia juga mengamati bahwa mayoritas pemilik mobil listrik murni (BEV) saat ini merupakan konsumen yang memiliki lebih dari satu kendaraan. Artinya, mobil listrik bukanlah kendaraan utama yang mereka andalkan dalam aktivitas sehari-hari.

“Saat ini, pembeli BEV adalah pemilik lebih dari satu mobil dan dari upper class. Jadi meskipun penjualan meningkat, tren ini mencerminkan kesenjangan aksesibilitas. Konsumen dengan pendapatan lebih rendah cenderung menunda pembelian karena harga tinggi, serta semakin susutnya daya beli middle income class," imbuh Yannes.

Sebagai akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes juga menilai bahwa keterbatasan daya beli masih menjadi penghambat utama konsumen kelas menengah untuk beralih ke kendaraan listrik, sehingga mereka cenderung tetap memilih kendaraan berbahan bakar konvensional.

“Menurut pandangan saya, hambatan utama middle income class jelas limitasi daya beli terhadap harga beli awal yang masih relatif tinggi dibandingkan mobil konvensional yang populer di segmen mereka seperti Low MPV atau Low SUV,” papar Yannes.

Ia menegaskan pentingnya strategi dari pelaku industri otomotif untuk mengembangkan produk yang lebih terjangkau demi memperluas pasar EV di segmen menengah.

“Jadi sangat dibutuhkan upaya menghadirkan model-model EV yang lebih terjangkau, terutama di kisaran harga Rp 250-400 jutan yang secara spesifik menyasar segmen ini,” ujarnya.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Harun Rasyid

Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.