Logo
>

Pemicu Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok hingga Ratusan Juta

Pengamat menyebut bahwa kebijakan pemerintah Indonesia dalam elektrifikasi kendaraan roda empat masih berada di tahap dasar

Ditulis oleh Harun Rasyid
Pemicu Harga Mobil Listrik Bekas Anjlok hingga Ratusan Juta
Hyundai Ioniq 5. (Foto: Dok. Hyundai Motors Indonesia)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Hadirnya berbagai mobil listrik di pasar otomotif roda empat Tanah Air, membuat konsumen memiliki banyak pilihan terhadap model maupun mereknya.

    Namun pesatnya perkembangan teknologi hingga masuknya merek-merek baru ke pasar mobil listrik seperti BYD, Vinfast, Aion, atau Geely, cukup berdampak pada harga mobil listrik bekas yang terbilang anjlok dalam waktu cepat.

    Salah satu contohnya, harga Hyundai Ioniq 5 dalam kondisi baru saat ini ditawarkan Rp738,3 juta untuk tipe Prime - Standard Range, sedangkan pada tipe tertingginya yakni Signature - Long Range ditawarkan Rp844,6 juta on the road (OTR) Jakarta.

    Sementara berdasarkan pantauan di situs jual beli kendaraan pada 1 Maret 2025, harga Hyundai Ioniq 5 bekas tipe Signature-Long Range keluaran tahun 2023 sudah Rp510 hingga Rp550 jutaan. Artinya ada penurunan atau depresiasi harga yang cukup besar, yaitu senilai Rp200 jutaan hingga Rp300 jutaan dalam waktu kurang dari dua tahun.

    Mengenai hal ini, Yudi Budiman, Owner showroom mobil bekas Indigo Auto di Tangerang mengatakan, peningkatan teknologi yang pesat menjadi penyebab utama harga jual kembali mobil listrik bekas mengalami depresiasi cukup dalam.

    "Peningkatan teknologi antar merek mobil atau kompetitor menjadi faktor utama. Pasar EV (kendaraan listrik) ini menarik karena teknologinya. Misalnya hari ini kita beli EV dengan harga Rp500 jutaan fiturnya ada 8, besok ada mobil listrik harganya Rp450 jutaan tapi fiturnya 10. Jadi ini lah yang membuat harga EV bekas juga dinamis, dan belum ada market-nya," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Sabtu 1 Maret 2025.

    Yudi lalu menilai, perkembangan mobil listrik yang masif dari brand China ke Indonesia juga turut berdampak pada imej produk kendaraan ramah lingkungan asal Korea Selatan maupun Jepang. 

    "Jujur setelah kita lihat produk-produk China, membuat produk Korea ataupun Jepang jadi terlihat mahal. Contoh Ioniq 5, dulu harganya Rp800 jutaan, sekarang harga bekasnya di bawah Rp500 juta untuk tahun 2022, atau untuk keluaran 2023 itu Rp500 juta lebih. Sehingga konsumen yang dulu beli Ioniq 5 ini, akan shock," jelasnya.

    Namun jika melihat kondisi sekarang, kata Yudi, hal ini sudah normal karena dengan harga Rp500 jutaan bisa mendapat mobil listrik China dengan teknologi dan fitur yang canggih di kelasnya.

    "Bahkan menurut saya, beli mobil listrik dari merek China harga Rp500 jutaan sudah dapat yang oke banget dan malah bisa melewati Ioniq 5. Jadi inilah yang dimaksud dengan improvement dalam persaingan industri mobil listrik tadi," kata Yudi.

    Sementara terkait baterai sebagai komponen yang memiliki harga tinggi, menurut Yudi tidak terlalu menjadi persoalan utama dalam pembelian mobil listrik bekas.

    Sebab ia menyebut, pengguna mobil listrik sejauh ini memiliki pola pemakaian yang relatif sebentar. Hal ini berbeda dengan mobil bermesin bakar atau ICE (Internal Combustion Engine), di mana pemiliknya dapat menggunakan kendaraan hingga lima tahun atau lebih.

    "Sejauh ini belum ada masalah sih untuk mobil bekasnya. Apalagi pabrikan memberi garansi panjang untuk baterai, misalnya Wuling dengan garansi seumur hidup dan kekita mobilnya dijual garansi langsung turun jadi 8 tahun, tapi 8 tahun juga masih lama," terangnya.

    "Menurut saya juga orang yang pakai mobil listrik bekas ini enggak sampai delapan tahun, biasanya kira-kira dua sampai tiga tahun, atau mungkin cuman 1 tahun. Karena beberapa kali saya ditawarin mobil EV yang pemakaiannya baru satu sampai dua tahun. Ada juga orang yang malah balik lagi ke mobil bensin setelah pakai mobil listrik karena kapok harga jual kembalinya turun 40 persen," lanjut Yudi.

    Sementara untuk mobil listrik bekas dari merek China semisal Wuling, juga tetap memiliki penurunan harga jual kembali. 

    "Misalnya pada Wuling Air ev, sebagian orang apalagi khususnya di segmennya itu mereka enggak terlalu penting fitur, atau teknologi jadi yang penting jarak tempuhnya jauh. Sehingga konsumennya masih cukup berminat membeli unit barunya, apalagi ada varian Lite yang harganya murah. Tapi harga Air ev bekas juga  turun terus," papar Yudi.

    Dengan harga yang cepat menurun, otomatis membuat mobil listrik bekas cukup menarik. Khususnya bagi konsumen yang memiliki dana terbatas namun tetap ingin merasakan pengalaman teknologi elektrifkasi.

    "Mobil listrik bekas sangat menarik karena harganya jauh lebih murah dibanding unit barunya. Karena tadi, dalam pemakaian setahun atau dua tahun harganya bisa selisih 20 sampai 30 persen karena depresiasi," pungkas Yudi.

    Adopsi Mobil Listrik di Indonesia Masih Rendah

    Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu menyatakan bahwa kebijakan pemerintah Indonesia dalam elektrifikasi kendaraan roda empat masih berada di tahap dasar.

    Sehingga keberadaan mobil listrik di masa depan belum tentu akan menggantikan mobil bermesin konvensional secara penuh.

    "Efektivitas kebijakan pemerintah dalam mendorong adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih dalam tahap peletakan pondasi (baseline) pertumbuhan segmentasi pasar BEV (Battery Electric Vehicle) sebagai sebuah paradigma yang baru, apakah kelak akan berjalan bersama dengan ICE (Internal Combustion Engine) berikut varian teknologi mobil hybrid atau bahkan menggantikannya di masa depan?," ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Selasa 25 Februari 2025.

    Meski begitu, kebijakan pemerintah untuk mempercepat penerapan mobil listrik kini mulai berdampak positif.

    "Insentif fiskal seperti pembebasan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah) dan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) rendah terbukti meningkatkan penjualan BEV secara signifikan. Namun, ini masih terpusat untuk konsumen di segmen menengah atas untuk saat ini," ucap Yannes.

    Ilustrasi - Pengguna mobil listrik di Indonesia masih rendah. (Foto: Kabarbursa/Harun Rasyid)
    Perkembangan populasi mobil listirk di Tanah Air juga sudah terlihat menghasilkan dalam dua tahun belakangan. 

    Berdasarkan data penjualan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), penjualan mobil listrik secara wholesales atau dari pabrik ke dealer di tahun 2024 mencapai 43.188 unit.

    Sementara penjualan mobil listrik secara wholesales tahun 2033, tercatat sebanyak 17.051 unit.  

    Jika ditarik lagi ke belakang, tepatnya sepanjang tahun 2020, penjualan mobil listrik masih berada di angka 125 unit. 

    Meski pertumbuhannya terlihat signifikan, kontribusi penjualan mobil listrik di tahun 2024 masih terbilang kecil yakni dengan pangsa pasar sebesar 4,98 persen dari total penjualan mobil baru di tahun tersebut yang sebanyak 865.723 unit.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Harun Rasyid

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.