KABARBURSA.COM – Fenomena rombongan jarang beli (Rojali) dan rombongan hanya nanya (Rohana) tampaknya tidak berhenti di pusat perbelanjaan saja, tapi juga menjangkiti ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang diselenggarakan di ICE, BSD, Kabupaten Tangerang, pada 24 Juli - 3 Agustus.
Fenomena rojali dan rohana ini dapat dilihat dari pertumbuhan pengunjung yang meningkat sebesar 6-7 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, di balik pertumbuhan pengunjung itu, disinyalir tidak sebanding dengan jumlah transaksi pembelian mobil selama pameran berlangsung.
Bahkan untuk pertama kalinya, pihak Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tidak secara terang-terangan membuka angka transaksi selama GIIAS 2025. Hal ini merupakan fenomena yang tidak biasa di industri otomotif Tanah Air sekaligus turut memperkuat sinyal adanya fenomena rojali dan rohana selama GIIAS 2025 berlangsung.
Secara angka, memang ada APM besar seperti Toyota dan Suzuki yang masih mencetak hasil kuat, masing-masing mengantongi sekitar 4.000 hingga 4.250 SPK. Namun, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka ini justru mengalami sedikit penurunan.
Pada GIIAS 2024, Toyota sempat mencatat SPK di kisaran 4.600 unit dan Suzuki mendekati angka serupa. Sementara itu, APM lain seperti Daihatsu hanya mencatat 580 SPK pada tahun ini, turun dari estimasi ±900 SPK pada GIIAS 2024.
Chery yang sebelumnya cukup agresif dengan 1.200 SPK, tahun ini hanya mampu menjual sekitar 900 unit, sementara pendatang baru seperti BAIC masih bertahan di angka ratusan unit saja (278 SPK). Artinya, hanya segelintir merek yang mampu mempertahankan performa, dan sisanya justru mengalami stagnasi atau penurunan.
Pengunjung Didominasi Gen Z
Kondisi ini memperlihatkan transformasi perilaku konsumen yang semakin berhati-hati. Di tengah tekanan ekonomi, harga kendaraan yang terus naik, serta bunga kredit yang tinggi, masyarakat cenderung menunda keputusan pembelian meskipun tertarik.
Terlebih, banyak pengunjung juga masih dalam fase eksplorasi kendaraan elektrifikasi, yang walau menarik secara teknologi, belum sepenuhnya terjangkau dari sisi harga dan infrastruktur.
GIIAS 2025 memang semarak dalam jumlah pengunjung, tapi nampaknya tidak semeriah itu dalam transaksi. Fenomena Rojali dan Rohana bukan sekadar istilah lucu, melainkan dianggap sebagai cerminan realitas pasar otomotif saat ini: banyak yang datang, tapi hanya sedikit yang membeli.
Menanggapi fenomena Rojali dan Rohana ini, pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, apa yang terjadi di GIIAS 2025 merupakan indikator dari perubahan paradigma masyarakat. Menurutnya, terjadi perubahan yang cukup massif pengunjung GIIAS 2025 yang sudah tidak lagi didominasi pembeli potensial.
“Data yang saya dapat sekitar 54 persen adalah Gen Z,” kata Yannes kepada KabarBursa.com, Selasa, 5 Agustus 2025.
Gen Z tersebut, kata Yannes, lebih banyak mengeksplorasi perkembangan teknologi terkini di kendaraan dan bukan untuk pembelian langsung sebagaimana tujuan utama pameran GIIAS diselenggarakan.
Akibat Pelemahan Ekonomi
Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menilai, industri otomotif di Tanah Air sedang terjadi penurunan penjualan brand non premium yang sebenarnya merupakan kelompok mobil yang memiliki pangsa pasar terbesar.
Menurutnya, penurunan transaksi mobil lower segment terjadi akibat lesunya kondisi ekonomi.
“Akibatnya, banyak pengunjung memanfaatkan GIIAS sebagai ajang hiburan gratis. Cukup dengan membeli ticket mereka bisa melihat sebanyak mungkin koleksi desain mobil hingga mobil mewah terbaru berbagai mobil tanpa perlu membeli, bahakn hingga test drive,” ujarnya.
Ia menilai, ajang pameran otomotif terbesar kedua di dunia setelah China ini berkembang dari awalnya ajang sales, menjadi ajang edukasi teknologi otomotif dan pengenalan model baru.(*)