KABARBURSA.COM – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim, kinerja sektor otomotif (khususnya untuk penjualan mobil) mulai pulih usai mengalami tekanan selama beberapa bulan terakhir. Meski begitu, Menkeu juga mencatat penjualan motor di Indonesia masih tertekan.
Menkeu juga mengklaim, peningkatan di sektor otomotif merupakan sinyal penting yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan daya beli masyarakat. Ia juga menyebut, menggeliatnya sektor otomotif terjadi seiring dengan membaiknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi Indonesia ke depan.
“Penjualan mobil juga sudah turn around ke positif, yaitu tumbuh 5 persen. Meskipun penjualan motor masih mengalami kontraksi 3 persen di bulan April. Kita lihat tilt-nya juga mulai ke atas,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Jumat, 23 Mei 2025.
Sementara itu, indikator lain yang berkaitan erat dengan konsumsi dan aktivitas usaha juga menunjukkan arah yang positif. Konsumsi listrik dari kalangan industri melonjak tajam, mencerminkan geliat produksi yang kembali aktif.
“Konsumsi listrik untuk industri tumbuhnya bahkan naik 16,3 persen dibandingkan tahun lalu. Dan untuk konsumsi listrik bisnis stabil di 6,3 persen pertumbuhannya. Ini berarti kegiatan ekonomi masih tetap terjaga baik,” jelas Sri Mulyani.
Namun, optimisme itu tak sepenuhnya mulus. Di balik pulihnya sektor konsumsi, terdapat sinyal perlambatan dari sisi produksi. Sri Mulyani mengingatkan bahwa indikator manufaktur justru menunjukkan penurunan, dengan Purchasing Managers' Index (PMI) yang tergelincir ke bawah angka 50 persen.
“Yang perlu kita waspadai adalah PMI Manufaktur Indonesia untuk bulan April mengalami kontraksi, yaitu di 46,7 persen. Jadi di satu sisi sentimen agak membaik dari mulai penjualan mobil, kemudian konsumsi listrik dan indeks kepercayaan konsumen, tapi PMI Manufaktur mengalami masuk zona kontraksi. Ini adalah suatu perkembangan mix yang harus terus kita waspadai,” ucapnya
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan RI, beberapa indikator perekonomian pada April 2025 menunjukkan arah pemulihan yang mulai terlihat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 121,7, meningkat dari bulan sebelumnya dan tetap berada di atas batas optimisme.
Di sektor otomotif, penjualan mobil pada April 2025 tumbuh sebesar 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), setelah sebelumnya stagnan dan sempat menurun pada pertengahan 2024.
Sementara itu, penjualan motor mulai menunjukkan tren pemulihan meski masih mengalami kontraksi sebesar 3 persen YoY pada April 2025, turun dari posisi yang lebih dalam pada beberapa bulan sebelumnya seperti Maret dan Februari 2025.
Sementara itu, konsumsi listrik di sektor bisnis dan industri juga mencatatkan pertumbuhan positif. Konsumsi listrik sektor bisnis tumbuh 6 koma tiga persen YoY pada April 2025, meningkat dari bulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sekitar 2 hingga 3 persen.
Di sektor industri, lonjakan lebih tajam terjadi, dengan konsumsi listrik tumbuh sebesar 6 belas koma tiga persen YoY pada April 2025. Pertumbuhan ini merupakan salah satu yang tertinggi dalam setahun terakhir, menunjukkan peningkatan aktivitas produksi.
Meski demikian, sektor manufaktur belum sepenuhnya pulih. Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia mengalami kontraksi dengan angka 46,7 pada April 2025, turun dari sekitar 52 pada awal tahun dan tetap berada di bawah batas optimisme selama beberapa bulan terakhir. Penurunan ini dipicu oleh menurunnya permintaan baik dari dalam negeri maupun ekspor, yang berdampak pada lesunya aktivitas industri manufaktur.
Penjualan Wholesales Bulan April 2025 Ambrol 27,8 Persen
Berdasarkan laporan terbaru Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), jumlah distribusi mobil dari pabrikan ke dealer atau penjualan secara wholesales selama April 2025 tercatat sebanyak 51.205 unit.
Angka ini mencerminkan penurunan tajam sebesar 27,8 persen jika dibandingkan dengan kinerja pada Maret lalu yang mencapai 70.895 unit. Meski demikian, jika ditarik secara tahunan (year-on-year), performa pasar masih menunjukkan perbaikan. Pada April tahun sebelumnya, penjualan tercatat 48.764 unit, sehingga angka terbaru mencatat pertumbuhan sebesar 5 persen.
Sementara itu, dari sisi penjualan ritel—yaitu kendaraan yang berhasil diserap langsung oleh konsumen dari jaringan dealer—tren juga menunjukkan pelemahan signifikan. Pada April 2025, penjualan ritel tercatat sebanyak 57.031 unit, menurun 25,5 persen dari bulan sebelumnya yang membukukan 76.582 unit.
Menanggapi situasi ini, pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu menilai bahwa sektor kendaraan roda empat nasional tengah memasuki fase perlambatan yang tidak bersifat sementara.
“Prospek penjualan mobil baru di Indonesia hingga dua tahun ke depan diproyeksikan mengalami pertumbuhan yang lambat dan penuh tantangan. Ketidakpastian itu berangkat dari progres kuartal dua 2025 yang menjadi indikator awal dari prediksi tren ini,” ujarnya saat dihubungi KabarBursa.com, Senin, 19 Mei 2025.
Yannes juga menggarisbawahi bahwa penurunan pada awal kuartal kedua mencerminkan tekanan ekonomi yang berdampak langsung terhadap kapasitas belanja masyarakat.
“Pada April 2025, terjadi penurunan signifikan dalam penjualan wholesales sebesar 27,8 persen dibandingkan Maret, walau secara tahunan meningkat 5 persen. Tetapi penurunan penjualan ritel sebesar 3,2 persen (YoY) menandakan lemahnya daya beli masyarakat,” ungkapnya.(*)