KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus mengembangkan potensi bisnis syariah dengan menyasar sektor-sektor yang memiliki pertumbuhan pesat, salah satunya industri kecantikan. Upaya ini diwujudkan lewat kolaborasi strategis bersama PT Pesona Natasha Gemilang (Natasha Group), yang menaungi brand klinik kecantikan terkemuka seperti Natasha, Naavagreen, dan Azqiara.
Melalui kerja sama ini, BSI akan menghadirkan layanan perbankan syariah, termasuk penyediaan mesin Electronic Data Capture (EDC) untuk mendukung transaksi digital menggunakan kartu debit, kartu kredit, dan QRIS berbasis syariah di jaringan klinik Natasha Group.
Direktur Distribution & Sales BSI, Anton Sukarna, menyatakan bahwa sektor kecantikan menawarkan potensi bisnis syariah yang sangat menjanjikan, khususnya karena mayoritas pelanggan klinik kecantikan adalah muslimah yang semakin sadar akan pentingnya layanan berbasis halal.
“Kerja sama ini adalah bagian dari strategi BSI untuk memperluas layanan ke sektor-sektor potensial dan membangun ekosistem halal yang lebih kuat. Peluangnya sangat besar, terutama di kalangan wanita muslim yang membutuhkan layanan kecantikan sesuai prinsip syariah,” ujar Anton dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa 15 April 2025.
Kolaborasi ini akan menjangkau 103 Klinik Natasha, 67 Klinik Naavagreen, dan 6 Klinik Azqiara di berbagai wilayah Indonesia. Hingga Februari 2025, BSI telah mengelola lebih dari 2.000 merchant di sektor kecantikan, menunjukkan daya tarik industri ini sebagai ladang baru bagi pertumbuhan ekonomi syariah.
Industri kosmetik nasional sendiri mengalami lonjakan signifikan pasca pandemi. Kementerian Perindustrian mencatat, jumlah pelaku usaha meningkat lebih dari 77 persen dalam tiga tahun terakhir, dari 726 pada 2020 menjadi 1.292 pada 2024. Pangsa pasar industri ini pun sangat besar, dengan nilai diperkirakan mencapai USD9,7 miliar pada 2025 dan tren pertumbuhan sekitar 4,33 persen per tahun hingga 2030.
Pemerintah pun mendorong percepatan penguatan industri halal melalui kebijakan sertifikasi halal yang akan diwajibkan mulai 2026, sebagaimana diatur dalam UU No. 33/2014 dan PP 42/2024. Produk kosmetik menjadi salah satu kategori yang diwajibkan mengantongi sertifikasi halal, membuka peluang besar bagi lembaga keuangan syariah seperti BSI untuk menyediakan dukungan finansial dan layanan transaksi yang sesuai syariah.
“BSI siap mengambil peran strategis dalam mendukung industri halal, tidak hanya dari sisi pembiayaan, tapi juga dalam digitalisasi layanan yang memberikan kemudahan bertransaksi secara syariah,” tambah Anton.
Langkah ini sejalan dengan visi BSI untuk memperluas jangkauan layanan perbankan syariah di sektor-sektor gaya hidup modern, sekaligus memperkuat inklusi keuangan syariah di Indonesia.
Segmen Small Medium Enterprise
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat penyaluran pembiayaan ke segmen SME ingga Februari 2025 mencapai Rp21,37 triliun. Jumlah tersebut naik sebesar 11,79 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp19,12 triliun.
Peningkatan penjualan ini disebut sebagai komitmen mendukung pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Indonesia melalui pembiayaan ke segmen Small Medium Enterprise (SME).
Plt. Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta mengatakan, pertumbuhan bisnis pelaku usaha, khususnya di segmen ritel dan usaha menengah (SME), masih menunjukkan tren peningkatan.
Menurutnya, kondisi ini mencerminkan bahwa aktivitas ekonomi, terutama pada sektor perdagangan ritel, tetap berjalan dan berkembang.
“Kami akan terus mendorong segmen ritel dan juga SME agar terus tumbuh secara sustain disertai dengan konsistensi pendampingan usaha dan juga akses pembiayaan yang mudah dan cepat, tetapi tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent),” ujar Bob dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 9 April 2025.
BSI telah menyalurkan pembiayaan kepada lebih dari 15.400 nasabah di segmen SME, dengan kualitas pembiayaan yang tergolong sehat. Bank syariah tersebut mencatat rasio pembiayaan bermasalah non-performing financing (NPF) untuk segmen ini tetap terjaga di bawah 4 persen.
“Penyaluran pembiayaan segmen SME tentunya sangat memperhatikan kondisi makro ekonomi Indonesia dan dilakukan secara selektif, sesuai dengan target market yang telah ditetapkan. Dengan demikian mampu menghasilkan pembiayaan dengan kualitas yang baik,“ imbuh Bob.
BSI mendorong pertumbuhan sektor SME dengan menyalurkan pembiayaan modal kerja dan investasi, terutama pada sektor-sektor potensial. Plafon pembiayaan yang ditawarkan berkisar antara Rp500 juta hingga Rp25 miliar.
Ekosistem Rantai Pasok
Selain itu, BSI juga aktif menjalin kemitraan untuk mengembangkan ekosistem dan rantai pasok (value chain) dari nasabah yang sudah ada.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan SME BSI didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan (baik besar maupun eceran), layanan pendidikan, dan kesehatan. Fokus tersebut selaras dengan komitmen BSI dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional serta sejalan dengan Asta Cita dan program strategis pemerintah.
Untuk mendukung kemudahan akses layanan pembiayaan, BSI telah mengembangkan platform khusus bagi segmen SME. Komitmen pengembangan platform ini dilakukan secara berkelanjutan agar semakin efisien dalam menjangkau dan melayani nasabah di segmen tersebut.
Sebagai tambahan informasi, per Februari 2025 BSI mencatatkan pembiayaan kepada sektor UMKM sebesar Rp52,09 triliun, tumbuh 12,69 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pembiayaan tersebut disalurkan kepada lebih dari 360.000 nasabah di seluruh Indonesia. Di sisi lain, Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) BSI telah mencapai Rp97,45 triliun atau 34,58 persen sehingga melampaui target regulator.(*)