KABARBURSA.COM - Center for Sustainable Economic Development (CSED) INDEF menilai kebijakan fiskal di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketidakefisienan anggaran hingga ketimpangan distribusi pendapatan. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan lain seperti zakat untuk menangani masalah kebijakan fiskal.
CSED INDEF Rahmat Mulyanan menyoroti pentingnya pendekatan fiskal berbasis syariah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurut Rahmat, ketimpangan dalam distribusi bansos yang cenderung konsumtif memperburuk masalah ini. Sementara itu, beban utang negara semakin mengkhawatirkan, mendekati 40 persen dengan bunga mencapai Rp500 triliun.
Apa lagi, kata dia, bakal ada kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) yang makin menunjukan bahwa adanya ketidakadilan dalam sistem perpajakan.
“PPN akan menjadi 12 persen tetapi tax ratio-nya belum 10 persen artinya pajak pajak yang lain baru menyumbang 7 persen,” ujar Rahmat dalam keterangannya, dikutip Senin, 30 Desember 2024.
Ia menegaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pertumbuhan tersebut harus bersifat inklusif. Salah satu cara efektif adalah dengan mengintegrasikan zakat ke dalam sistem perpajakan.
"Integrasi zakat dalam perpajakan merupakan keniscayaan untuk memastikan pembangunan yang tidak hanya tinggi tetapi juga merata. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan lebih inklusif,” jelas Rahmat.
Selain integrasi zakat, Rahmat juga mendorong penerapan pajak progresif yang lebih ketat, optimalisasiTrisna wakaf produktif, dan pengembangan sukuk negara.
Menurutnya, sumber pembiayaan syariah perlu didiversifikasi, sementara pembiayaan UMKM harus diperkuat melalui skema bagi hasil dan pemanfaatan dana zakat untuk modal kerja.
“Optimalisasi wakaf produktif dan crowdfunding berbasis syariah juga bisa menjadi motor penggerak ekonomi sektor riil,” tambahnya.
Untuk memastikan efektivitas kebijakan ini, Rahmat mengusulkan agar anggaran dialokasikan berbasis kinerja dengan prioritas pada sektor riil. Ia juga menyoroti pentingnya integrasi zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Ziswaf) dalam program pengentasan kemiskinan berbasis masjid dan pesantren.
Rahmat optimistis bahwa langkah-langkah ini bisa membawa dampak positif, termasuk pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, penguatan UMKM, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan indikator berbasis maqashid syariah, audit yang komprehensif, dan evaluasi berkala, kita bisa mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan,” pungkasnya.
Potensi Zakat
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk mendorong zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ziswaf) menjadi instrument ekonomi syariah yang berkelanjutan.
SEVP Digital Banking BSI Saut Parulian Saragih mengatakan, berbagai Langkah strategis terus dilakukan, salah satunya dengan menggandeng 18 lembaga ziswaf untuk pengembangan proyek wakaf di bidang Pendidikan, lingkungan, Kesehatan, dan bidang jasa lainnya.
“Ziswaf adalah bagian dari ekosistem halal yang harus didorong guna memberikan dampak berkelanjutan bagi Masyarakat,” kata Saut di Jakarta, Kamis, 7 Maret 2024.
Selain itu, BSI juga berusaha secara optimal menghimpun ziswaf dan donasi secara digital melalui BSI Mobile.
Selain itu, BSI juga menyesuaikan kampanye tematik ziswaf dengan periode tematik, misalnya pembayaran fidyah menjelang bulan suci Ramadan.
Tercatat per Januari 2024, volume transaksi ziswaf di e-channel BSI mencapai Rp8,8 miliar, tumbuh 21 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Pada tahun 2024, perseroan menargetkan volume ziswaf di BSI mencapai Rp200 miliar dibandingkan pencapaian tahun 2023 sebesar Rp96 miliar melalui kanal BSI Mobile.
“Nantinya, dengan ziswaf ini akan membentuk masyarakat menjadi tangguh dan sustain dari pengelolaan ziswaf yang tepat dan efisien,” ujarnya.
Saut menjelaskan, ziswaf sebagai instrumen syariah yang mempunyai potensi, tentu tidak dapat berdiri sendiri, namun membutuhkan elaborasi antara kesiapan proyek, skema pendanaan, penghimpunan maupun hilirisasi proyek. Oleh karena itu, BRI berperan untuk memfasilitasi transaksi ziswaf agar instrumen syariah berfungsi secara optimal.
Saut mengungkapkan, beberapa strategi yang akan didorong BSI untuk menghimpun ziswaf di antaranya peningkatan jumlah mitra lembaga amil zakat (LAZ), yang mana saat ini perseroan telah bekerja sama dengan BSI Maslahat, Baznas, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, Lazisnu, Lazismu, DT Peduli, Rumah Yatim, Mizan Amanah, Baitul Maal Hidayatullah, Badan Wakaf Indonesia, YBM PLN, dan Yayasan Mandiri Amal Insani.
Selain itu, memfasilitasi donasi tematik di antaranya donasi untuk anak yatim, bantuan kemanusiaan, bantuan untuk korban banjir di Demak, hingga zakat pemberdayaan desa dan meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk ziswaf online di BSI Mobile.
Saat ini BSI Mobile mencapai 6,3 juta pengguna dengan jumlah pengguna fitur ziswaf dan donasi di BSI Mobile di tahun 2024 ditargetkan mencapai 3 juta pengguna.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.