KABARBURSA.COM - Selama beberapa dekade terakhir, Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam sektor ekonomi syariah. Pengakuan dunia terhadap posisi Indonesia di kancah ekonomi syariah semakin kuat, terutama ketika dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga memiliki basis ekonomi syariah yang mapan, seperti Malaysia dan Arab Saudi.
Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara mengatakan, berdasarkan laporan State of the Global Islamic Economy Report 2023, Indonesia berhasil menduduki peringkat ketiga dalam Global Islamic Economy Indicator, meningkat dari posisi keempat pada tahun sebelumnya.
“Ini menandakan kemajuan yang signifikan dalam pengembangan ekonomi syariah di Tanah Air,” kata Mirza dalam sambutannya di acara Ijtima’ Sanawi ke-20 di Jakarta, Jumat, 11 Oktober 2024.
Dalam laporan tersebut, Indonesia juga menunjukkan pencapaian yang mengesankan dalam beberapa sektor industri halal.
“Peringkat Indonesia dalam industri halal yaitu di sektor Industri makanan halal berada di peringkat kedua, industri fashion Muslim (peringkat ketiga), dan industri farmasi dan kosmetik halal (peringkat kelima),” jelas Mirza.
Sedangkan, di sektor industri media dan rekreasi, Indonesia berada di peringkat keenam, keuangan syariah (peringkat ketujuh), dan sektor pariwisata ramah Muslim, Indonesia bahkan berada di posisi teratas berdasarkan Global Muslim Travel Index. Ini menunjukkan Indonesia memiliki daya tarik yang kuat sebagai destinasi wisata bagi pelancong Muslim.
Mirza menekankan bahwa kemajuan ini tidak lepas dari dukungan strategis pemerintah. Salah satu kebijakan penting yang diambil adalah target literasi ekonomi dan keuangan syariah yang ditetapkan oleh Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin, yang ditargetkan mencapai 50 persen.
Kebijakan ini dituangkan dalam berbagai dokumen strategis, termasuk Master Plan Ekonomi dan Keuangan Syariah serta Strategi Literasi dan Inklusi Ekonomi dan Keuangan Syariah.
Dalam konteks keuangan syariah, Mirza melaporkan bahwa per Agustus 2024, total aset sektor ini mencapai Rp2.742 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 12,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Adapun rincian mengenai pencapaian ini mencakup, total aset sektor perbankan syariah Rp902 triliun, tumbuh 10,4 persen; total aset sektor industri keuangan non-bank syariah Rp 163 triliun; total aset sektor pasar modal syariah Rp 1.676 triliun, meningkat 9 persen dibandingkan tahun lalu, dan saham syariah mendominasi Bursa Efek Indonesia, dengan market share mencapai 53 persen.
Selain itu, sukuk negara memiliki market share 21 persen, sukuk korporasi 10 persen, dan reksadana syariah 9 persen.
Dalam sektor asuransi dan dana pensiun syariah (PPDP Syariah), aset juga mengalami pertumbuhan positif, dengan total aset mencapai Rp56,3 triliun pada tahun 2024, meningkat 1,2 persen dan menyumbang market share 2,1 persen dari total aset PPDP konvensional.
Sektor lembaga pembiayaan syariah (PPML Syariah) turut menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, dengan aset dan piutang syariah masing-masing tumbuh 9,7 persen dan 21,3 persen, mencapai market share sekitar 10 persen.
Lanjut Mirza, pengembangan teknologi keuangan digital syariah menjadi salah satu fokus utama ke depan.
Berdasarkan Global Islamic Fintech Report, Indonesia berada di peringkat ketiga dari 81 negara dengan sistem ekonomi syariah terkuat, setelah Malaysia dan Arab Saudi. Hal ini menandakan adanya potensi besar bagi inovasi dan perkembangan yang lebih lanjut dalam sektor ini.
Mirza pun memberikan apresiasi kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang rutin menyelenggarakan Ijtima’ Sanawi Dewan Pengawas Syariah (DPS) setiap tahunnya.
Menurutnya, kolaborasi antara MUI, DSN, dan OJK sangat penting untuk mendukung perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.
“Terima kasih kepada Majelis Ulama Indonesia dan Dewan Syariah Nasional yang setiap tahun rutin menyelenggarakan Ijtima’ Sanawi Dewan Pengawas Syariah. Kolaborasi yang kuat antara OJK dan DSN terus kita perkuat untuk perkembangan yang lebih baik,” kata Mirza.
Dengan perkembangan yang pesat ini, harapan untuk masa depan ekonomi syariah di Indonesia tampak cerah.
Kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, lembaga keuangan, dan organisasi masyarakat, akan menjadi kunci untuk mengoptimalkan potensi yang ada, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama dalam peta ekonomi syariah global.
Thailand Berambisi Jadi Pusat Industri Halal
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa Thailand berambisi menjadi pusat industri halal dunia.
Zulkifli Mengungkapkan itu dalam acara pembukaan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-39 yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu, 9 Oktober 2024.
Di tahun ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) bekerja sama dengan Kementerian Agama (Kemenag) menghadirkan anjungan halal, yang menampilkan 226 paviliun makanan dan minuman Indonesia.
“Kami mendapatkan laporan dari atase perdagangan, bahwa saat ini Thailand sedang mempromosikan secara gencar-gencaran produk halal mereka,” kata Zulkifli.
Zulhas, panggilan akrabnya, menegaskan bahwa Indonesia tidak ingin tertinggal dari Thailand atau Malaysia yang sedang aktif mempromosikan produk pangan halal.
Dia pun menyatakan, bahwa Pemerintah berkomitmen untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pangan halal dan modest fashion dunia.
Selain pangan halal, lanjut Zulkifli, produk ekspor potensial lainnya yang sedang didorong adalah modest fashion.
Kata dia, tren permintaan global untuk produk modest fashion terus meningkat.
Berdasarkan data dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2023, konsumen global menghabiskan lebih dari USD318 miliar untuk modest fashion, dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi USD428 miliar pada 2027 mendatang.
“Indonesia, dengan kekayaan wastra budaya dan kreativitas yang tinggi, telah diakui sebagai sumber inspirasi modest fashion di kancah global,” ucap Zulkifli Hasan.
“Sebagaimana diamanatkan bapak Presiden (Joko Widodo), agar Indonesia menjadi pusat industri halal dan kiblat modest fashion dunia pada tahun 2024,” sambungnya.
Tahun ini, Kementerian Perdagangan rencananya juga akan menggelar acara ‘Jakarta Muslim Fashion Week’ dalam rangkaian acara TEI. Melalui partisipasi tersebut, dia berharap jejaring Indonesia dapat semakin luas dan citra Indonesia sebagai pusat modest fashion dapat lebih dikenal di kancah global.
“Pelaksanaan Jakarta Muslim Fashion Week pada tahun 2024 menjadi momen penting, di mana Indonesia akan mendeklarasikan diri sebagai pusat modest fashion dunia,” tegasnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.