KABARBURSA.COM – Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka menekankan bahwa pengembangan ekonomi syariah adalah salah satu kunci penting untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju. Hal itu ia sampaikan dalam video monolog di kanal YouTube pribadinya, Gibran TV, pada Jumat, 6 Juni 2025.
Menurut Gibran, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan kekuatan ekonomi dunia, bukan sebagai angan-angan semata, tetapi sebagai tujuan yang bisa diwujudkan. Salah satu jalannya, kata dia, adalah dengan memperkuat sektor ekonomi syariah.
"Indonesia sebagai negara besar mempunyai cita-cita untuk menjadi negara maju, meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Ini bukan angan semata, tapi sebuah tujuan yang ingin kita raih bersama dan Indonesia mempunyai peluang yang sangat besar untuk menggapai itu semua. Bagaimana caranya? Melalui pengembangan ekonomi syariah salah satunya," ujar Gibran.
Ia menyoroti bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah umat Islam, yakni sekitar 245 juta jiwa. Hal ini, menurutnya, menjadi kekuatan pasar domestik yang luar biasa, namun tetap memerlukan dukungan melalui kemandirian ekonomi serta penguatan industri halal di berbagai sektor.
"Artinya kekuatan pasar ada di tangan kita, di negeri kita sendiri. Tapi ini belum cukup jika tidak diiringi dengan kemandirian ekonomi dan industri halal," jelasnya.
Gibran menyebutkan bahwa Indonesia memiliki peluang besar dalam berbagai lini industri halal, mulai dari keuangan syariah, makanan dan minuman halal, fesyen muslim, kosmetik halal, hingga wisata ramah muslim dan konten islami. Bahkan, pada 2024 Indonesia masuk dalam tiga besar Global Islamic Economy Index dan ekspor produk halal nasional terus menunjukkan tren positif.
"Tahun 2024 Indonesia berada pada top 3 Global Islamic Economy Index. Ekspor produk halal kita juga terus meningkat," sebut Gibran.
Ia menyebutkan pertumbuhan ekspor produk halal Indonesia dalam enam tahun terakhir mencapai tujuh persen, dengan 15 dari 30 produsen halal terkemuka dunia berasal dari Indonesia. Meski demikian, Gibran mengakui bahwa Indonesia masih belum menjadi pemain utama dalam rantai pasok halal global dan menempati peringkat delapan sebagai eksportir produk halal dunia.
"Tapi memang harus diakui saat ini Indonesia belum menjadi pemain utama dalam rantai pasok halal dunia. Kita masih menempati peringkat 8 eksportir produk halal dunia," ungkapnya.
Ia menyoroti bahwa sejumlah negara non-muslim justru telah lebih dahulu memimpin pasar halal global. Gibran menilai hal ini menjadi bukti bahwa industri halal telah menjadi tren gaya hidup yang mendunia dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
"Artinya sektor ini bukan hanya dilirik oleh negara muslim saja, tapi oleh negara-negara lain di dunia sebagai salah satu sektor yang memiliki daya tarikh tinggi. Karena saat ini halal lifestyle, halal branding sudah semakin meluas di dunia dan menjadi sebuah tren gaya hidup," ucapnya.
Gibran memaparkan bahwa pengeluaran konsumen muslim global pada 2022 mencapai 2,3 triliun USD dan diperkirakan naik menjadi 3,1 triliun USD pada 2027, dengan makanan dan minuman halal menjadi sektor terbesar (43 persen), disusul fashion muslim (23 persen).
"Ini diproyeksikan terus meningkat mencapai 3,1 triliun USD pada tahun 2027," tuturnya.
Ia menekankan pentingnya Indonesia untuk segera bergerak dan tidak tertinggal dalam kompetisi global ini. Menurutnya, Indonesia harus memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki dan menyasar pasar halal global secara maksimal.
"Sehingga kita harus bergerak cepat, kita tidak boleh tertinggal, kita harus mampu memaksimalkan potensi lokal yang ada untuk memanfaatkan ruang pasar syariah global sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa," seru Gibran.
Pemerintah, kata Gibran, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, terus memperkuat pembangunan ekosistem ekonomi syariah yang kompetitif, inklusif, dan membawa berkah bagi masyarakat.
"Oleh sebab itu, pemerintah di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Prabowo terus berupaya membangun ekosistem ekonomi syariah yang bergaya saing, inklusif dan membawa keberkahan bagi masyarakat," ujarnya.
Di forum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8, Presiden Prabowo, lanjut Gibran, juga telah menyampaikan dukungan terhadap pembangunan jaringan ekonomi halal antarnegara muslim. Dukungan tersebut termasuk penciptaan halal value chain atau rantai nilai halal yang diperkuat secara kolektif antarnegara.
"Kita juga harus membuat halal value chain melalui jaringan ekonomi halal D-8. Tuan-tuan, D-8 harus lebih dari blok ekonomi. Ini adalah pergerakan ke selatan global," kata Gibran
Upaya percepatan sertifikasi halal juga menjadi prioritas, terutama untuk pelaku UMKM. Pemerintah telah memberikan kemudahan prosedural dan pembiayaan bagi pelaku usaha mikro dan kecil yang ingin mendapatkan sertifikat halal.
"Sertifikasi halal untuk produk dan pelaku usaha di dalam negeri juga terus dipercepat. Bahkan untuk usaha kecil dan mikro diberikan kemudahan baik dari segi prosedur maupun pembiayaan," ungkapnya.
Produk Tersertifikasi Halal
Gibran menyebut saat ini terdapat 2,2 juta pelaku usaha dan 6,3 juta produk yang telah tersertifikasi halal, dan angka ini akan terus ditingkatkan.
Di sektor pariwisata, Indonesia juga terus mengembangkan destinasi wisata ramah muslim seperti Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Hasilnya, Indonesia dinobatkan sebagai destinasi ramah muslim terbaik selama dua tahun berturut-turut, yakni 2023 dan 2024.
"Bahkan di tahun 2023 dan 2024 Indonesia menjadi top muslim friendly destination of the year," jelas Gibran.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini Indonesia memiliki empat kawasan industri halal dan satu di antaranya sedang diusulkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk mempercepat perizinan dan sertifikasi produk halal.
Di sisi keuangan, pemerintah terus mendorong pengembangan Bank Syariah Indonesia. Presiden Prabowo juga baru saja meluncurkan layanan bank emas pertama di Indonesia.
"Pemerintah juga terus mendorong pengembangan Bank Syariah Indonesia dan Bapak Presiden juga telah meluncurkan layanan bank emas pertama di Indonesia," katanya.
Karena itu, Gibran mengajak seluruh pihak untuk memandang ekonomi syariah lebih dari sekadar persoalan untung rugi finansial. Menurutnya, ekonomi syariah adalah tentang arah, nilai, dan misi besar membangun keadilan sosial yang inklusif dan berkelanjutan.
"Pengembangan ekonomi syariah bukan hanya sekedar hitung-hitungan ekonomi. Tapi lebih dari itu, ini adalah tentang arah, dekat dan nilai yang ingin kita bangun untuk menciptakan pendorong ekonomi baru yang lebih adil, inklusif dan bermanfaat bagi banyak umat," tutup Gibran.(*)