KABARBURSA.COM - Teknologi industri 4.0 memiliki peran vital dalam menjaga kualitas produk di sektor industri halal, sekaligus membuka peluang untuk bersaing di pasar global.
Topik ini menjadi salah satu pembahasan dalam talkshow pada Industrial Festival 2024 yang berlangsung di Tangerang, Sabtu, 28 September 2024.
Kepala Pusat Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Industri dan Kebijakan Jasa Industri (OPTIKJI), Bambang Riznanto, menjelaskan bahwa teknologi berperan penting dalam menjamin transparansi di industri halal, terutama terkait bahan baku.
“Teknologi-teknologi ini memastikan konsumen bahwa produk yang dikonsumsi telah divalidasi berdasarkan sertifikat halal yang dimiliki oleh produk atau pabrik tersebut,” kata Bambang dalam keterangan tertulis, Selasa, 1 Oktober 2024.
Bambang menekankan bahwa teknologi industri 4.0 juga memiliki peran penting dalam mengatasi tantangan di industri halal, terutama dalam aspek pendistribusian.
Teknologi ini mencakup penyediaan bahan baku, pengemasan, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusi produk kepada konsumen atau penyimpanan di gudang. Hal ini berlaku untuk berbagai produk, mulai dari makanan dan minuman hingga kosmetik.
“Faktanya, industri 4.0 tidak hanya tentang robot. Aplikasi yang kita gunakan juga bagian dari industri 4.0, termasuk sensor, blockchain, 3D printing, dan cloud computing,” jelasnya.
Teknologi ini bertujuan untuk mengintegrasikan berbagai aspek, mulai dari satu titik ke titik lainnya, antara pabrik-pabrik, hingga produk yang satu dengan produk lainnya.
“Industri 4.0 menghubungkan semua proses dari hulu hingga hilir,” tambahnya.
Ia mengungkapkan beberapa pabrik manufaktur telah masuk kategori Indonesia National Lighthouse Industry 4.0, seperti PT Paragon, Toyota, Pupuk Kaltim, Petrokimia, Kalbe, PT Gelora Djaja, dan PT Pancaprima Ekabrothers. Menurut Bambang, pabrik-pabrik tersebut dapat dieskalasi untuk dapat masuk menunjang industri halal.
Untuk menjawab tantangan 4.0, lanjut Bambang, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menyediakan Sistem Informasi Industri Nasional (SISINas) yang menghubungkan beberapa kementerian atau lembaga lainnya dalam membantu proses sertifikasi halal.
“Dengan adanya sertifikasi halal yang terintegrasi, maka kita menjamin bahwa proses sertifikasi itu melibatkan data-data yang sudah terintegrasi, yang dikumpulkan dari beberapa stakeholder kementerian maupun lembaga,” jelasnya.
Beberapa aplikasi juga tersedia untuk mempermudah konsumen konsen terhadap aspek halal, seperti Halal MUI, Umma, Crave Halal, Halalin, dan Zabibah.
Ia berharap dengan adanya digitalisasi teknologi, para konsumen menjadi pembeli yang bijak. Bukan hanya membandingkan produk berdasarkan harga, melainkan mempertimbangkan kualitasnya jika produk tersebut sudah memenuhi kriteria halal sesuai ketentuan yang telah diatur dalam regulasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal No.78 Tahun 2023 tentang Pedoman Sertifikasi Halal Makanan dan Minuman dengan Pengolahan.
Untuk menjawab tantangan industri halal, lanjutnya, tak hanya membutuhkan teknologi dan informasi tapi juga memerlukan strategi marketing yang tepat demi menarik perhatian konsumen.
“Mungkin belum banyak yang tahu, penyakitnya bukan soal perang produk dan harga, melainkan perang persepsi. Kami lagi edukasi para UMKM, promo itu boleh asalkan wajar, karena kalau berlebihan bisa jadi justru value produk kita diragukan. Bagaimana kita bisa menaikkan value tanpa ada pertanyaan atau persepsi terlalu mahal dari konsumen,” jelasnya.
Sebagai informasi, dalam acara Industrial Festival 2024 hari ketiga, 28 September tersebut, tersedia pula Coaching Clinic untuk membagikan pengetahuan dan keterampilan tertentu secara interaktif terkait kewirausahaan maupun hal-hal lain yang terkait dengan industri. Peserta yang hadir merupakan wirausaha muda dan juga profesional muda usia 18-35 tahun.
Acara ini bertujuan membantu wirausaha dalam mengembangkan keterampilan dan strategi bisnis mereka dan juga diharapkan munculnya wirausaha baru.
Adapun materi yang diberikan dalam coaching clinic meliputi Pembuatan Kemasan untuk Produk Halal oleh Klinik Kemasan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Agus Susilo, Pembuatan Konten untuk Pemasaran Produk Halal oleh Akhmad Rifaldy Fauzy, dan Pemasaran Digital oleh Digital Marketer Rizaldy Febriyansyah.
Industri Halal Penggerak Perekonomian Nasional
Ekonomi syariah bisa mendominasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui industri halal. Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Eko SA Cahyanto.
Eko menyebut, pada triwulan kedua 2024 pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,05 persen. Dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor industri pengolahan sebesar 0,79 persen.
“Industri halal, sebagai bagian dari sektor ini juga menunjukkan kinerja positif. Pada triwulan pertama 2024, sektor unggulan Halal Value Chain (HVC) tumbuh sebesar 1,94 persen year on year (yoy), dengan sektor makanan dan minuman halal serta modest fashion mencatatkan pertumbuhan masing-masing sebesar 5,87 persen (yoy) dan 3,81 persen (yoy),” kata Eko saat membuka Pameran Halal Indonesia International Industry Expo (Halal Indo) di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis, 26 September 2024.
Ini menunjukkan bahwa di masa depan, pertumbuhan ekonomi nasional dapat didominasi oleh ekonomi syariah melalui perkembangan industri halal.
Lanjut Eko, potensi besar ekonomi syariah dan industri halal salah satunya tercermin dari besarnya jumlah konsumsi produk halal yang diprediksi mencapai USD2,4 juta pada 2024.
Data tersebut seperti disampaikan State of the Global Islamic Economi Report (SGIER) 2023-2024. Sejalan dengan itu, populasi penduduk Muslim di dunia juga diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 2,2 miliar jiwa atau 26,5 persen dari total populasi dunia di tahun 2030 (Pew Research Center’s Forum on Religion and Public Life).
“Peningkatan angka tersebut tentu akan sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk industri halal. Sehingga, Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi Muslim terbesar kedua di dunia, yang mencapai 241,7 juta jiwa, memiliki potensi pasar yang sangat menjanjikan untuk pertumbuhan ekonomi syariah dan industri halal,” jelas Eko.
Ia mengungkapkan, posisi ekonomi syariah Indonesia di tataran global terus meningkat di berbagai sektor. Yang mana secara keseluruhan Indonesia berhasil naik satu peringkat menjadi posisi ketiga pada Global Islamic Economy Indicator dalam SGIER 2023-2024 yang dirilis oleh Dinar Standard.
Dari lima indikator penilaian, di dalamnya terdapat tiga indikator yang menopang kenaikan tersebut dan berkorelasi dengan upaya Kemenperin di sektor industri halal. Yakni sektor industri makanan dan minuman halal, sektor industri farmasi dan kosmetik halal, serta sektor industri tekstil dan produk tekstil (apparel).
“Kemenperin juga terus melakukan berbagai upaya untuk mendukung terwujudnya visi Indonesia menjadi produsen halal terkemuka di dunia melalui program pemberdayaan industri halal,” katanya.
“Antara lain yaitu.meningkatkan halal awareness, mendorong pendalaman struktur industri (pelaksanaan business matching industri hulu, antara dan hilir), mendukung perluasan akses pasar, memberikan fasilitasi sertifikasi produk halal dan menyelenggarakan penganugerahan Indonesia Halal Industry Award (IHYA),” pungkas Eko. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.