KABARBURSA.COM - Pendiri Komunitas Syariah Islam Asep Muhammad Saepul Islam menilai saham perusahaan di bidang syariah menunjukkan pergerakan yang menarik selama bulan Ramadan tahun ini.
Menurutnya, saat ini para investor cenderung mencari saham syariah di bidang ritel karena adanya kebutuhan masyarakat pada bulan Ramadan.
“Saham syariah itu biasanya kalau di bulan Ramadan, banyak investor yang mencari saham-saham retail, saham-saham consumer goods, terutama juga ada yang poultry ke ayam-ayaman," ujar Asep di sela acara Nyantri Saham Bareng kabarbursa.com di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu, 15 Maret 2025.
Penulis buku Saham Syariah Kelas Pemula itu menilai jika konsumen semakin aktif berbelanja di toko online selama bulan Ramadan. Oleh karena itu, saham-saham yang terkait di sektor tersebut bakal ramai diminati investor.
“Kalau sekarang kan retail sudah mengalami perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kalau retail kemarin kan banyak orang yang ke mal misalnya untuk beli pakaian. Kalau sekarang mungkin lebih ke online shop. Nah, mungkin yang akan diuntungkan saham-saham yang berkaitan dengan ekspedisi atau transportasi logistik,” jelas Asep.
Asep juga memprediksi saham yang bakal meningkat selama bulan Ramadan ada di sektor telekomunikasi karena kebutuhan untuk menelpon dan menggunakan internet menjadi tinggi.
“Saham-saham telekomunikasi juga menarik karena banyak yang menggunakan kuota atau pulsa ketika lebaran dan seterusnya,” ungkap pria yang akrab disapa Mang Amsi tersebut.
Masa Depan Pasar Modal Syariah
Ia menilai, pertumbuhan pasar modal syariah masih cukup baik. Menurutnya, masa depan pasar modal syariah ada di Indonesia karena banyak memiliki investor dan produk yang belum masif di pasaran.
“Pertumbuhan saham di sektor syariah paling masih luas itu ada di negara kita. Pertama dari sisi investornya, kedua dari produknya belum banyak. Kemudian juga dari sisi literasinya masih rendah. Artinya potensi pertumbuhannya masih sangat besar," terang Amsi.
"Selain itu pada 2019 di Islamic Finance Country Index kita ini peringkat pertama di dunia. Kenapa? Karena ada satu indikator yang tidak bisa dikejar negara lain sekelas Malaysia, Bahrain, Arab Saudi, atau Iran. Ini karena jumlah penduduk Indonesia jauh lebih banyak,” paparnya lagi.
Sementara kata Amsi, masyarakat di negara lain tersebut memiliki tingkat melek saham syariah sudah lebih tinggi dibanding kita.
“Sehingga apabila di Indonesia itu 10 persennya saja melek, itu sudah setara dengan jumlah di satu negara lain jumlah penduduknya,” katanya.
Kunci Pasar Modal Syariah
Sementara itu, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI), Irwan Abdalloh, menyatakan bahwa perkembangan pasar modal syariah di Indonesia saat ini bisa dijangkau semua kalangan karena minimal transaksi lebih murah. Bahkan saat ini generasi muda telah mendominasi investor di pasar modal.
“Saya pernah sharing sistem (dengan rekan dari luar negeri). Jadi bisa transaksi kurang USD100 bahkan USD10 sampai USD18 bisa," kata Irwan dalam acara Nyantri Saham bareng Kabar Bursa yang digelar di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Sabtu, 15 Maret 2025.
Ia juga membandingkan sistem investasi saham di Indonesia dan luar negeri yang diklaim lebih murah. Sehingga hal ini dapat menarik investor untuk berinvestasi meskipun dengan dana minim.
Irwan mengagakan, sistem investasi yang lebih terjangkau ini memungkinkan masyarakat untuk mulai berinvestasi dengan nominal yang jauh lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Saat ini, masyarakat bisa mulai berinvestasi dengan modal hanya sekitar USD10-18 atau kurang dari Rp300 ribu.
“Sehingga diharapkan dapat menarik lebih banyak investor ritel dan memperluas basis investor di Indonesia,” ujarnya, dalam talkshow yang juga menghadirkan ekonom senior Indef Avliliani, konsultan dan investor pasar modal global Muhammad Asmi hingga praktisi pasar modal syariah Asep Muhammad Saepul Islam.
Melalui acara yang disponsori oleh Telkom Indonesia, AlamTri, dan Pupuk Indonesia ini, Irwan menjelaskan proses sosialisasi yang perusahaannya lakukan, di antaranya dengan menggandeng berbagai lini masyarakat seperti komunitas ekonomi syariah.
Hal ini untuk mendorong peningkatan jumlah investor melalui berbagai strategi, termasuk investasi dengan modal lebih terjangkau dan perluasan keterlibatan komunitas.
BEI juga berupaya menggiatkan edukasi dengan berbagai komunitas seperti Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Forum Silaturahmi Ekonomi Islam (FOSEI), serta komunitas lokal lainnya.
Komunitas seperti Investor Saham Pemula (ISP) dan komunitas saham syariah lainnya juga berperan besar dalam mempercepat pertumbuhan investor di pasar modal syariah.
Tak hanya itu, BEI juga memperluas konsep galeri investasi dari kampus ke berbagai komunitas dan organisasi seperti GP Ansor dan Muhammadiyah. Upaya ini untuk meningkatkan literasi dan partisipasi masyarakat dalam investasi syariah.
Selain itu peran media pun dinilai krusial dalam menyebarluaskan informasi dan edukasi terkait pasar modal syariah kepada masyarakat luas.
Di tingkat global, Indonesia berupaya memperkuat branding pasar modal syariahnya melalui konsep “DX Islamic yang diharapkan pasar modal syariah Tanah Air semakin dikenal dan diakui secara internasional.
Selain itu, inovasi dalam filantropi pasar modal syariah juga terus berkembang. Indonesia menjadi salah satu negara yang mengembangkan konsep wakaf saham, infak saham, dan zakat saham sebagai instrumen filantropi di pasar modal.
Produk seperti Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) pun semakin diminati karena mampu menghubungkan investasi dengan tujuan sosial dan keberlanjutan ekonomi syariah.
Dengan berbagai langkah strategis ini, pasar modal syariah Indonesia diharapkan terus tumbuh dan menjadi pilihan investasi yang semakin inklusif bagi masyarakat. (*)