KABARBURSA.COM - PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau BSI mengungkapkan rencananya untuk meningkatkan jumlah BSI Agen (layanan laku pandai) hingga 123.000. Peningkatan ini terus diupayakan seiring dengan peningkatan minat masyarakat dalam bertransaksi keuangan syariah.
Peningkatan BSI Agen juga merupakan upaya mendorong literasi serta inklusi perbankan dan keuangan untuk menggerakkan perekonomian masyarakat.
BSI Agen merupakan perpanjangan layanan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dalam menghadirkan akses perbankan dan keuangan syariah secara branchless banking (tanpa kantor). Peran BSI Agen sangat penting dalam menjangkau masyarakat yang masih belum terlayani oleh jaringan kantor cabang BSI, terutama di daerah terpencil.
Direktur Distribution & Sales BSI, Anton Sukarna, menyampaikan bahwa perusahaan akan terus menambah jumlah agen untuk mengakomodasi meningkatnya minat masyarakat terhadap layanan keuangan berbasis syariah.
Langkah tersebut juga sejalan dengan misi BSI untuk memperluas literasi serta inklusi perbankan syariah melalui penyebaran agen yang lebih luas secara nasional.
“Tahun ini kami menargetkan jumlah BSI Agen mencapai 123.000 agen. BSI Agen tentunya mendorong serta semakin memperkuat inklusi perbankan syariah dari BSI. Dengan demikian BSI berharap bisa memperkuat ekosistem syariah hingga daerah-daerah yang belum terjangkau kantor cabang. Harapannya ekonomi syariah ini menjadi lebih berdampak, bagi masyarakat,” tutur Anton dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu, 9 April 2025.
Per Maret 2025, jumlah BSI Agen telah mencapai 115.748 agen di seluruh Indonesia. Wilayah dengan jumlah agen terbanyak berada di Regional Aceh dan Medan, serta Regional Surabaya di Pulau Jawa.
Dalam periode yang sama, transaksi melalui BSI Agen tercatat sebanyak 7,5 juta kali dengan nilai nominal mencapai Rp18,4 miliar. Anton optimistis bahwa jumlah transaksi akan mengalami lonjakan selama Ramadan, dan tren kenaikan ini akan berlanjut sepanjang 2025.
Sebagai perbandingan, sepanjang 2024, transaksi melalui agen laku pandai BSI meningkat sekitar 34,67 persen secara tahunan, dengan total volume mencapai Rp59 triliun.
Anton menambahkan bahwa terdapat kriteria khusus bagi masyarakat yang ingin menjadi BSI Agen. Sebelum resmi bergabung, calon agen akan menerima pelatihan serta edukasi mengenai layanan yang sesuai standar perusahaan.
Tahun ini, BSI juga memfokuskan ekspansi persebaran agen ke wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi, terutama di pedesaan yang belum terjangkau layanan kantor cabang. Strategi ini bertujuan untuk memperluas jangkauan inklusi keuangan syariah.
Anton menekankan bahwa BSI Agen kini menjadi ujung tombak perusahaan dalam mempermudah masyarakat mengakses layanan syariah, serta memperluas pemahaman masyarakat terhadap sistem perbankan syariah hingga ke daerah pelosok.
“BSI Agen adalah salah satu komitmen kami untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses layanan perbankan syariah dari BSI. Tentunya dengan lebih mudah, aman dan cepat,” katanya.
BSI Agen menyediakan berbagai layanan seperti penarikan, penyetoran, dan transfer antar rekening BSI maupun bank lain. Selain itu, tersedia juga layanan pembelian dan pembayaran, pengisian e-wallet, referensi gadai dan cicil emas, hingga pembukaan serta pelunasan biaya ibadah haji.
Lebih dari sekadar layanan perbankan, keberadaan BSI Agen juga memberi dampak positif bagi perekonomian masyarakat dengan membuka peluang pekerjaan baru sebagai agen laku pandai.
“Agen yang sudah beroperasi rata-rata adalah toko sembako atau toko penjual pulsa. Ini menandakan BSI Agen bisa diadopsi oleh beragam kalangan masyarakat,” ujarnya.
Masyarakat yang telah memiliki usaha bisa dengan mudah mendaftar menjadi BSI Agen melalui kantor cabang BSI terdekat. Setelah resmi menjadi agen, mereka berkesempatan memperoleh penghasilan tambahan dari fee setiap transaksi yang dilakukan nasabah.
Pembiayaan SME Naik
Sebelumnya, BSI mencatat bahwa penyaluran pembiayaan kepada segmen Small Medium Enterprise (SME) hingga Februari 2025 telah mencapai Rp21,37 triliun. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 11,79 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp19,12 triliun.
Pertumbuhan pembiayaan ini mencerminkan komitmen BSI dalam mendukung perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, khususnya melalui penyaluran pembiayaan kepada segmen SME.
Plt. Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, menyampaikan bahwa tren pertumbuhan bisnis pada sektor ritel dan usaha menengah masih menunjukkan arah yang positif.
Menurutnya, hal ini menjadi indikator bahwa aktivitas ekonomi, terutama di sektor perdagangan ritel, tetap bergerak dan mengalami perkembangan.
“Kami akan terus mendorong segmen ritel dan juga SME agar terus tumbuh secara sustain disertai dengan konsistensi pendampingan usaha dan juga akses pembiayaan yang mudah dan cepat, tetapi tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent),” ujar Bob dalam keterangan tertulis, Rabu, 9 April 2025.
BSI diketahui telah menyalurkan pembiayaan kepada lebih dari 15.400 nasabah pada segmen SME dengan kualitas pembiayaan yang tergolong sehat. Rasio pembiayaan bermasalah atau non-performing financing (NPF) pada segmen ini masih terjaga di bawah 4 persen.
“Penyaluran pembiayaan segmen SME tentunya sangat memperhatikan kondisi makro ekonomi Indonesia dan dilakukan secara selektif, sesuai dengan target market yang telah ditetapkan. Dengan demikian mampu menghasilkan pembiayaan dengan kualitas yang baik,“ imbuh Bob.
Untuk mendorong sektor SME, BSI menyalurkan pembiayaan dalam bentuk modal kerja dan investasi, yang difokuskan pada sektor-sektor potensial. Jumlah plafon pembiayaan yang diberikan berkisar dari Rp500 juta hingga Rp25 miliar.
Selain pembiayaan langsung, BSI juga aktif menjalin berbagai kemitraan guna membangun ekosistem dan memperkuat rantai pasok (value chain) dari nasabah yang telah ada.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan BSI untuk segmen SME sebagian besar berasal dari sektor-sektor seperti pertanian, perdagangan (baik grosir maupun eceran), pendidikan, dan layanan kesehatan. Fokus pembiayaan ini sejalan dengan misi BSI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan selaras dengan Asta Cita serta agenda strategis pemerintah.
Dalam rangka memudahkan akses terhadap layanan pembiayaan, BSI telah mengembangkan platform khusus untuk melayani segmen SME. Inisiatif pengembangan platform ini dilakukan secara berkelanjutan demi meningkatkan efisiensi layanan dan menjangkau lebih banyak pelaku usaha.
Sebagai informasi tambahan, hingga Februari 2025 BSI telah menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM sebesar Rp52,09 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 12,69 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pembiayaan itu disalurkan kepada lebih dari 360.000 nasabah di berbagai wilayah Indonesia. Di sisi lain, Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) yang dicatatkan BSI telah mencapai Rp97,45 triliun atau sebesar 34,58 persen, melampaui target yang ditetapkan oleh regulator.(*)