KABARBURSA.COM – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang menyepakati inisiatif pengurangan emisi bersama negara-negara kawasan Asia dan Australia melalui Asia Zero Emission Community (AZEC) 2nd Ministerial Meeting.
Mewakili Menteri ESDM, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Roslan Roeslani menyebut, para Menteri yang mewakili negara kemitraan AZEC mengirimkan pesan kuat terkait dekarbonisasi.
Adapun pesan itu dimaksudkan sebagai langkah mitigasi perubahan iklim, sekaligus memastikan dukungan bersama untuk mempercepat transisi energi di Asia, termasuk di dalam percepatan mencapai target Net Zero Emission (NZE) secara global.
"Pertemuan Tingkat Menteri AZEC ke-2 ini menyerukan aksi dekarbonisasi untuk mempercepat transisi energi, sebagai kunci mencapai Net Zero Emission (NZE) global atau karbon netral. AZEC akan bekerja sama untuk mengomunikasikan prinsip dan aksi AZEC kepada publik dan para stakeholder," ujar Rosan dalam keterangannya, Kamis, 22 Agustus 2024.
Rosan merinci, untuk menyampaikan berbagai prinsip dan aksinya AZEC akan melakukan acara tahunan di setiap negara mitra AZEC, mendorong kerja sama di luar negara mitra AZEC, dan memromosikan proyek di bawah inisiatif bilateral.
"Terkait hal ini, kami senang bahwa pertemuan ini juga menandai penandatanganan 21 MoU tentang kerja sama proyek antara Indonesia dan Jepang. Kami juga berharap dapat terus menerima dukungan dari sektor swasta," jelasnya.
Rosan mengatakan, Indonesia juga menyambut baik dan berharap untuk berpartisipasi aktif dalam inisiatif-inisiatif baru METI, yaitu inisiatif AZEC untuk mempromosikan Zero Emission Power, Inisiatif AZEC untuk menciptakan Sustainable Fuel Markets, dan Inisiatif AZEC untuk membangun Next Generation Industries.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri METI Jepang, Ken Saito menuturkan, pertemuan tersebut menghasilkan Joint Statement, yakni Reaffirming AZEC Principles, AZEC Partner Countries Supporting Global Decarbonization, Promoting Policy Support and Collaboration in Tangible Projects, dan Fostering cooperation beyond AZEC partner countries.
"Kami juga meluncurkan AZEC Sectoral Initiatives sebagai attachment dari Joint Statement. Kami akan berfokus kepada tiga inisiatif untuk mempromosikan dekarbonisasi, yakni sektor tenaga listrik, transportasi, dan industri," ungkapnya.
Selain Pertemuan Tingkat Menteri, gelaran tersebut juga meluncurkan Asia Zero Emission Center, yang menjadi platform bersama bagi negara anggota AZEC dalam melakukan upaya-upaya dekarbonisasi.
Di sisi lain, Menteri Ekonomi Malaysia, Y.B. Tuan Mohd Rafizi bin Ramli, mengaku akan terus berkomitmen dalam gerakan dekarbonisasi dan pencapaian emisi Net-Zero Greenhouse Gas (GHG) pada 2050.
"Pada konteks ini, kami mengantisipasi bahwa kontribusi AZEC akan berperan penting dalam mendorong peralihan menuju solusi energi yang berkelanjutan dan rendah karbon, yang sangat penting bagi masa depan kawasan Asia," ujarnya.
Rafizi juga mengungkapkan kesiapan Malaysia menjadi tuan rumah Pertemuan Tingkat Menteri AZEC tahun 2025. Dirinya menyatakan bahwa pertemuan tahun depan merepresentasikan tidak hanya komitmen Malaysia untuk dekarbonisasi namun juga dedikasi untuk membangun Malaysia menjadi energy hub.
Capai Kesepakatan Dekarbonisasi
Sebagaimana diketahui, pemerintah Indonesia dan Jepang menyepakati kerja sama program dekarbonisasi sektor energi melalui kerja sama atau Memorandum of Understanding (MoU).
Kerja sama tersebut ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, dan Presiden NEDO, Yokoshima Naohiko, di sela-sela acara pertemuan kedua AZEC Ministerial Meeting di Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2024.
Dalam perjanjian tersebut, kedua negara sepakat untuk mendorong dekarbonisasi sektor energi melalui pemanfaatan sumber energi yang tersedia, penerapan teknologi energi bersih, serta efisiensi energi.
Secara spesifik, Indonesia dan Jepang akan mengembangkan energi terbarukan melalui pemanfaatan tenaga surya, air, angin, dan bioenergi. Selain itu, kerja sama tersebut juga memuat tentang produksi hidrogen dan membangun rantai pasokannya, serta mengoptimalkan teknologi konservasi energi, termasuk pembangkit listrik hibrid berbasis surya dan diesel, pompa panas, dan sistem cogeneration WHP (waste heat to power).
Kerja sama yang disepakati juga memuat penerapan teknologi elektrifikasi di sektor industri, pengembangan teknologi jaringan pintar, serta manajemen sisi permintaan. Di samping itu, Indonesia dan Jepang juga akan mengembangkan model Energy Services Company (ESCO).
Adapun poin tersebut dinilai mampu meningkatkan nilai tambah batu bara untuk keperluan industri, seperti produksi grafit buatan dan bahan kimia dari batu bara, hingga pengelolaan limbah dalam pengolahan mineral kritis.
NEDO sendiri merupakan lembaga penelitian dan pengembangan di bawah Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) Jepang, yang didirikan pada tahun 1980 yang berfokus pada inovasi teknologi untuk menghadapi tantangan energi dan lingkungan global.
Sebagai akselerator inovasi, NEDO bekerja sama dengan industri, akademisi, dan pemerintah untuk merumuskan langkah strategis dan rencana aksi dari proyek-proyek penelitiannya.
Salah satu proyek di Indonesia yang mendapat dukungan NEDO adalah pengembangan unit pertama produksi hidrogen hijau dari PLTP Lahendong Binary (500 kW) hingga tahap komersial.
Selain itu, ada juga proyek demonstrasi Energy Management System (EMS) di Nunukan, Pulau Sebatik, yang menggabungkan PLTS dan PLT biomassa dengan PLTG dan PLTD yang sudah ada di wilayah tersebut.
Sektretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana menuturkan, kerja sama yang baru disetujui tersebut merupakan tahap awal untuk melakukan studi kelayakan bersama. Setelahnya, hasil studi akan dibahas bersama negara kemitraan AZEC untuk pengembangan energi bersih.
"Ini merupakan tahap awal untuk melakukan studi kelayakan bersama. Setelah itu, hasilnya akan dibahas di AZEC bersama pemerintah dan METI. Selanjutnya, akan ditentukan dukungan tambahan dari AZEC untuk pengembangan energi bersih di Indonesia," ujar Dadan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.