Logo
>

Aksi Tahan Utang Sri Mulyani Selamatkan Rupiah Sore ini

Ditulis oleh Yunila Wati
Aksi Tahan Utang Sri Mulyani Selamatkan Rupiah Sore ini

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pergerakan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini menunjukkan apresiasi tipis sebesar 0,03 persen, dengan Rupiah ditutup pada angka Rp16.245/USD. Penguatan ini telah terjadi sejak 3 Juli kemarin.

    Di sisi lain, indeks DXY pada pukul 14:54 WIB naik tipis 0,04 persen menjadi 105,04. Kenaikan ini menandai posisi yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan hari sebelumnya, yang berada pada level 105.

    Pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh sikap wait and see dari pelaku pasar terkait pernyataan yang akan disampaikan oleh pejabat Bank Sentral AS (The Fed) sepanjang minggu ini. Pejabat The Fed seperti Barr, Powell, Bowman, Goolsbee, dan Cook dijadwalkan akan memberikan pandangannya mengenai kondisi ekonomi AS serta kebijakan moneter yang akan diambil.

    Sikap The Fed yang belum menunjukkan kecenderungan untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat masih memberikan tekanan bagi mata uang rupiah, terutama dengan DXY yang tetap berada di level yang cukup tinggi.

    Selain itu, pasar juga masih memperhatikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia yang diperkirakan akan meningkat menjadi 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2024. Kenaikan defisit ini terjadi karena peningkatan belanja negara yang tidak seimbang dengan penurunan penerimaan.

    Meskipun demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa untuk membiayai defisit APBN yang meningkat, pemerintah tidak akan banyak mengandalkan utang baru. Sebaliknya, defisit tersebut akan ditutup menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) yang telah dikumpulkan sejak 2022-2023, dengan total SAL yang digunakan mencapai Rp100 triliun.

    Penggunaan SAL untuk menutup defisit diharapkan dapat mengurangi kekhawatiran di pasar. Selain itu, dengan penerbitan obligasi yang dikendalikan agar tidak terlalu banyak, pasokan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar diharapkan tetap terjaga, menjaga stabilitas harga.

    Ibrahim Assuaibi, seorang pengamat pasar uang, mencatat bahwa dolar AS sedang dipengaruhi oleh data yang lemah di pasar tenaga kerja, yang mengarahkan para pedagang untuk berspekulasi bahwa Jerome Powell akan memberikan pernyataan dovish selama dua hari kesaksiannya di hadapan Kongres yang dimulai pada hari Selasa ini. Meskipun Powell baru-baru ini mengakui kemajuan dalam pencapaian disinflasi, dia juga menegaskan bahwa Federal Reserve (The Fed) masih memerlukan lebih banyak keyakinan untuk memulai penurunan suku bunga.

    Selain Powell, lebih banyak pejabat dari The Fed dijadwalkan untuk memberikan pidato mereka minggu ini. Data inflasi utama, termasuk indeks harga konsumen, juga akan menjadi faktor penting dalam prospek kebijakan suku bunga The Fed. Saat ini, para pedagang memperkirakan kemungkinan sekitar 76 persen untuk penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September, yang naik dari 64 persen pada minggu sebelumnya, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

    Dalam konteks pasar saat ini, sentimen terhadap Tiongkok tetap tegang menyusul langkah Uni Eropa yang memberlakukan tarif tinggi terhadap impor kendaraan listrik dari Tiongkok. Hal ini telah menciptakan ketegangan yang mungkin berujung pada perang dagang terkait tarif, terutama jika Beijing merespons dengan pembalasan. Saham-saham Tiongkok juga tertinggal dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di bulan Juni, seiring optimisme terhadap pemulihan ekonomi di negara itu semakin menipis.

    Di sisi domestik, pemerintah Indonesia memproyeksikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan melebar menjadi 2,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp609,7 triliun pada akhir 2024.

    Defisit ini lebih tinggi dari target awal di APBN 2024 yang sebesar Rp522,8 triliun atau 2,29 persen dari PDB. Penyebab utama adalah lonjakan belanja negara yang diperkirakan mencapai Rp3.412,2 triliun pada akhir tahun 2024, dari pagu awal Rp3.325,1 triliun, sedangkan pendapatan negara diperkirakan naik tipis menjadi Rp2.802,5 triliun.

    Untuk menutup tambahan defisit tersebut, pemerintah akan menggunakan saldo anggaran lebih (SAL) sebesar Rp100 triliun yang telah terkumpul sejak 2022-2023, tanpa menambah utang baru secara signifikan. Penerbitan surat berharga Negara (SBN) hingga akhir 2024 akan tetap rendah, mengingat kondisi suku bunga global yang cenderung tinggi.

    Dari segi nilai tukar, Rupiah diprediksi akan bergerak fluktuatif dalam perdagangan berikutnya, dengan kemungkinan kembali ditutup melemah di rentang Rp16.270 - Rp16.330 terhadap Dolar AS. Sentimen dari pasar global dan domestik akan terus mempengaruhi pergerakan mata uang Rupiah dalam beberapa waktu ke depan.

    Menutup analisa, seorang analis pasar keuangan Gunawan Benjamin, Rupiah bahkan sempat menguat hingga mencapai level Rp16.265 per US Dolar. Performa ini menunjukkan bahwa Rupiah memiliki daya tahan yang cukup baik terhadap tekanan dari Dolar AS, mencerminkan sentimen positif di pasar keuangan lokal.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79