Logo
>

Aktivitas Manufaktur Jepang Menyusut, PMI Oktober Kembali di Bawah 50

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Aktivitas Manufaktur Jepang Menyusut, PMI Oktober Kembali di Bawah 50

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Aktivitas industri Jepang terus menyusut selama empat bulan berturut-turut hingga Oktober 2024. Penurunan ini didorong oleh melemahnya permintaan dan pesanan yang anjlok.

    Dilansir dari Reuters Kamis, 24 Oktober 2024, indeks PMI au Jibun Bank flash Jepang tercatat 49,0 untuk Oktober 2024, turun dari 49,7 pada bulan sebelumnya. Angka PMI ini konsisten berada di bawah level 50,0, yang menandakan kontraksi. Ini sudah terjadi selama empat bulan berturut-turut.

    Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, menyebutkan pesanan baru di sektor manufaktur dan jasa terus turun. “Kondisi permintaan yang buruk bukan hanya terjadi di dalam negeri. Pesanan luar negeri juga menurun dengan laju tercepat sejak Februari 2023," ujar Bhatti.

    Subindeks pesanan baru di sektor manufaktur terus tertekan pada Oktober, setelah bertahan di bawah level 50,0 sejak Juni tahun lalu. Output juga menurun selama dua bulan berturut-turut. Ekspor Jepang turun untuk pertama kalinya dalam 10 bulan pada September. Data pemerintah minggu lalu menunjukkan kondisi ini dipicu lemahnya permintaan dari China dan pertumbuhan ekonomi AS yang melambat.

    PMI au Jibun Bank untuk sektor jasa merosot ke 49,3 pada Oktober, menandai kontraksi pertama dalam empat bulan dan posisi terendah sejak Februari 2022. Sebelumnya, PMI jasa tercatat 53,1 di bulan September. Survei mencatat perusahaan jasa di Jepang melihat pelemahan ekonomi, baik domestik maupun global, yang membuat klien menahan diri dari pesanan baru.

    Kepercayaan bisnis secara keseluruhan juga melemah pada Oktober, mencapai level terendah sejak Agustus 2020, dipengaruhi oleh ekonomi yang lesu dan meningkatnya biaya, menurut indeks komposit manufaktur dan jasa. PMI gabungan au Jibun Bank Jepang, yang mencakup sektor manufaktur dan jasa, turun menjadi 49,4 pada Oktober, menunjukkan kontraksi pertama dalam empat bulan.

    Survei awal Reuters bulan ini menemukan bahwa sentimen bisnis pabrikan Jepang sedikit membaik pada Oktober dibandingkan bulan sebelumnya, meski kekhawatiran terhadap ekonomi China tetap ada. IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jepang melambat menjadi 0,3 persen tahun ini, turun dari 1,7 persen pada 2023.

    Ancaman Ekonomi di China

    Di tengah kontraksi yang dialami Jepang, kondisi ekonomi global juga diwarnai dengan ketidakpastian lain, termasuk hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China. Kebijakan perdagangan AS yang berpotensi berubah setelah pemilihan presiden bulan depan menambah tekanan pada rantai pasokan global, terutama bagi perusahaan yang masih bergantung pada manufaktur di China. Salah satu yang terpengaruh adalah KidKraft, perusahaan mainan asal AS, yang siap mengambil langkah besar jika Donald Trump kembali terpilih.

    KidKraft, yang juga memproduksi peralatan bermain luar ruangan, telah memindahkan 20 persen produksinya dari China ke Vietnam, India, dan negara lain setelah Trump memperkenalkan tarif 7,5 persen hingga 25 persen pada Juli 2018, di tengah masa jabatan pertamanya.

    Kini, Trump mengancam akan menerapkan tarif menyeluruh sebesar 60 persen pada China, yang menurut Sagan adalah langkah kasar yang bisa mengubah permainan. Ia memperkirakan Kamala Harris, jika menang, akan tetap keras terhadap China dalam perdagangan, tetapi tidak seagresif Trump.

    “Situasinya sudah jelas, ini akan jadi tantangan,” ujar Sagan yang juga wakil presiden rantai pasokan dan operasi di KidKraft, dikutip dari Reuters, Rabu 23 Oktober 2024.

    Perusahaan tersebut telah mengurangi jumlah pemasok China dari 53 menjadi 41 sejak awal tahun ini. “Pertanyaannya: apakah tantangannya akan sangat sulit atau hanya sulit?”

    Ancaman tarif tersebut sudah mengguncang industri manufaktur China, yang setiap tahun menjual barang senilai lebih dari USD400 miliar ke AS dan ratusan miliar lainnya dalam bentuk komponen produk yang dibeli Amerika dari negara lain.

    Dari 27 eksportir China yang setidaknya memiliki 15 persen penjualan ke AS dan diwawancarai oleh Reuters, 12 di antaranya berencana mempercepat relokasi jika Trump kembali ke Gedung Putih. Empat perusahaan lainnya, yang masih beroperasi penuh di China, menyatakan akan membuka pabrik di luar negeri jika Trump menaikkan tarif.

    Sedangkan 11 perusahaan sisanya tidak memiliki rencana spesifik terkait hasil pemilu, namun sebagian besar mengkhawatirkan potensi kehilangan akses ke pasar AS.

    Para produsen memperkirakan tarif yang lebih tinggi pada eksportir terbesar dunia itu akan mengganggu rantai pasokan dan semakin menekan keuntungan di China, yang berdampak pada pekerjaan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi yang sudah melambat. Perang dagang akan meningkatkan biaya produksi dan harga konsumen AS, bahkan jika pabrik dipindahkan.

    Kementerian Perdagangan China tidak merespons pertanyaan Reuters tentang dampak hasil pemilu AS terhadap ekonomi, perdagangan, dan hubungan diplomatik dengan Washington. Matt Cole, salah satu pendiri m.a.d Furniture Design pada 2010, termasuk di antara mereka yang belum memindahkan produksinya.

    Studi kelayakannya di Asia Tenggara pada 2018 menunjukkan ia masih harus mengimpor 60 persen komponen furnitur dari China. Biaya logistik dan ketidakefisienan lainnya hampir sama dengan beban tarif 25 persen.

    Meskipun enam tahun lalu ia melihat sedikit manfaat dari memindahkan produksi, kini ia merasa lebih rentan. Jika Trump menang, Cole berencana mengirim sebanyak mungkin produk ke AS sebelum tarif diberlakukan, memberi waktu untuk mencari basis produksi lain.

    “Ada yang mengambil keputusan tepat dengan pindah ke negara ketiga. Saya yakin mereka tidak sekhawatir saya soal pemilu AS,” ujar Cole. “Bisa jadi saya akan segera terbang ke Malaysia atau Vietnam.”

    Sagan dari KidKraft mengatakan biaya produksi di luar China sekitar 10 persen lebih tinggi dan kemungkinan akan naik. Namun, kekhawatiran utamanya adalah standar kualitas yang lebih rendah.

    Jika Harris menang, relokasi akan berjalan lebih lambat dan terencana untuk mengurangi risiko tersebut. “Kualitas adalah kompromi terbesar yang terjadi di awal karena butuh waktu untuk memastikan rantai pasokan sekunder dan menemukan orang yang tepat,” jelasnya.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).