KABARBURSA.COM - Di dunia kripto yang terkenal dengan volatilitasnya, lonjakan harga Bitcoin bukanlah hal yang mengejutkan. Namun, kali ini ada satu firma yang selama dua tahun terakhir selalu optimistis terhadap Bitcoin—dan kini justru mulai melihat tanda-tanda bahwa puncaknya sudah dekat.
Tim analis dari BCA Research, yang dipimpin oleh Juan Correa, menyebutkan saat ini sudah muncul berbagai indikator klasik yang menunjukkan pasar mulai jenuh. Salah satu yang paling mencolok adalah keterlibatan Donald Trump dalam peluncuran dua memecoin dengan pasokan publik yang sangat kecil. Menurut mereka, ini adalah sinyal bahwa niatnya lebih condong ke keuntungan pribadi daripada mendistribusikan potensi keuntungan kepada investor baru.
Tentu saja, memecoin bukanlah bagian dari portofolio investor institusional. Menurut perhitungan BCA, total nilai memecoin hanya sekitar 2 persen dari seluruh pasar kripto. Namun, mereka menilai lonjakan memecoin adalah gejala dari tren yang lebih besar, yakni euforia berlebihan di dunia kripto.
Ini diperkuat oleh kesuksesan peluncuran ETF Bitcoin yang disebut-sebut sebagai yang paling sukses dalam sejarah. Bahkan CEO BlackRock, Larry Fink, menyatakan para investor besar kini tengah mempertimbangkan untuk mengalokasikan hingga 5 persen portofolio mereka ke Bitcoin. Ia juga menyebutkan harga Bitcoin bisa saja mencapai USD700.000 (sekitar Rp11,2 miliar).
Apakah Sudah di Puncak?
Tim BCA Research mulai khawatir bahwa optimisme berlebihan ini justru menjadi pertanda bahwa harga Bitcoin sudah mendekati puncaknya. Mereka mencatat saat ini lebih dari 90 persen pasokan Bitcoin berada dalam kondisi profit yang secara historis merupakan level di mana harga Bitcoin cenderung mencapai titik tertinggi sebelum akhirnya mengalami koreksi. Bahkan, delapan dari sepuluh aplikasi keuangan yang paling banyak diunduh saat ini adalah aplikasi perdagangan kripto.
Selain faktor pasar, ada juga kekhawatiran dari sisi makroekonomi. Defisit fiskal AS kemungkinan tidak akan sebesar yang diperkirakan sebelumnya, yang artinya stimulus terhadap pasar juga bisa lebih kecil. “Ekonomi AS yang lebih stabil dan tidak terlalu boros secara fiskal justru bisa menjadi hambatan bagi reli Bitcoin untuk terus melaju,” tulis tim BCA Research dalam analisis mereka, dikutip dari Marketwatch di Jakarta, Selasa, 11 Februari 2025.
Meski begitu, mereka menegaskan mereka bukan bagian dari kelompok yang percaya bahwa kripto hanyalah skema penipuan yang pada akhirnya akan bernilai nol. “Kami tetap optimistis terhadap Bitcoin dalam jangka panjang dan percaya bahwa aset ini memiliki tempat dalam portofolio multi-aset,” kata mereka.
Namun, mereka juga mengingatkan sentimen pasar tetap berperan, bahkan aset terbaik sekalipun tidak bisa dibeli pada harga berapa pun. Mereka menambahkan, jika harga Bitcoin turun ke USD75.000 (sekitar Rp1,2 miliar), mereka akan menjadi pembeli yang lebih antusias.
Trump dan Rencana Cadangan Bitcoin
[caption id="attachment_117771" align="alignnone" width="680"] Ilustrasi Donald Trump. Foto: KabarBursa/Andrew[/caption]
Salah satu skenario yang bisa membantah prediksi ini adalah jika Trump benar-benar merealisasikan ide cadangan strategis Bitcoin, di mana pemerintah AS akan menyimpan kripto yang diperoleh melalui penyitaan hukum. “Cadangan ini hanya akan memastikan bahwa pemerintah federal tetap memegang koin-koin tersebut. Dalam jangka pendek, berita ini bisa memberikan dampak positif, tetapi menurut kami, ini justru akan menandai akhir dari siklus reli Bitcoin,” ujar analis BCA Research.
Selain itu, ada kemungkinan bahwa pasar sedang memasuki paradigma baru, di mana memecoin menjadi standar baru untuk penggalangan dana dan batas-batas regulasi keuangan mulai diabaikan. Dalam semangat tersebut, tim BCA Research bahkan membuat memecoin mereka sendiri yang mereka beri nama Liquidity Trap.
“Nama ini adalah penghormatan terhadap kerja historis para pendahulu kami di BCA dalam menganalisis likuiditas dan dampaknya terhadap ekonomi makro. Namun, kami juga menamainya Liquidity Trap karena secara harfiah, ini adalah jebakan bagi likuiditas Anda—uang yang Anda masukkan ke sini hampir pasti akan hilang selamanya,” tulis mereka dengan nada sarkastik.
Jadi, apakah Bitcoin benar-benar sudah di puncak, atau ini hanya fase lain dalam perjalanan panjangnya? Satu hal yang pasti, euforia pasar saat ini akan tetap menjadi perdebatan panas di dunia keuangan dalam beberapa bulan ke depan.
Masih akan Melesat
[caption id="attachment_104742" align="alignnone" width="680"] Ilustrasi Bitcoin menyongsong tahun 2025. Foto: KabarBursa.com.[/caption]
Tidak semua orang melihat kondisi Bitcoin saat ini sebagai tanda bahaya. Di sisi lain, pelaku industri justru semakin optimistis terhadap masa depan Bitcoin. Salah satu suara yang cukup lantang adalah CEO Coinbase, Brian Armstrong. Ia melihat peluang pertumbuhan lebih besar di masa depan. Sementara analis BCA mulai waspada terhadap euforia pasar, Armstrong justru percaya bahwa Bitcoin masih punya ruang untuk melonjak lebih tinggi, apalagi jika didukung regulasi yang lebih jelas.
Dalam sebuah wawancara dengan Consumer News and Business Channel, Armstrong menegaskan Bitcoin masih bisa mencapai harga jutaan dolar dalam beberapa tahun ke depan. “Saya pikir seiring berjalannya waktu kita akan melihat Bitcoin mencapai kisaran harga jutaan, berjuta-juta,” katanya.
Menurut Armstrong, meningkatnya adopsi Bitcoin oleh investor institusional serta masuknya dana besar melalui ETF Bitcoin menjadi faktor utama yang dapat mendorong lonjakan harga. Ia juga menyoroti peran regulasi sebagai katalis utama. “Jika kita mendapatkan undang-undang yang jelas disahkan di AS, itu akan menjadi tonggak penting. Cadangan Bitcoin yang strategis, jika AS mengambil jalan itu, mungkin seluruh G20 akan mengikutinya,” katanya.
Armstrong juga menyinggung konsep cadangan Bitcoin strategis yang menurutnya bisa menjadi langkah besar dalam kebijakan ekonomi global. Presiden Donald Trump baru-baru ini menandatangani perintah eksekutif untuk mengeksplorasi aset digital yang menurut Armstrong bisa menjadi titik awal bagi adopsi Bitcoin oleh pemerintah sebagai cadangan keuangan.
“Saya telah berdiskusi dengan sejumlah menteri keuangan di Swiss dari berbagai negara di seluruh dunia tentang gagasan cadangan Bitcoin strategis. Mereka semakin tertarik sekarang karena AS sedang mempelajarinya,” kata dia.
Armstrong lantas menggambarkan Bitcoin sebagai “standar emas baru”, bukan sekadar aset spekulatif. Menurutnya, dunia kripto tidak hanya tentang Bitcoin, tetapi juga tentang sistem pembayaran, kebebasan ekonomi, dan berbagai inovasi lain yang semakin berkembang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.