KABARBURSA.COM - Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperingatkan bahwa pelebaran defisit ganda yang mencakup defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dan defisit fiskal dapat mengakibatkan penurunan cadangan devisa dalam waktu dekat.
Josua menjelaskan bahwa surplus perdagangan, yang dipicu oleh normalisasi harga komoditas serta penurunan permintaan global di tengah permintaan domestik yang masih kuat, berpotensi memperburuk defisit transaksi berjalan. "Di samping itu, prospek pelebaran defisit fiskal dapat mengurangi daya tarik pasar obligasi domestik, bahkan dalam kondisi The Fed yang lebih dovish," kata Josua dalam pernyataan tertulis yang dikutip Kamis 8 Agustus 2024.
Josua juga mengingatkan dampak potensi resesi yang meningkat di Amerika Serikat, ketegangan geopolitik yang menyebabkan lonjakan permintaan untuk aset-aset aman, dan ketidakpastian politik di negara-negara Barat.
Namun, Josua melihat ada peluang penguatan cadangan devisa, didorong oleh ekspektasi bahwa Bank Sentral AS mungkin mulai memangkas suku bunga acuannya pada akhir tahun 2024. "Pertumbuhan PDB Indonesia yang relatif kuat pada kuartal kedua 2024, meskipun ekonomi global melambat, mendukung prospek positif perekonomian Indonesia dan berpotensi menarik investasi asing langsung (FDI)," tambah Josua.
Josua memperkirakan cadangan devisa Indonesia pada akhir tahun 2024 akan mencapai USD150 miliar, meningkat dari posisi akhir tahun 2023 yang sebesar USD146,4 miliar. "Dengan demikian, kami memperkirakan nilai tukar rupiah akan menguat dari level saat ini menjadi sekitar Rp15.800 - 16.000 per USDpada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan Rp15.397 per USD pada akhir tahun 2023," ungkapnya.
Josua juga menjelaskan bahwa peningkatan cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 menjadi USD145,4 miliar, naik dari USD140,2 miliar pada akhir Juni, dipengaruhi oleh penerbitan sukuk oleh pemerintah serta pendapatan dari pajak dan jasa. "Posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," terang keterangan tertulis dari Bank Indonesia (BI) pada Rabu 7 Agustus 2024.
Pada akhir Mei 2024, cadangan devisa Indonesia mencapai angka 139,0 miliar dolar AS, menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan posisi pada akhir April 2024 yang tercatat sebesar 136,2 miliar dolar AS. Kenaikan ini terutama didorong oleh penerimaan pajak dan jasa serta penerbitan obligasi global pemerintah.
Cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi ini juga melampaui standar kecukupan internasional yang biasanya sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa ini cukup kuat untuk mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.
Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan cadangan devisa akan tetap memadai, berkat stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga. Sinergi antara kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pada perdagangan Rabu 7 Agustus 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan, seiring dengan peningkatan cadangan devisa Indonesia pada Juli 2024.
Di awal sesi perdagangan pagi, rupiah naik sebesar 16 poin atau 0,10 persen, menjadi Rp16.149 per dolar AS, dibandingkan dengan Rp16.165 per dolar AS pada hari sebelumnya.
"Secara internasional, cadangan devisa kita masih tergolong sehat, mampu menutup lebih dari tiga bulan pembayaran impor dan utang luar negeri," ungkap Rully Nova, Analis Bank Woori Saudara, seperti dilaporkan Antara, Rabu 7 Agustus 2024.
Namun, situasi terkini menunjukkan adanya guncangan di pasar keuangan pada hari Senin lalu serta tren penurunan surplus neraca perdagangan, yang menimbulkan kekhawatiran terkait ketahanan eksternal.
Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2024 tercatat sebesar 145,4 miliar dolar AS, meningkat dari posisi akhir Juni 2024 yang sebesar 140,2 miliar dolar AS.
Kenaikan ini terutama didorong oleh penerbitan sukuk global oleh pemerintah serta penerimaan dari pajak dan jasa. Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa posisi cadangan devisa pada akhir Juli 2024 setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi ini juga melampaui standar kecukupan internasional yang biasanya sekitar tiga bulan impor.
Namun, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan signifikan sebesar USD4,2 miliar atau setara Rp67,5 triliun, menjadi USD136,2 miliar atau Rp2.189,9 triliun (kurs Rp16.078 per dolar AS) pada akhir April 2024. Penurunan ini mengacu pada posisi cadangan devisa pada bulan sebelumnya yang tercatat sebesar USD140,4 miliar atau Rp2.257 triliun.
Menurut BI, penurunan cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah kebutuhan pembayaran utang luar negeri dan fluktuasi aliran modal yang memengaruhi saldo devisa. (*)