Logo
>

Arab Saudi Jual Mahal Minyak ke Asia, Kenapa?

Ditulis oleh Yunila Wati
Arab Saudi Jual Mahal Minyak ke Asia, Kenapa?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pemerintah Arab Saudi menjual mahal minyak ke pembeli Asia. Keputusan tersebut diambil di tengah situasi geopolitik Timur Tengah yang sedang tidak baik-baik saja. Apalagi, kenaikan tersebut cukup signifikan, mencapai 90 sen.

    Saudi Aramco, produsen minyak negara, mengumumkan peningkatan harga jual resmi untuk jenis minyak Arab Light sebesar 90 sen, menjadikannya premium sebesar USD2,20 per barel di atas patokan regional. Kenaikan ini melampaui prediksi sebelumnya yang memperkirakan peningkatan hanya sebesar 65 sen per barel, menurut survei pedagang dan pemurni minyak yang dilakukan sebelumnya.

    Peningkatan harga minyak terjadi di tengah ketegangan yang meningkat akibat konflik di Timur Tengah, terutama setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke Israel. Serangan ini merupakan respon terhadap serangan yang mengancam kepemimpinan kelompok Hezbollah di Lebanon. Sejak awal Oktober, harga minyak mentah acuan Brent telah melonjak lebih dari 8 persen dan diperdagangkan sekitar USD78 per barel, mencerminkan reaksi pasar terhadap ketidakpastian regional dan kemungkinan pembalasan dari Israel.

    Meskipun demikian, pasar minyak sebagian besar telah mengabaikan risiko regional selama tahun ini, dengan alasan bahwa konflik yang ada tidak mengganggu pasokan secara signifikan. Sebaliknya, para pedagang lebih cenderung fokus pada kekhawatiran terkait permintaan yang lemah, khususnya di China, yang berpotensi menghasilkan kelebihan pasokan minyak mentah.

    Penyesuaian Strategi oleh OPEC+

    Sebagai respons terhadap tantangan permintaan, aliansi OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah memutuskan untuk menunda rencana kenaikan produksi yang sebelumnya direncanakan. Keputusan ini dilakukan bulan lalu, dengan penundaan dimulainya pengembalian produksi hingga awal Desember.

    Anggota kelompok yang melakukan pemotongan produksi secara sukarela kini tidak akan melanjutkan rencana untuk mengurangi pemotongan tersebut pada bulan Oktober dan November. Hal ini berarti bahwa Arab Saudi kemungkinan akan tetap mengekspor kurang dari 6 juta barel per hari, angka yang telah dipertahankan selama empat bulan terakhir.

    Sementara itu, meskipun harga untuk pasar Asia mengalami peningkatan, Aramco juga memangkas harga untuk semua jenis minyak yang dijual ke Amerika Serikat dan Eropa, yang mencerminkan strategi untuk mengoptimalkan pendapatan dari berbagai pasar.

    Harga Minyak Terus Melesat

    Harga minyak dunia kembali melonjak pada Jumat, 4 Oktober 2024, hingga mencatatkan kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari satu tahun. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang berpotensi memicu perang regional. Meski begitu, desakan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, agar Israel tidak menyerang fasilitas minyak Iran membatasi lonjakan harga tersebut.

    Mengutip Reuters, Sabtu, 5 Oktober 2024, harga minyak mentah Brent naik 43 sen atau 0,6 persen menjadi USD78,05 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 67 sen atau 0,9 persen, dan ditutup pada USD74,38 per barel.

    Secara keseluruhan, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan lebih dari 8 persen dalam sepekan terakhir, yang merupakan kenaikan terbesar sejak Januari 2023. WTI juga mencatatkan kenaikan mingguan 9,1 persen, tertinggi sejak Maret 2023.

    Menurut analis komoditas JPMorgan, serangan terhadap fasilitas energi Iran bukanlah opsi yang diinginkan oleh Israel. Namun, dengan pasokan minyak global yang rendah, harga diprediksi akan tetap tinggi hingga ketegangan ini mereda.

    Data dari Kpler, layanan pelacakan kapal, menunjukkan bahwa persediaan minyak global saat ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu ketika harga Brent mencapai USD92 per barel, dengan total 4,4 miliar barel—level terendah yang pernah tercatat.

    ESDM Pantau Minyak

    Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia terus melakukan pemantauan intensif terhadap fluktuasi harga minyak dunia, terutama menyusul meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Menurut Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agus Cahyono Adi, harga minyak sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor geopolitik yang dapat menyebabkan volatilitas yang signifikan.

    “Pergerakan harga minyak ini tidak hanya terjadi dalam beberapa hari terakhir; ini merupakan pola yang telah berlangsung cukup lama. Harga minyak sangat sensitif terhadap geopolitik dan tidak semata-mata dipengaruhi oleh hukum pasar seperti supply dan demand,” ungkap Agus saat ditemui di kantornya.

    Meskipun hingga saat ini belum ada indikasi kelangkaan pasokan minyak, Agus menegaskan bahwa potensi gangguan dalam pasokan dapat memicu kekhawatiran di pasar. “Isu-isu mengenai kemungkinan gangguan pasokan sudah cukup membuat pasar khawatir. Meskipun saat ini pasokan masih stabil, kekhawatiran yang muncul dari isu-isu ini dapat berpengaruh pada harga minyak global,” jelasnya.

    Sebagai informasi, perkembangan harga minyak mentah utama selama bulan September 2024 menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Dated Brent turun USD6,58 per barel, dari USD80,91 per barel menjadi USD74,33 per barel. Sementara itu, harga WTI (Nymex) juga mengalami penurunan sebesar USD6,06 per barel, dari USD75,43 menjadi USD69,37 per barel.

    Tren penurunan harga minyak juga terlihat pada Brent (ICE) yang turun USD6,00 per barel dari USD78,88 menjadi USD72,87 per barel. Basket OPEC mencatat penurunan sebesar USD4,79 per barel, dari USD78,41 menjadi USD73,62 per barel, sedangkan ICP minyak mentah Indonesia turun USD5,96 per barel dari USD78,51 menjadi USD72,54 per barel.

    Penurunan harga ini, meskipun terjadi dalam konteks ketegangan geopolitik, menunjukkan bahwa pasar mungkin sedang beradaptasi terhadap informasi yang beredar. Namun, Agus mengingatkan bahwa situasi ini bisa berubah cepat, tergantung pada perkembangan situasi di Timur Tengah dan respon pasar.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79