KABARBURSA.COM - Total aset keuangan syariah global diperkirakan akan mencapai USD5,94 triliun atau sekitar Rp94.758 triliun pada tahun 2025-2026.
Deputi Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Yono Haryono mengatakan bahwa aset keuangan syariah global diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Saat ini, tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) adalah sembilan persen.
Yono menjelaskan bahwa pada tahun 2020-2021, potensi aset keuangan syariah global mencapai USD3,3 triliun atau setara dengan Rp52.618 triliun. Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 17 persen pada tahun 2021-2022, menjadi USD3,96 triliun atau sekitar Rp63.142 triliun.
"Ekonomi syariah memiliki potensi yang sangat besar. Aset keuangan syariah mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat," kata Yono dalam acara Symposium Menara Syariah dan International Centre For Education In Islamic Finance (INCEIF) University Malaysia di Gedung Menara Syariah, Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Banten, pekan lalu.
Selain itu, perkembangan ekonomi syariah yang positif terlihat dari nilai total transaksi terkait keuangan syariah yang melonjak lebih dari lima kali lipat, naik dari USD2,19 miliar atau senilai Rp34,8 triliun 2021-2022 menjadi USD14,4 miliar pada 2022-2023.
Bank Indonesia juga sebelumnya telah memproyeksikan ekonomi dan keuangan syariah akan tumbuh dikisaran 4,7-5,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) di 2024. Gal ini didukung pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah yang diperkirakan tumbuh pada kisaran 10-12 persen yoy.
Untuk mencapai target tersebut, BI berupaya melakukan penguatan komersial dan sosial syariah, pengembangan pasar uang syariah melalui instrumen Sukuk Bank Indonesia (SUKBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), serta mendorong inovasi produk baru untuk mengembangkan perbankan syariah.
"Kita sangat memperhatikan bagaimana instrumen-instrumen di pasar uang syariah bisa banyak dimanfaatkan. Serta, mendorong inovasi-inovasi produk bank syariah agar bisa mengimbangi bank konvensional," tuturnya.
Pesan Wapres untuk Pengembangan Ekonomi Syariah
Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden (Wapres) RI, KH Ma’ruf Amin berpesan agar Provinsi DI Yogyakarta (DIY) mendorong akselerasi inovasi pengembangan ekonomi dan keuangan syariah berbasis digital.
Menurut Ma’ruf Amin, upaya ini sebagai upaya memperluas akses dan layanan kepada masyarakat.
Ma’ruf Amin mengungkapkan bahwa Jogja saat ini berada di peringkat kedua pada Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia. Karena itu, infrastruktur digital yang sudah baik ini harus dimanfaatkan untuk mendukung implementasi modul Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) industri halal berbasis digital.
“Digitalisasi keuangan dan dana sosial syariah, seperti digitalisasi pada BMT (Baitul Maal wa Tamwil) serta aplikasi zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf akan turut memperluas akses dan layanan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ujar Ma’ruf Amin.
Lebih jauh, Wapres menegaskan bahwa ekonomi dan keuangan syariah di Jogja telah berkembang cukup pesat dan terinternalisasi dalam kegiatan ekonomi serta kehidupan masyarakat.
Bahkan, saat ini, lebih dari sepertiga ekonomi Yogyakarta disokong hal-hal yang sejalan dengan sektor-sektor unggulan rantai nilai halal, seperti industri pengolahan, pertanian, akomodasi, dan makanan-minuman.
Menurut dia, hal ini tak terlepas dari keunggulan Jogja sebagai kota pelajar, destinasi wisata, warisan budaya, sekaligus pusat UMKM produktif.
“Karena itu, saya meyakini berbagai potensi dan peluang perekonomian dapat disinergikan dengan prinsip ekonomi dan keuangan syariah agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Wapres Ma’ruf Amin.
Selain memacu ekonomi syariah berbasis digital, Ma’ruf Amin juga berpesan agar Yogyakarta juga meningkatkan penguatan ekosistem sektor-sektor unggulan rantai nilai halal yang sesuai dengan keunggulan dan kekhasan daerah.
Kata dia, pengintegrasian ekonomi dan keuangan syariah pun harus terus dikawal dalam rencana pembangunan jangka pendek dan jangka panjang daerah. Tujuannya, untuk menjamin keselarasan dan keberlanjutan program.
Sementara itu, Wakil Gubernur DI Yogyakarta, Paku Alam X, mengatakan, ekonomi dan keuangan syariah memainkan peran strategis dalam mendukung UMKM melalui pembiayaan yang adil dan transparan. Selain itu, juga meningkatkan akses terhadap modal, pengelolaan risiko yang lebih baik, dan mendukung keberlanjutan usaha.
“Harapannya, model syariah dapat menjadi pilar penting dalam mendukung pertumbuhan UMKM yang lebih merata dan berkelanjutan,” tuturnya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta Ibrahim mengatakan, Grebeg UMKM DIY 2024 merupakan event utama strategis yang digelar BI Perwakilan Yogyakarta setiap tahun selama delapan tahun terakhir. Dia menyebut hal Ini merupakan bagian dari upaya mendukung karya kreatif Indonesia sekaligus menjadi ajang festival ekonomi syariah.
Ibrahim mengatakan, Yogyakarta memiliki potensi besar di sektor pariwisata, pendidikan, dan kekayaan budaya. “Sektor ini menjadi modal dasar bagi pengembangan UMKM,” katanya.
Kata Ibrahim lagi, Yogyakarta memiliki 17 subsektor UMKM, terutama busana, kerajinan tangan, dan makanan. “Ini mencakup 70-80 persen dari total ekonomi kreatif di Yogyakarta,” pungkasnya. (*)